Tak Kenal Pandemi, Penyaluran Kredit Bank Mandiri Sumatera II Tumbuh 6,60 Persen

Tak Kenal Pandemi, Penyaluran Kredit Bank Mandiri Sumatera II Tumbuh 6,60 Persen (ist)

PALEMBANG, WongKito.co - Meskipun masih pandemi COVID-19, penyaluran kredit Bank Mandiri Regional II Sumatera mencapai 6,60 persen.

Regional CEO Bank Mandiri Regional II – Sumatera 2, Ade Hasballah Abdullah mengatakan penyaluran kredit secara tahunan tumbuh 6,60% menjadi Rp45,5 triliun pada September 2021.

"Penyaluran kredit tersebut didominasi ke sektor-sektor potensial dan prioritas seperti pertanian, perburuan dan kehutanan 35,67% dan perdagangan besar dan eceran 16,94%," kata dia, dalam siaran persnya, awal pekan ini.

Dia menjelaskan sejalan dengan upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan Pemerintah.

Bank Mandiri berkomitmen untuk bersama-sama mendorong kebangkitan ekonomi di sektor-sektor potensial pada masing-masing wilayah termasuk UMKM," ujarnya.

Ade menambahkan sampai dengan September 2021, secara umum kredit UMKM Bank Mandiri turut mencatat peningkatan signifikan sebesar 20,3% YoY menembus Rp100,1 triliun.

Pertumbuhan pada sisi kredit UMKM, juga didukung oleh upaya pemerintah dan regulator lewat optimalisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), tambah dia.

Hasilnya, realisasi penyaluran total KUR Bank Mandiri dalam sembilan bulan pertama 2021 telah mencapai Rp28,46 triliun kepada lebih dari 291 ribu debitur.

Hal itu, tentunya berhubungan  dengan arahan Pemerintah, penyaluran KUR tersebut utamanya disalurkan ke sektor produktif seperti pertanian, perburuan dan perikanan sebesar Rp8,69 triliun serta industri pengolahan dan pertambangan senilai Rp2,3 triliun.

Pertumbuhan ini diimbangi dengan perbaikan dari sisi kualitas kredit. Per 30 September 2021, posisi non performing loan (NPL) gross Bank Mandiri secara konsolidasi berhasil menurun 37 basis poin (bps) YoY ke level 2,96%. Meski NPL relatif menurun, perseroan tetap terus melakukan peningkatan rasio pencadangan atau coverage ratio sebesar 2.486 bps secara tahunan menjadi 230,01%.

"Untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit, kami terus menjaga pembentukan pencadangan untuk memastikan relevansi kualitas kredit dengan kondisi eksisting. Per September 2021 (YTD), Bank Mandiri telah membukukan biaya CKPN secara konsolidasi sebesar Rp16,4 triliun dengan rasio NPL coverage berada di level yang memadai," kata Ade.

Perseroan juga berhasil menjaga likuiditas yang tercermin pada peningkatan dana pihak ketiga (DPK) secara nasional dari sebesar Rp1.024 triliun pada September 2020 menjadi Rp 1.214 triliun di akhir September 2021 secara konsolidasi atau tumbuh 18,5% YoY.

Ade Hasballah menambahkan,pertumbuhan DPK ini utamanya disumbang dari sisi dana murah atau current account and saving account (CASA) yang turut berkontribusi menjaga Cost of Fund (YTD) Bank Mandiri (konsolidasi) di angka 1,62%. Pertumbuhan CASA dan penyaluran kredit yang positif sampai dengan tahun berjalan 30 September 2021 menghasilkan peningkatan aset perseroan secara konsolidasi yang mencapai Rp 1.637,95 triliun, meningkat 16,44% secara YoY.

Secara khusus di Region II – Sumatera 2, penghimpunan DPK perseroan tumbuh 12,24% menjadi Rp43,3 Triliun yang ditopang oleh rasio dana murah (CASA) yang sebesar 74,7%, katanya.

Di sisi lain, restrukturisasi kredit terdampak COVID-19 juga terus menunjukan tren yang melandai seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi. Per tanggal 30 September 2021 total restrukturisasi kredit terdampak COVID-19 (bank only) secara nasional di Bank Mandiri yaitu sebesar Rp90,1 triliun mengalami penurunan dibandingkan periode akhir tahun 2020 lalu yakni sebesar Rp93,3 triliun.

Pencapaian kinerja positif Bank Mandiri di Kuartal III 2021 menunjukkan bahwa geliat pertumbuhan mulai terjadi. Kami tentunya secara berkala akan memantau kondisi perekonomian, termasuk menggali potensi-potensi bisnis untuk menunjang pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan," katanya.(ril)


Related Stories