Peringati Hari Lahan Basah Sedunia: Pemuda Sumsel Gugat Kembalikan Lahan Basah Sungai Musi, Ikuti Beragam Acaranya Yuk!

Peringati Hari Lahan Basah Sedunia: Pemuda Sumsel Gugat Kembalikan Lahan Basah Sungai Musi, Ikuti Beragam Acaranya Yuk! (ist)

PALEMBANG, WongKito.co - Dalam rangka memeringati Hari Lahan Basah Sedunia yang berlangsung pada 2-4 Februari 2024, sejumlah komunitas pemuda Sumatera Selatan (Sumsel) menyelenggarakan rangkaian acara dengan judul “Kembalikan Lahan Basah Kami” dan dengan tema: Merayakan Hujan, Becek, dan Nyamuk.

"Kami merupakan gabungan komunitas pemuda yang lahir dari lahan basah Sungai Musi, kami  menggugat agar fungsi lahan basah dikembalikan sehingga bencana dapat diminimalisir," kata panitia pelaksana peringatan Hari Lahan Basah Sedunia, Muhammad Salman Al-Farisy, dalam siaran pers, Minggu (28/1/2024).

Menurut dia lahan basah Sungai Musi luasnya sekitar 3 juta hektare, berupa sungai, rawa gambut, rawa dan mangrove, selama belasan abad menjadi bagian penting dari peradaban bahari di Nusantara.
Dimulai dari masa pra Sriwijaya, Sriwijaya, hingga Kesultanan Palembang.

Baca Juga:

Dari sekitar 3  juta hektare tersebut, data Hutan Kita Institute (HaKI) mengungkapkan 1.123.119 hektare lahan basah (rawa gambut) di Sumsel telah beralihfungsi menjadi konsesi perkebunan sawit dan HTI (Hutan Tanaman Industri), tambah dia.

Padahal kata dia lahan basah Sungai Musi tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi sungai, tetapi juga menjadi sumber pangan, sandang, obat-obatan dan ekonomi, tambah dia.

Tak hanya itu, Salman menjelaskan berbagai pengetahuan dilahirkan yang hingga kini masih terjaga  dalam sejumlah tradisi. Mulai dari teknologi perkapalan dengan kemampuan masyarakat tepi sungai membangun ketek atau perahu, alat tangkap ikan, pengobatan tradisional, hingga kuliner.

Namun, kondisi tersebut kini menjadi sangat  miris karena bentang alam lahan basah Sungai Musi mengalami kerusakan. Dimulai dari habisnya hutan rimba dampak dari aktivitas perusahaan HPH (Hak Penguasahaan Hutan), perkebunan sawit dan HTI (Hutan Tanaman Industri).

Kemudian pembangunan infrastruktur, seperti permukiman transmigran, jalan, dan pabrik, serta limbah dari aktivitas industri dan rumah tangga juga berperan dalam merusak lahan basah Sungai Musi, ujar dia.

Di sisi lain yang tidak bisa dihindari, perubahan iklim global, kian berdampak pada memperparah kondisi lahan basah Sungai Musi. El Nino dan La Nina menjadi lebih ektsrem, sehingga lahan basah Sungai Musi mengalami kekeringan parah di saat musim kemarau dan kebakaran lahan dan hutan yang sulit diatasi, serta saat musim hujan terjadi bencana hidrometeorologi yang luas dan panjang.

Dampaknya bukan hanya sekedar kehilangan kekayaan flora dan fauna, warga yang selama ini bermukim di sekitar lahan basah Sungai Musi terus kehilangan sumber pangan dan ekonomi.

Ia menegaskan, jika lahan basah Sungai Musi tidak segera pulih, maka berbagai komunitas yang hidup di sekitarnya akan tersingkirkan atau terkalahkan.

"Kami dari generasi muda yang lahir dan tumbuh dari sejumlah komunitas di lahan basah Sungai Musi tidak mau hal tersebut terjadi. Kami berharap dan berkeinginan lahan basah tersebut dikembalikan, sehingga masa depan kami jauh dari berbagai bencana alam," ujar Salman.

Beranjak dari gambaran di atas, kami berencana menggelar kegiatan dengan judul “Kembalikan Lahan Basah Kami” dengan tema: Merayakan Hujan, Becek, dan Nyamuk.

Kegiatan yang didukung Rumah Sriksetra, Mongabay Indonesia, dan Pulitzer Center, bersamaan dengan peringatan Hari Lahan Basah Dunia, yang berlangsung dari 2-4 Februari 2024 (Jumat-Minggu], bertempat di Kopi Mibar, Jalan Mahameru, 16 Ulu, Palembang.

Baca Juga:

Adapun kegiatannya:

1. Pameran Foto dan Diskusi
• Jumat (2 Februari 2024) Pukul 15.00-21.00 WIB
• Fotografer: Nopri Ismi, Humaidy Kenedy, dan lainnya
• Narasumber: Nopri Ismi

2. Diskusi Lahan Basah Sungai Musi & Pemutaran Film
• Sabtu (3 Februari 2024) Pukul 15.00-21.00 WIB
• Narasumber:
- Mongabay Indonesia
- Walhi Sumatera Selatan
- Wikigambut Sumatera Selatan
- Dian Maulina

3. Peluncuran Buku & Pembacaan Puisi Sumatera Selatan & Sumatera Barat
• Minggu (4 Februari 2024) – Pukul 15.00-22.00 WIB
• Penyair: Arbi Tanjung, Aurelly Nada Salsabila, Mahesa Putra, Reza Maulana, Almer Deo Patra, Kemas Yudha, Unggul Bagus Riski, Siti Wahyu Vitamagistra.(ril)


Related Stories