Ekonomi dan UMKM
Kontribusi Bisnis Non-Rokok Gudang Garam Belum Bisa Menopang Kinerja Keuangan
JAKARTA, WongKito.co – PT Gudang Garam Tbk (GGRM) kembali diterpa kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Terbaru, manajemen membantah tersebut sekaligus memastikan perusahaan tetap beroperasi normal dan fokus menjalankan strategi bisnis.
Kendati menepis kabar tersebut, goyangnya bisnis Gudang Garam tetap tercermin dalam laporan keuangannya. Dari sisi kinerja keuangan, Gudang Garam tercatat masih menghadapi tekanan signifikan. Perusahaan mencatat penurunan penjualan yang berimbas pada anjloknya laba bersih sepanjang paruh pertama 2025.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada semester I-2025 hanya mencapai Rp117,1 miliar. Angka ini merosot tajam 87,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp925,5 miliar.
Penurunan laba terutama dipicu oleh turunnya pendapatan 11,4% menjadi Rp44,3 triliun hingga Juni 2025, dari sebelumnya Rp50,01 triliun pada Juni 2024. Sejalan dengan itu, biaya pokok pendapatan turun menjadi Rp40,5 triliun, sehingga laba kotor terkikis menjadi Rp3,7 triliun dari Rp5,06 triliun tahun lalu.
Tekanan juga terlihat pada laba usaha yang anjlok dari Rp1,61 triliun di semester I-2024 menjadi hanya Rp513,7 miliar pada semester I-2025. Penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya pendapatan lain menjadi Rp148,7 miliar. Sementara itu, beban usaha hanya turun tipis 5% menjadi Rp3,4 triliun, lebih kecil dibanding penurunan pendapatan.
Di sisi lain, beban lain-lain meningkat menjadi Rp2,3 miliar. Perusahaan juga mencatat rugi kurs sebesar Rp1,7 miliar, berbalik dari posisi laba Rp39,3 miliar pada tahun sebelumnya. Dari sisi neraca, total aset GGRM per Juni 2025 tercatat Rp79,8 triliun, turun dari Rp84,9 triliun pada akhir 2024.
- Investasi SR023T3 & SR023T5 Makin Seru! Raih Kupon dan Cashback Besar Lewat BRImo
- Saham BBTN dan ANTM Pimpin Kenaikan, LQ45 Dibuka Menguat Tipis ke 784,04
- Sri Mulyani Diganti, Celios Nilai Positif, Simak 5 Catatan untuk Menteri Keuangan yang Baru
Menipisnya pundi-pundi GGRM utamanya disebabkan oleh turunnya pendapatan dari penjualan rokok saban tahun. Meski telah merambah sektor non-rokok, khususnya konstruksi dan infrastruktur, kontribusi lini usaha tersebut terhadap pendapatan perseroan masih sangat kecil jika dibandingkan bisnis inti.
Kontribusi Bisnis Non-Rokok
Berdasarkan laporan keuangan GGRM, pada 2022 bisnis konstruksi belum muncul di neraca keuangan perseroan. Baru pada 2023, Gudang Garam membukukan pendapatan konstruksi sebesar Rp12,41 triliun atau sekitar 10,4% dari total pendapatan Rp118,95 triliun.
Namun, capaian itu tidak bertahan lama. Pada 2024, pendapatan konstruksi anjlok menjadi Rp1,57 triliun, dengan porsi hanya 1,6% dari total pendapatan Rp98,65 triliun. Tren pelemahan berlanjut pada 2025, di mana hingga kuartal II hanya tercatat Rp245,32 miliar atau sekitar 0,6% dari pendapatan semester pertama sebesar Rp44,36 triliun.
Periode | Pend. Konstruksi | Pend. Total | Proporsi |
---|---|---|---|
2022 | Rp0 | – | – |
2023 | Rp12,41 triliun | Rp118,95 triliun | ≈ 10,4% |
2024 | Rp1,57 triliun | Rp98,65 triliun | ≈ 1,6% |
Kuartal II 2025 | Rp245,32 miliar | – (H1 ≈ Rp44,36 triliun) | ≈ 0,6% |
Awal Ekspansi
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi Gudang Garam melalui lini konstruksi belum mampu menjadi penopang baru yang signifikan bagi bisnis perseroan. Langkah Gudang Garam masuk ke bisnis konstruksi dimulai pada 2019 dengan mendirikan PT Surya Kerta Agung (SKA), yang berfokus pada pembangunan jalan, tol, jembatan, serta infrastruktur sipil lain.
Setahun kemudian, pada 2020, SKA mendirikan PT Surya Kertaagung Toll (SKT) untuk menggarap pembangunan jalan tol sekaligus memproduksi struktur prefabrikasi beton. Dari sini, keseriusan Gudang Garam memperluas kiprahnya di sektor infrastruktur mulai terlihat jelas.
1. Proyek Tol Kediri–Tulungagung
Momentum besar terjadi pada 2024 saat Gudang Garam mendirikan PT Surya Sapta Agung Tol (SSAT) dengan modal dasar Rp3,5 triliun, di mana Rp2 triliun langsung disetor sebagai modal awal. SSAT diberi mandat untuk membangun dan mengelola jalan tol Kediri–Tulungagung, salah satu ruas strategis di Jawa Timur.
Pada Mei 2025, Gudang Garam kembali memperkuat konsesi proyek ini dengan menyuntikkan tambahan modal Rp1,5 triliun, sehingga total modal disetor di SSAT mencapai Rp3,5 triliun. Dengan langkah tersebut, perseroan menegaskan kendali penuh atas badan usaha jalan tol (BUJT) ini.
2. Bandara Dhoho Kediri, Proyek Ikonik Bernilai Rp14,3 Triliun
Selain tol, Gudang Garam juga membangun proyek ikonik Bandara Internasional Dhoho di Kediri. Bandara ini tercatat sebagai bandara pertama di Indonesia yang sepenuhnya dibiayai swasta, dengan nilai investasi hingga Rp10,8 triliun yang dibagi ke dalam tiga tahap: Rp6,6 triliun pada tahap I, Rp1,2 triliun tahap II, dan Rp3 triliun tahap III.
Sejak 2021, Gudang Garam sudah menggelontorkan belanja modal (capex) Rp5 triliun untuk pembebasan lahan, desain, hingga jasa konsultan. Pada akhir 2023, modal kembali ditambah Rp3 triliun, sehingga total modal disetor mencapai Rp13 triliun.
Investasi berlanjut pada Oktober 2024 dengan tambahan Rp300 miliar, sehingga total modal yang ditanamkan membengkak menjadi Rp14,3 triliun. Proyek Dhoho akhirnya resmi beroperasi pada 5 April 2024, dengan runway sepanjang 3.300 meter yang siap melayani pesawat berbadan besar.
3. Surya Air: Layanan Penerbangan Non-Jadwal Milik GGRM
Gudang Garam juga memiliki lini bisnis penerbangan melalui maskapai non-berjadwal Surya Air, didirikan pada 2010 dan berfungsi untuk kebutuhan internal seperti transportasi korporat, evakuasi medis, wisata, dan sewa helikopter; hingga 2023, armadanya mencapai 6 unit helikopter, termasuk merek Airbus. Perusahaan menyatakan belum memiliki rencana ekspansi ke logistik udara komersial.
Meski sudah menanamkan modal jumbo untuk proyek infrastruktur, fakta di laporan keuangan menunjukkan kontribusi bisnis non-rokok Gudang Garam masih sangat terbatas. Hingga kini, rokok tetap menjadi mesin utama pendapatan perseroan.
- Patung Katak di Peru Ungkap Keruntuhan Peradaban Kuno Akibat Perubahan Iklim
- Jadi Simbol Perlawanan, Begini Cara Pakai Brave Pink Hero Green di Foto Profil
- 7 Kiat Jaga Kesehatan Mental di Tengah Banyaknya Aksi Demonstrasi
Namun, dengan ketatnya regulasi, kenaikan tarif cukai, dan tren penurunan konsumsi, langkah diversifikasi dipandang sebagai strategi jangka panjang untuk menjaga keberlanjutan usaha.
Kini, sorotan publik beralih pada bagaimana Gudang Garam mampu mengoptimalkan proyek-proyek besar non-rokok yang digarapnya agar benar-benar bisa menopang kinerja keuangan, bukan sekadar menjadi portofolio investasi bernilai besar.
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com, jaringan media WongKito.co, pada 9 September 2025.