GayaKito
Mengupas Alasan Gen Z Memilih Thrifting
JAKARTA, WongKito.co – Dengan meningkatnya biaya hidup sekaligus kesadaran akan krisis iklim, tampaknya Generasi Z (Gen Z) mulai menjauh dari industri mode cepat dan beralih ke fashion second-hand.
Gen Z memimpin revolusi fashion dengan menempatkan keberlanjutan dan keunikan pribadi di atas tren mode cepat. Belanja baju bekas (thrifting) menjadi salah satu pilar gerakan ini, menghadirkan kombinasi unik antara ramah lingkungan dan ekspresi diri.
Seiring keberlanjutan menjadi fokus utama dalam industri fashion, gelombang baru konsumen mulai mendefinisikan ulang pilihan gaya. Gen Z, khususnya, tertarik pada belanja barang bekas sebagai cara mengekspresikan keunikan diri sekaligus mendukung praktik ramah lingkungan.
Dilansir dari goodwill.org, dengan kesadaran tinggi terhadap masalah yang ditimbulkan oleh mode cepat, generasi ini tidak hanya mencari pakaian yang unik, tetapi juga mempertimbangkan implikasi etis dari setiap pembelian.
Dengan memilih barang secondhand, Gen Z membuat keputusan yang selaras dengan nilai-nilai mereka, termasuk membangun budaya yang mengutamakan komunitas dan keberlanjutan dibanding tren yang cepat habis. Gen Z mendefinisikan ulang gaya melalui thrifting, dan kamu juga bisa mengikuti tren ini.
Dilansir dari Thrift World, berikut alasan Gen Z memilih thrifting:
1. Keberlanjutan
Gen Z sangat menyadari dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh industri mode cepat (fast fashion). Industri ini dikenal boros dan memakan banyak sumber daya.
- Cek 5 Cara Mengatur Bonus Kerja agar Lebih Produktif dan Berkelanjutan
- Begini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM Bank Mandiri
- Wisata Alam ke Sekolah Gajah Lahat, Pengalaman Unik Berinteraksi dengan Hewan Darat Terbesar
Belanja baju bekas (thrifting) menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan, karena memungkinkan pakaian didaur ulang dan digunakan kembali.
Hal ini mengurangi permintaan produksi baru, sekaligus menjaga sumber daya dan menekan jumlah sampah di tempat pembuangan akhir.
Dengan memilih barang secondhand, Gen Z turut membantu mengurangi dampak negatif fast fashion, seperti polusi dan penggunaan air yang berlebihan.
2. Pilihan Fashion yang Unik
Toko pakaian bekas (thrift store) menyimpan banyak barang unik yang berbeda dari produk massal yang seragam. Gen Z menghargai keunikan dan kesempatan untuk mengekspresikan diri melalui pakaian yang khas.
Belanja thrift memungkinkan mereka menyusun lemari pakaian yang mencerminkan gaya pribadi, sering kali memadukan koleksi vintage dengan tren masa kini.
3. Manfaat Ekonomi
Belanja pakaian bekas ramah di kantong, sehingga menjadi pilihan menarik bagi generasi yang sering menghadapi keterbatasan finansial.
Baik sebagai pelajar maupun mereka yang baru memulai karier, Gen Z dapat menemukan pakaian stylish dan berkualitas tinggi dengan harga jauh lebih terjangkau dibandingkan produk baru.
Akses finansial ini memastikan bahwa fashion berkelanjutan bisa dinikmati semua orang, bukan hanya mereka yang mampu membeli merek ramah lingkungan kelas atas.
4. Bersifat Amal
Banyak organisasi keagamaan dan lembaga amal juga membuka toko barang bekas untuk mendukung kegiatan dan tujuan mereka. Mereka memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyumbangkan barang yang tidak terpakai dan menjualnya dengan harga terjangkau.
- #MENARIDIMALL: Peserta Palembang Terbanyak, Pengunjung Padati PTC Mal
- Perkuat Konservasi Gajah Sumatera di Lanskap Sugihan-Simpang Heran OKI
- Warna Sriwijaya, "Skill Up" Tata Rias 40 Waria, Upaya Bangkitkan Ekonomi Pelaku Usaha Salon
Karena itu, banyak orang bersedia berbelanja di toko thrift, termasuk yang bersifat nirlaba, karena ingin ikut berkontribusi mendukung kampanye atau kegiatan sosial yang sejalan dengan nilai mereka.
5. Mendukung Kreativitas
Belanja barang bekas memberikan kesempatan bagi generasi muda yang kreatif untuk menemukan gaya mereka sendiri dengan memadupadankan pakaian.
Dengan modal yang minim, mereka juga dapat mengasah kreativitasnya dengan membuat kerajinan dari barang-barang yang bagi banyak orang mungkin dianggap tidak berguna.
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com, jejaring media WongKito.co, pada 19 Oktober 2025.