GayaKito
Mengenal Gangguan Depersonalisasi, Inilah Penyebab dan Gejalanya
PALEMBANG, WongKito.co - Beragam gangguan kejiwaan dan emosional kini semakin dijumpai. Salah satunya, gangguan depersonalisasi adalah gangguan kesehatan mental yang terjadi ketika seseorang merasa terpisah dengan raga atau tubuhnya.
Kondisi tersebut dapat membuat pengidapnya merasa kehilangan kendali dan tidak mampu mengontrol pikiran maupun perilaku.
Yuk kenali gangguan depersonalisasi dan bagaimana gejala serta cara mengatasi gangguan depersonalisasi, ini penjelasan yang dikutip dari laman siloamhospitals.
Baca Juga:
- Lagi Ramai Dibahas, Simak Yuk Apa Itu Hoarding Disorder
- NASA Tunjuk Prada Desain Baju Luar Angkasa
- Tilik Keunikan Flamingo: Bulu Merah Muda
Apa itu ganggian depersonalisasi?
Depersonalization disorder atau gangguan depersonalisasi adalah salah satu jenis gangguan disosiatif yang membuat seseorang merasa jiwanya seperti terpisah dan berada di luar tubuh. Pengidap kondisi ini kerap merasa bahwa dirinya sedang mengamati tindakan, pikiran, dan perasaan dirinya sendiri dari kejauhan.
Sebetulnya, sebagian besar individu dapat mengalami kondisi ini yang hanya berlangsung dalam kurun waktu singkat. Namun, pada pengidap gangguan depersonalisasi, perasaan jiwa yang terpisah tersebut dapat terjadi secara berulang selama bertahun-tahun.
Penyebab Gangguan Depersonalisasi
Pada dasarnya, penyebab gangguan depersonalisasi masih belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat dugaan bahwa kondisi ini bisa dipicu oleh gangguan kesehatan mental lainnya (skizofrenia, demensia), faktor genetik, serta tekanan emosional dari lingkungan sekitar. Selain itu, sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan depersonalisasi adalah:
1. Riwayat keluarga dengan gangguan depersonalisasi atau masalah kejiwaan lainnya.
2. Memiliki kepribadian tertentu di mana dirinya cenderung menghindari dan menyangkal situasi sulit.
3. Berjenis kelamin wanita. Wanita berisiko empat kali lebih besar mengalami gangguan depersonalisasi dibandingkan pria.
4. Trauma masa lalu.
5. Stres berat, misalnya akibat masalah dalam hubungan sosial, keadaan ekonomi, atau lingkungan pekerjaan.
6. Gangguan cemas atau depresi berkepanjangan.
7. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat halusinogen.
8. Penyalahgunaan NAPZA atau minuman beralkohol.
Gejala Gangguan Depersonalisasi
Adapun sejumlah gejala yang umum dialami oleh pengidap gangguan depersonalisasi adalah sebagai berikut:
Perasaan bahwa jiwanya seperti terpisah atau berada di luar tubuh. Kondisi ini membuat seseorang merasa seolah-olah sedang berada dalam mimpi dan mengamati dirinya sendiri dari kejauhan.
Terputus dari tubuh, pikiran, perasaan, dan lingkungan sekitar.
Bertindak seperti robot, penderita cenderung tidak bisa mengendalikan ucapan maupun perilaku.
Mati rasa, baik secara emosional maupun fisik.
Panik, cemas, bahkan jatuh dalam depresi karena merasa tidak bisa mengendalikan diri sendiri.
Komplikasi Gangguan Depersonalisasi
Apabila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, gangguan depersonalisasi berisiko menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti:
1. Kesulitan untuk fokus dan mengingat sesuatu.
2. Kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Masalah dalam hubungan keluarga dan sosial.
4. Merasa sangat putus asa.
Diagnosis Gangguan Depersonalisasi
Gangguan depersonalisasi adalah kondisi yang dapat didiagnosis dengan melibatkan sejumlah metode pemeriksaan, seperti:
Wawancara medis (anamnesis) yang dilakukan oleh seorang psikolog atau psikiater untuk mengetahui keluhan, riwayat kesehatan, serta kejadian traumatis yang pernah dialami oleh pasien.
Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi gejala gangguan depersonalisasi yang muncul secara fisik.
Uji laboratorium, seperti tes darah dan tes urine untuk mengetahui apakah gangguan depersonalisasi dipicu oleh kondisi tertentu, seperti penyalahgunaan NAPZA atau konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Teknik pencitraan, seperti CT scan atau MRI otak untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan depersonalisasi disebabkan oleh gangguan pada struktur dan keseimbangan kimiawi otak.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan observasi untuk mengetahui apakah kondisi dan perilaku pasien sesuai dengan kriteria gangguan depersonalisasi berdasarkan buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Cara Mengatasi Gangguan Depersonalisasi
Tujuan utama dilakukannya pengobatan gangguan depersonalisasi adalah untuk mengatasi gejala yang kerap dialami oleh penderitanya dan meningkatkan kualitas hidup. Adapun beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani gangguan depersonalisasi adalah:
1. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang dilakukan untuk mencari tahu penyebab serta memperbaiki pola pikir, perasaan, dan perilaku yang bermasalah akibat gangguan kesehatan mental. Pada kasus gangguan depersonalisasi, terapi ini dapat membantu pasien untuk berdamai dengan masalah yang dihadapi.
Psikoterapi juga dapat dilakukan dengan mengarahkan pasien untuk mengembangkan coping mechanism yang tepat saat menghadapi kondisi yang bisa memicu munculnya gejala gangguan depersonalisasi.
Selain itu, psikolog atau psikiater juga dapat melakukan beberapa jenis terapi psikologis lain, seperti terapi seni, terapi keluarga, hingga hipnosis untuk mengoptimalkan proses pemulihan gangguan depersonalisasi.
2. Pemberian Obat-obatan
Psikiater juga dapat meresepkan obat antidepresan guna meredakan gejala depresi dan gangguan cemas yang kerap dialami oleh pengidap gangguan depersonalisasi.
3. Perawatan di Rumah
Sebagai upaya membantu mengoptimalkan proses pemulihan, psikolog/psikiater dapat menyarankan penderita gangguan depersonalisasi untuk menjalani perawatan mandiri di rumah yang tepat, seperti:
Melakukan teknik relaksasi, seperti bermeditasi dan yoga.
Berbagi cerita dan mendapatkan dukungan dari kerabat dan teman.
Menulis jurnal harian untuk lebih mengenal diri sendiri.
Menjalani pola hidup sehat sebaik mungkin, seperti rutin berolahraga, istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, serta mencukupi kebutuhan cairan tubuh.
Baca Juga:
- Upaya Pendistribusian Tepat Sasaran, Pertamina Sosialisasikan Transformasi Distribusi LPG Subsisdi Ke Masyarakat
- Disabilitas belum Dilibatkan dalam Pembangunan Infrastruktur
- Industri Tekstil Loyo, Kemenperin: Gara-gara Aturan Kemenkeu
Cara Mencegah Gangguan Depersonalisasi
Bagi seseorang yang mengalami kejadian traumatis, segera lakukan konseling dan konsultasi medis dari psikolog/psikiater untuk meminimalkan risiko terjadinya gangguan depersonalisasi.
Gangguan depersonalisasi adalah masalah mental yang membutuhkan terapi khusus untuk menghindari risiko komplikasi. Apabila mengalami gejala seperti ulasan di atas, segera lakukan konseling dengan psikolog/psikiater melalui fitur Telekonsultasi untuk mendapatkan diagnosis serta penanganan yang tepat.
Melalui fitur ini, pasien juga dapat menerima obat yang telah diresepkan oleh psikiater tanpa harus keluar rumah. Kendati demikian, terdapat beberapa jenis obat, seperti antidepresan dan antipsikotik yang perlu diambil oleh pasien secara langsung atau self pick up.(*)