Pentingnya Hutan Hujan Amazon untuk Kehidupan di Bumi

Hutan Amazon (Popular Mechanics)

JAKARTA- Daratan Amerika memiliki hutan hujan Amazon yang merupakan hutan hujan terbesar di dunia dan mencakup lebih dari 2 juta mil daratan. Hutan ini membentang di sembilan negara Amerika Selatan yakni  Brasil, Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis.

Daerah yang subur memberikan manfaat penting bagi masyarakat yang tinggal dekat dan jauh. Hampir 500 komunitas adat menyebut hutan hujan Amazon sebagai rumah. Ini adalah ekosistem yang sangat beragam, rumah bagi spesies tumbuhan dan hewan yang tak terhitung jumlahnya. 

Hutan hujan dapat menciptakan cuacanya sendiri dan mempengaruhi iklim di seluruh dunia. Sayangnya, ekosistem telah rapuh menghadapi ancaman deforestasi yang terus-menerus dan telah menyaksikan kebakaran hutan yang menghancurkan tahun ini.

Berikut empat alasan kenapa kawasan hutan hujan Amazon sangat penting bagi bumi sebagaimana dikutip dari Popular Mechanics.

Melimpahnya Hewan

Dari katak beracun yang melompat-lompat di kolam hingga jaguar tutul yang menyelinap di tengah malam, hutan hujan Amazon penting karena menampung beberapa tanaman dan hewan paling karismatik di dunia. 

Baca Juga:

Hutan ini adalah salah satu ekosistem paling beragam di dunia. Menurut World Wildlife Fund Hutan Amazon menjadi  rumah bagi 10 persen spesies dunia. Menurut National Geographic Ada lebih dari 2,5 juta spesies serangga  di hutan ini. Selain itu ada sekitar 1.300 spesies burung, 3.000 spesies ikan dan sekitar 430 spesies mamalia.

Hewan-hewan ini memainkan peran penting dalam menjaga hutan hujan tetap sehat. Misalnya, nutrisi penting dari bangkai, kotoran, dan sisa makanan yang disimpan oleh lintah mamalia ke lantai hutan. Masuknya nutrisi ini membantu mikroba tanah menyimpan karbon dengan lebih baik daripada melepaskannya ke atmosfer.

Berbagai Macam Tumbuhan

Lebih dari 40.000 spesies tanaman telah ditemukan di hutan hujan Amazon. Banyak dari mereka memiliki kegunaan obat yang penting atau ditemukan dalam makanan yang kita makan. Cokelat, vanila, kayu manis, lada, dan kopi ditanam di hutan hujan. Pohon karet menghasilkan getah lateks putih lengket yang menyatukan planet kita dan memberikan sumber pendapatan bagi masyarakat adat yang tinggal di hutan hujan.

Tanaman Amazon berperan aktif dalam mengatur ekosistem. Saat tumbuhan di Amazon berfotosintesis, mereka menciptakan cuacanya sendiri. Melalui proses yang disebut transpirasi, tanaman melepaskan uap air dari pori-pori di sepanjang bagian bawah daunnya. Masuknya kelembaban ini menopang kehidupan dengan menyemai awan tebal yang membuat air terkunci di hutan yang rimbun dan mengalir ke sungai yang memasok masyarakat di hilir.

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada cuaca di Amazon. Saat hujan turun di atas hutan, udara hangat naik tinggi ke atmosfer, menarik lebih banyak uap air dari lautan ribuan mil jauhnya.

Kekayaan Sungai Amazon

Sungai Amazon adalah sungai terpanjang kedua di dunia, setelah sungai Nil. Menurut Survei Geologi AS saluran airnya yang berkelok-kelok mencakup kira-kira hampir 4.000 mil. Amazon memiliki tingkat curah hujan tertinggi di dunia. Lebih dari 3.700 mil kubik air hujan jatuh dari langit setiap tahun.

Baca Juga:

Keanekaragaman hayati di sepanjang Sungai Amazon dan lahan basah di sekitarnya sangat kaya. Sungai yang berkelok-kelok adalah rumah bagi banyak spesies termasuk piranha perut merah, ikan pari pancake, hiu banteng, buaya caiman hitam, dan lumba-lumba sungai merah muda yang terancam punah. 

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa lahan basah di Amazon menampung lebih dari 53 persen dari lebih 6.727 spesies pohon yang dihitung di Amazon.

Siklus Karbon dan Oksigen

Hutan hujan Amazon memainkan peran penting dalam mengatur siklus oksigen dan karbon dunia. Wilayah ini menghasilkan sekitar 6 persen oksigen dunia dan telah lama dianggap sebagai penyerap karbon, yang berarti ia dengan mudah menyerap sejumlah besar karbon dioksida dari atmosfer.

Tetapi ketika pohon ditebang dan hutan dibakar, karbon itu dilepaskan ke atmosfer dengan kecepatan dan tentu saja mengkhawatirkan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hutan-hutan ini mungkin mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida daripada yang mereka serap. Jika kita dapat melestarikan sebagian besar ekosistem yang rapuh ini, para ilmuwan yakin kita mungkin dapat memulihkan statusnya sebagai penyerap karbon.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 30 Dec 2021 

Bagikan

Related Stories