KabarKito
Tarif Ojol Naik, Saatnya Pemerintah Serius Benahi Angkutan Umum
JAKARTA, WongKito.co — Ketergantungan masyarakat pada ojek online (ojol) sebagai moda transportasi utama semakin tinggi, terlebih ketika transportasi umum belum menjangkau banyak wilayah secara optimal.
Namun, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Tory Damantoro menekankan bahwa solusi jangka panjang bukanlah terus-menerus memfasilitasi ojol, melainkan membangun dan memperluas jaringan transportasi publik yang mumpuni.
Pernyataan ini mencuat di tengah perbincangan mengenai kemungkinan kenaikan tarif ojol yang diprediksi bisa menimbulkan keluhan dari para pengguna. Menurut Tory, kondisi ini justru harus jadi momentum bagi pemerintah untuk serius mendorong pengembangan moda transportasi umum yang lebih luas, terintegrasi, dan mudah diakses.
"Respon pemerintah yang paling baik terhadap ojol itu adalah pembangunan angkutan umum," tegas Tory saat ditemui di gedung DPR, Selasa, 1 Juli 2025.
- Total 5.517 Jemaah Haji Debarkasi Palembang Telah Kembali
- Yuk Nikmati Sensasi Liwetan Premium dengan Cita Rasa Khas Nusantara di THE 1O1 Palembang Rajawali
- Daya Beli Masyarakat Terjaga, Inflasi Sumsel Juni 2025 Terkendali
Selama ini, lanjutnya, masyarakat masih menjadikan ojol sebagai pilihan utama karena belum ada moda transportasi lain yang benar-benar bisa menggantikan kenyamanan dan fleksibilitasnya. Namun, jika transportasi publik dikembangkan secara masif dan merata, masyarakat akan lebih leluasa memilih moda transportasi sesuai kebutuhannya.
Bukan Sekadar Soal Subsidi
Tory menekankan bahwa memberi subsidi kepada ojol bukanlah jawaban utama atas tantangan transportasi urban saat ini. Pemerintah harus berani berinvestasi pada perluasan dan peningkatan kualitas layanan transportasi umum, baik dari segi infrastruktur, cakupan wilayah, maupun integrasi antarmoda.
“Tugas pemerintah adalah menyediakan angkutan umum bagi masyarakat. Soal bagaimana masyarakat nanti mengombinasikan ojol dan angkutan umum, biar mereka sendiri yang menentukan,” katanya.
Ia mencontohkan skenario yang bisa terjadi ketika tarif ojol naik: pengguna tidak lagi menggunakan ojol dari titik awal ke tujuan akhir (end-to-end), tetapi hanya sebagai penghubung ke moda lain seperti MRT, KRL, atau bus Transjakarta.
“Misalnya dari rumah naik ojol ke stasiun MRT, terus naik MRT ke pusat kota. Itu bisa jadi pilihan, apalagi buat mereka yang nggak terlalu dikejar waktu,” ujar Tory.
Transportasi yang Terintegrasi, Solusi Masa Kini
Gagasan ini sejalan dengan konsep integrasi transportasi yang sejak lama digaungkan para ahli. Dengan sistem yang terintegrasi—baik secara rute, tarif, maupun waktu tempuh—masyarakat bisa lebih efisien dalam bepergian. Ojol tetap punya peran, tapi sebagai pendukung atau pelengkap moda utama.
Tory mengingat kembali pengalamannya saat masih aktif di Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) pada 2017. Kala itu, ia mendorong Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk segera memperluas jangkauan layanan Transjakarta agar bisa menjangkau lebih banyak area pemukiman.
“Waktu itu saya usulkan perluasan Transjakarta dengan penambahan mikrotrans. Kenapa? Karena itu jadi alternatif transportasi masyarakat di area yang nggak terjangkau koridor utama,” paparnya.
Hal ini terbukti efektif, karena banyak warga yang kemudian terbantu dengan kehadiran armada mikrotrans—terutama di kawasan yang sebelumnya belum dilayani angkutan umum sama sekali.
Tak Harus End-to-End, Yang Penting Tersambung
Tory juga mengajak masyarakat untuk mulai memikirkan ulang pola perjalanan sehari-hari. Tidak semua rute harus diselesaikan dengan satu moda yang sama. Justru, dengan mengombinasikan beberapa moda—misalnya ojol ke halte Transjakarta lalu lanjut MRT—perjalanan bisa jadi lebih murah dan cepat.
“Kalau transportasi publiknya bagus, orang nggak akan keberatan naik kendaraan umum dan tinggal lanjut pakai ojol kalau butuh,” katanya.
Itulah pentingnya kehadiran sistem transportasi publik yang menyeluruh dan saling menyambung. Semakin luas jangkauan dan integrasinya, semakin kecil ketergantungan masyarakat pada satu moda tertentu saja.
Pemerintah Harus Tanggap
Menurut Tory, bola sekarang ada di tangan pemerintah. Ketimbang terfokus pada polemik tarif ojol, sebaiknya energi dan anggaran diarahkan ke pengembangan transportasi publik yang layak dan bisa diandalkan semua kalangan.
“Kalau pemerintah terus abai membangun angkutan umum, ojol akan terus jadi alternatif utama. Tapi itu bukan solusi jangka panjang,” ujar dia tegas.
- Inovasi Kuliner Kekinian : Menggaet Konsumen dengan Samyang Roll dan Es Jeruk Yakult
- Gerobak Dimsum Anti Bokek Palembang: Blueprint Sukses UMKM dari Mahasiswa Universitas IBA
- Masih Terlalu Maskulin, Ini Faktor Rendahnya Peran Perempuan di Industri Teknologi
Memang tidak mudah membangun sistem transportasi publik yang ideal. Tapi jika pemerintah konsisten dan melibatkan semua pihak—mulai dari swasta hingga masyarakat—bukan tidak mungkin Indonesia bisa menyusul kota-kota maju lain yang punya sistem transportasi terintegrasi dan ramah pengguna.
Kesimpulan: Masyarakat Butuh Opsi, Bukan Ketergantungan
Pada akhirnya, masyarakat butuh pilihan transportasi yang beragam. Ojol memang praktis, tapi jika tarif terus naik dan jalanan semakin padat, masyarakat perlu alternatif yang nyaman, aman, dan terjangkau.
Maka dari itu, memperluas jangkauan moda transportasi publik seperti busway, MRT, KRL, hingga layanan mikrotrans harus jadi prioritas. Dengan begitu, ojol bisa tetap eksis tapi bukan jadi satu-satunya pilihan.
Dan yang paling penting, semua moda transportasi harus bisa saling menyambung—agar masyarakat bisa bergerak lebih leluasa, tanpa harus pusing memikirkan ongkos dan waktu tempuh.
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 1 Juli 2025.