Siap Bangun Pusat AI di Solo, Simak ini Profil Perusahaan Amerika yang Mengerjakan

Kantor Nvidia (Investopedia)

JAKARTA -  Pusat artificial intelligence atau kecerdasan buatan (AI) siap dibangun oleh perusahaan raksasa cip global, Nvidia di Solo dengan biaya sekitar US$200 juta atau Rp3 triliun. Lokasi untuk pusat artificial intelligence akan berada di Solo Technopark, kawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terletak di Jl Ki Hajar Dewantara No 19 Jebres, Surakarta.

Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengatakan, dipilihnya Kota Solo ini karena dianggap memiliki SDM yang bagus. 

Nvidia berencana mendirikan pusat AI di Solo mulai tahun ini. Perusahaan teknologi tersebut telah menjalin kerja sama dengan Nvidia. Selain di Solo, perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat itu juga membangun pusat AI di Malaysia dan Singapura. Perusahaan telekomunikasi BUMN Telkom Indonesia, juga sedang membuka peluang kerja sama dengan Nvidia terkait teknologi AI.

Baca Juga:

Diketahui Nvidia mengumumkan kerjasama dengan mitra lokal, Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT), untuk membangun pusat kecerdasan buatan (AI) di Kota Solo, di Mobile World Congress (MWC) 2024 Barcelona, pada akhir Februari.

Di samping itu, Nvidia menjadi perusahaan paling berharga di dunia, menggeser Microsoft dari posisi teratas. Nvidia baru-baru ini memainkan peran utama dalam persaingan dominasi teknologi AI. Hal ini telah menarik perhatian investor.

Lonjakan yang mengesankan dalam nilai pasar Nvidia selama setahun terakhir telah menjadi simbol antusiasme Wall Street terhadap munculnya teknologi AI di dalam industri teknologi.

Dilansir dari Al Jazeera, saham pembuat chip tersebut naik 3,5% menjadi US$135,58 per lembar, yang meningkatkan kapitalisasi pasarnya menjadi US$3,33 triliun atau sekitar Rp54,57 kuadriliun (dengan kurs Rp16.390).

Prestasi ini terjadi beberapa hari setelah perusahaan yang berbasis di Santa Clara California itu melampaui Apple untuk menjadi perusahaan paling bernilai kedua di dunia.

Nilai pasar saham dua pesaingnya mengalami penurunan. Nilai pasar Microsoft turun 0,45% menjadi Rp3,31 triliun atau sekitar Rp54,25 kuadriliun, sedangkan Apple turun 1% menjadi hanya US$3,28 triliun atau sekitar Rp53,75 kuadriliun.

Mengenai Nvidia yang ingin bangun pusat AI di Solo, bagaimana profil perusahaan tersebut?

Profil Nvidia

Nvidia merupakan perusahaan teknologi besar yang berbasis di Santa Clara, California, Amerika Serikat. Perusahaan ini memproduksi perangkat lunak dan unit pemrosesan, API (Application Programming Interfaces) untuk data science dan komputer berkinerja tinggi, serta SoCs (System on a chip units) untuk komputasi mobile.

Nvidia juga merupakan pemasok utama perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk kecerdasan buatan (AI) oleh banyak perusahaan. Karena popularitas yang meningkat, nama dan bisnis perusahaan ini terus berkembang pesat.

Nvidia mendominasi sekitar 80% pasar chip AI kelas atas, dengan kliennya termasuk pembuat ChatGPT OpenAI, Microsoft, Alphabet, dan Meta Platforms yang menggunakan komponen-komponen Nvidia untuk bersaing di sektor AI generatif yang sedang berkembang pesat.

Nvidia merupakan salah satu dari perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia, melampaui induk Google, Alphabet, dan perusahaan e-commerce Amazon. Pada awal Maret lalu, kapitalisasi pasar Nvidia telah mencapai US$2,11 triliun, menjadikannya perusahaan dengan kapitalisasi pasar ketiga terbesar di dunia setelah Apple dan Microsoft.

Pada kuartal IV tahun lalu, Nvidia mencatatkan kinerja yang sangat baik dengan pendapatan mencapai US$22,1 miliar, meningkat 265% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Keberhasilan ini juga diikuti dengan laba bersih yang mencapai US$12,9 miliar, meningkat lebih dari delapan kali lipat.

Nvidia didirikan tiga sekawan insinyur yang ingin keluar dari tempat kerjanya dan ingin memulai mendirikan perusahaan sendiri pada awal tahun 90-an. Mereka adalah Curties Priem dan Chris Malachowsky dari Sun Microsystems, serta Jensen Huang dari LSI Logic.

Nvidia memiliki beberapa anak perusahaan, termasuk:

1. Bright Computing

2. Cumulus Networks

3. DeepMap

4. Mellanox Technologies

5. Nvidia Advanced Rendering Center

Perusahaan ini didirikan pada 5 April 1993 oleh Jensen Huang, Chris Malachowski, dan Curtis Priem. Ketiganya adalah insinyur di bidang yang berbeda. Huang adalah seorang teknisi elektronik dan desainer mikroprosesor. Malachowski sebelumnya bekerja sebagai insinyur di Sun Microsystems, sedangkan Priem sebelumnya adalah senior engineer dan perancang chip di IBM dan Sun Microsystems.

Ketiganya merencanakan pendirian perusahaan dalam sebuah pertemuan di restoran diner di East San Jose. Perusahaan awalnya didirikan dengan modal USD40.000, namun kemudian mendapatkan pendanaan tambahan senilai USD20 juta dari Sequoia Capital dan investor lainnya.

Mereka memproyeksikan teknologi komputasi cepat berbasis grafis akan menjadi tren di masa depan. Mereka juga melihat komputasi untuk video game memiliki prospek cerah, meskipun pada saat itu masih sangat menantang.

Karena tantangan yang dihadapi dalam komputasi video game, ini menjadi fokus utama perusahaan untuk menarik pasar yang luas. Divisi riset dan pengembangan diaktifkan untuk mengeksplorasi komputasi canggih.

Awalnya, perusahaan belum memiliki nama. Ketiga pendiri ini menggunakan nama file kerja mereka dengan ‘Next Version.’ Ketika perusahaan hendak didirikan secara resmi, mereka memilih nama Nvidia.

Sebelum mencapai kesuksesan, Nvidia mengalami masa sulit dan hampir bangkrut. Pada 1996, Jensen Huang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap separuh karyawan karena kekurangan dana untuk produksi dan pengembangan, serta untuk membayar gaji karyawan.

Baca Juga:

Dana yang tersisa kemudian digunakan untuk mengembangkan RIVA 128, produk akselerator grafis untuk proses komputasi yang dibutuhkan pada saat itu.

Ketika RIVA 128 pertama kali diluncurkan, Nvidia hanya memiliki cukup dana untuk membayar gaji karyawan selama satu bulan. Namun, keberhasilan produk RIVA 128 yang terjual jutaan unit dalam empat bulan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

Tahun berikutnya, Nvidia terus mengembangkan berbagai produk processing unit dan chipset yang banyak digunakan untuk konsol game dan laptop. Produk-produk Nvidia sering digunakan dalam laptop berbasis Windows.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 21 Jun 2024 

Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories