Senangnya Perempuan Desa Tebat Benawa Olah Ampas Kopi jadi Sabun

Senangnya Perempuan Desa Tebat Benawa Olah Ampas Kopi jadi Sabun (ist)

PULUHAN perempuan Desa Tebat Benawa, di Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan merasa senang bisa mengikuti pelatihan mengolah ampas kopi menjadi sabun padat.

Sebelumnya, warga desa yang kini menjadi Desa Wisata hanya mengolah kopi untuk diolah menjadi kopi bubuk atau menjual biji kopi langsung ke penampung di Kota Pagar Alam.

Berkat mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) pada awal pekan lalu, kini perempuan Desa Tebat Benawa telah merintis hilirisasi produk perkebunan menjadi produk sabun alami yang menyehatkan kulit sekaligus diolah sebagai oleh-oleh khas bagi wisatawan yang datang ke kota yang berada di kawasan lembah Gunung Dempo tersebut.

Mengutip suarasumsel.id, pelatihan dipandu oleh Tim pengajar dari Tanisani Projekt, sebuah usaha rintisan yang secara khusus fokus pada edukasi masyarakat dan memroduksi produk perawatan kulit ramah lingkungan salah satunya sabun alami.

Ampas kopi dengan tambahan aneka minyak nabati diproses secara sederhana menjadi sabun padat berbahan kopi.

Kelompok petani kopi perempuan di Desa Tebat Benawa tersebut tergabung dalam Kelompok usaha perhutanan sosial Kopi Ringkeh ini juga mendapat pengetahuan lanjutan tentang teknik mencetak, memotong, dan serta potensi pemasaran.

Baca Juga:

Dari sisi manfaat, sabun kopi memiliki sejumlah keutamaan selain aroma yang menenangkan. Sabun kopi juga memberi nutrisi yang menyehatkan kulit. Agregat dan kandungan asam yang dimiliki kopi juga baik untuk membersihkan sel-sel kulit yang mati dan membuat kulit lebih cerah.

“Selama ini kami hanya menyangrai biji kopi untuk dijadikan kopi bubuk. Kini kami bisa membuat sabun mandi yang sehat untuk kulit. Dan yang penting bisa dijual sebagai oleh-oleh khas desa kami dan Pagar Alam,” kata Ketua Kelompok Petani Perempuan Desa Tebat Benawa, Surainah.

Senior Project Manager Creating Shared Value (CSV) PT Pusri, Rahmawati mengatakan pihaknya terus berupaya mendorong masyarakat melakukan inovasi diberbagai sektor, seperti pengolahan biji kopi.

“Kami berkomitmen untuk memajukan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat secara bersamaan dengan meningkatkan nilai-nilai kompetitif perusahaan. Kini, dilakukan diversifikasi produk dari kopi, kami ingin agar petani di desa juga meningkat kesejahteraannya dari pengolahan hasil kebun mereka,” ujarnya.

“Selama ini, belum banyak terobosan ke pengembangan produk hilir yang memiliki nilai tambah. Kita berharap melalui pelatihan sabun ini, Desa Wisata Tebat Benawa dapat memunculkan satu produk unggulan berbahan baku kopi yang memiliki nilai ekonomis. Apalagi Desa Wisata ini berada di Pagar Alam yang menjadi salah satu daerah tujuan wisata utama di Sumatera Selatan. Ibu-ibu yang belajar membuat sabun hari ini dapat menciptakan produk unggulan daerah dalam bentuk produk kesehatan dan oleh-oleh khas,” papar Rahmawati.

Dukung Perempuan Berdaya

Ketua Adat Desa Tebat Benawa, Budiono mengatakan perempuan Desa Tebat Benawa memiliki peran penting dalam pengembangan produk kopi. Bahkan mulai sejak dari kebun sampai ke pengolahan biji kopi hasil panen.

“Di sisi lain, ibu-ibu di sini juga punya waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk usaha kreatif. Salah satunya pengolahan sabun kopi ini.”

Baca Juga:

Hal ini sangat cocok dengan keberadaan Desa Tebat Benawa yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia sebagai desa wisata juga sebagai penghasil kopi. Klop dengan pesona wisata Pagar Alam yang telah dikenal dengan kegagahan gunung Dempo dan hamparan kebun teh serta kopinya yang khas dan banyak digemari.

Pemberdayaan Perempuan menjadi nilai penting.

Demikian juga diakui oleh pendiri Tanisani Projekt, Reka Agni Maharani. Menurutnya, kreasi produk perkebunan rakyat dalam bentuk sabun alami ramah lingkungan ini selain memberi nilai tambah bagi pengolahan kopi Pagar Alam juga dapat membangun keberdayaan masyarakat. Terutama, keberdayaan petani kopi perempuan.

Meski demikian, menurut penggiat sabun artisan di Prabumulih ini, membangun keberdayaan ini memerlukan tahapan yang tidak instan dan mudah.

“Setelah mendapatkan pelatihan, kita masih perlu menemani para peserta berproses dan mengadopsi teknologi membuat sabun kopi hingga menjadi produksi massal yang berkelanjutan. Tentu saja butuh pendampingan yang intensif dan jangka panjang selain dukungan kepada kelompok untuk menggerakkan usaha berbasis kelompok, meningkatkan kualitas produk, membangun pasar dan memperluas akses pemasaran, bahkan mendorong inovasi-inovasi lebih lanjut bersama kemitraan multi-pihak,” kata Reka.(*)


Related Stories