Ekonomi dan UMKM
Pelonggaran Inflasi Jadi Faktor Pendorong, Bitcoin Meroket 13 Persen dalam 7 Hari
JAKARTA – Menurut pantauan Coin Market Cap, Senin, 15 Juli 2024 pukul 12.00 WIB, aset kripto Bitcoin tercatat telah mengalami pertumbuhan sebesar 13% dalam seminggu terakhir.
Lantas, apa faktor penyebab Bitcoin bisa mengalami kenaikan hingga double digit dalam sepekan sementara ekonomi global masih dipenuhi dengan ketidakpastian?
Dampak Penurunan CPI pada Ekspektasi Pasar
Data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat untuk bulan Juni yang dirilis pada Kamis, 11 Juli lalu, menunjukkan penurunan sebesar 0,1%.
Ini merupakan penurunan pertama sejak Mei 2020. Penurunan ini membuat indeks CPI secara year on year naik sebesar 3,0%, turun dari angka bulan Mei yang berada di 3,3%.
Menurut Crypto Analyst dari Reku, Fahmi Almuttaqin, perkembangan ini meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada September mendatang.
Baca juga:
- Simak Panduan Lengkap Memulai Bisnis Franchise Es Teh Poci
- Menikmati Pesona Palembang dari Plaza Benteng Kuto Besak
- Begini Resep Bolu Tape Simple
Penurunan suku bunga ini, jika benar terjadi, berpotensi memberikan dampak positif signifikan bagi pasar kripto.
Ekspektasi terhadap berlanjutnya penurunan suku bunga sebanyak dua kali atau lebih hingga pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada November juga meningkat.
Fahmi menyatakan bahwa perkembangan inflasi tersebut adalah sesuatu yang penting bagi outlook pasar kripto dalam beberapa bulan ke depan.
"Dengan tren inflasi yang membaik, potensi terjadinya peningkatan aliran dana segar ke pasar kripto imbas perubahan kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang lebih longgar, terlihat semakin dekat. Namun, pasar kripto yang masih sedang cukup tertekan sejak awal Juni mungkin kemudian tidak merespon perkembangan tersebut secara signifikan," ungkap Fahmi melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, dikutip Senin, 15 Juli 2024.
Perbandingan dengan Pasar Saham
Pasar saham Amerika Serikat yang telah mengalami reli sejak Juni mungkin melihat perkembangan data CPI ini sebagai momentum untuk melakukan profit taking menjelang musim laporan laba.
"Situasi ini sedikit berbeda dengan pasar kripto di mana Bitcoin yang pada 5 Juni berada di US$70 ribu mengalami penurunan hingga sempat menyentuh area US$54 ribu pada 5 Juli,” papar Fahmi.
Tekanan yang dihadapi pasar kripto dalam beberapa waktu lalu tercermin dalam indeks Fear & Greed yang mengukur kondisi sentimen pasar melalui beberapa sumber data termasuk media sosial.
Baca Juga: 8 Cara Menggali Peluang Keuntungan di Dunia Aset kripto
"Indeks Fear & Greed yang dikompilasi oleh alternative.me pada hari ini, Jumat, 12 Juli, menyentuh angka terendahnya di angka 25 yang terakhir terlihat pada 9 Januari 2023 ketika Bitcoin berada pada level harga US$17.000, yang merupakan salah satu area harga terendahnya setelah siklus bullish 2021," imbuh Fahmi.
Jika melihat perbandingan harga antara awal Juli dan Juni, respon positif terhadap aset kripto dikatakan Fahmi masih cukup minim. Minimnya respons positif terhadap aset kripto dari perkembangan data CPI bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi pasar.
Fahmi juga menggarisbawahi pengajuan ETF Solana oleh VanEck dan 21Shares yang tidak diikuti oleh peningkatan harga token SOL secara signifikan.
"Meskipun terdapat beberapa faktor yang bisa menjelaskan kondisi tersebut, seperti masih relatif minimnya optimisme pelaku pasar terhadap kemungkinan disetujuinya ETF tersebut, hal ini bukan yang biasanya terjadi di pasar kripto," jelas Fahmi.
Peluang bagi Investor
Anomali yang terjadi, menurut Fahmi, bisa menjadi situasi menarik bagi para investor. Kondisi di mana terjadi perkembangan positif yang nyata di berbagai aspek yang belum terlalu direspon oleh kenaikan harga aset kripto di pasar bisa menjadi momentum untuk berburu aset kripto potensial.
Aset kripto dengan nilai adopsi yang solid, namun secara performa harga masih belum begitu terapresiasi, menyimpan potensi menarik yang investor bisa gali lebih lanjut secara lebih seksama.
“Hal ini biasanya sulit dilakukan ketika pasar bergerak pada ritme yang lebih cepat. Reku juga rutin menambah daftar aset kripto setiap minggunya untuk memperluas pilihan diversifikasi investor," lanjutnya.
Peringatan bagi Investor
Namun, Fahmi juga mengingatkan agar investor tetap bijak dalam mengambil keputusan investasi dan memilih platform investasi aset kripto yang aman dan terdaftar untuk menghindari risiko-risiko teknis.
"Selain itu, investor bisa melakukan menabung rutin atau Dollar-Cost Averaging (DCA) sambil memantau kondisi pasar secara reguler. Investor juga lebih mudah untuk melihat rangkuman investasinya melalui fitur Investment Insight yang tersedia di Reku sehingga performa investasi secara periodik dan koin dapat dipantau secara real-time tanpa harus menghitung secara manual," tutupnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 15 Jul 2024