Terdampak Tambang Batu Bara dan PLTU, Yayasan Anak Padi Latih Pemuda-Pemudi Desa Menulis untuk Kampanye di Media Sosial

Terdampak Tambang dan PLTU, Yayasan Anak Padi Latih Pemuda-Pemudi Desa Menulis dengan Cerdas di Media Sosial (Dok.WongKito.co)

PALEMBANG, WongKito.co - Wilayah Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan termasuk salah satu daerah yang  area pertambangan batu bara luas.

Data menunjukan hingga 2017, sebanyak 36 perusahaan batu bara beroperasi, dengan area konsesi 31.454,4 hektare.

Jika diakumulasikan dengan data kekinian, angka tersebut tentunya telah terjadi penambahan yang sangat signifikan.

"Desa kami dikepung perusahaan batu bara dan PLTU," kata Ketua Yayasan Anak Padi, Sahwan belum lama ini di Kota Pagar Alam.

Baca Juga:

Ia mengungkapkan aktivitas pertambangan batu bara telah merampas kebun, hutan dan juga lingkungan pedesaan.

Keberadaan Sungai Kungkilan yang sebelumnya menjadi andalan utama pemenuhan air baik untuk sawah dan ladang kini tak lagi berfungsi.

Bahkan, setiap kali musim kemarau kekeringan dan musim hujan meluap sehingga Desa Muara Maung, Kecamatan Merapi Barat kebanjiran.

Kondisi tersebut, tambah Sahwan menjadi salah satu bukti kerusakan berat akibat penambangan batu bara dampak buruknya sangat dirasakan masyarakat desa.

"Kesulitann air bersih, tidak bisa bercocok tanam lagi karena ladang dan kebun sudah tidak produktif," ujar dia.

Belum lagi menurut dia, efek lain yang sangat dirasakan warga desa akibat penambangan batu bara dan aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah debu dan kemacetan lalu lintas akibat truk batu bara lalu lalang tak mengenal waktu.

Kampanye di Media Sosial

Sebagai masyarakat yang terdampak atas kerusakan akibat tambang batu bara dan aktivitas PLTU, Sahwan mengatakan penting sekali membekali warga, terutama generasi muda untuk menulis dan belajar keamanan digital.

"Tak bisa kita pungkiri saat ini transformasi digital telah merubah gaya hidup, termasuk masyarakat di pedesaan," kata dia.

Karena itu, pelatihan paramedia menjadi salah satu upaya meningkatkan kemampuan pemuda dan pemudi desa untuk mengkritisi kondisi daerah yang dikepung tambang batu bara dan efek lainnya.

Peserta diajari bagaimana membuat tulisan dengan belajar langsung kepada praktisi atau jurnalis.

"Mereka tak hanya belajar menulis dengan kaedah jurnalistik tetapi juga bagaimana agar aman dalam bermedia sosial dan yang pasti juga bisa membuat siaran pers untuk disebarluaskan ke media," kata dia lagi.

Bukan hanya itu, pada pelatihan kali ini Ia menambahkan kalau keamanan bermedia sosial dan berseluncur di dunia maya juga menjadi bagian penting dalam program peningkatan kapasitas pemuda desa.

"Kami berharap kelak anak-anak muda dari desa di Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam bisa mengoptimalkan kampanye melalui media massa maupun media sosial dari hasil tulisan dan foto juga video karya mereka," harap Sahwan yang sebelumnya juga menyelenggarakan pelatihan Paralegal bagi pemuda dan pemudi desa.

Ketua Pelaksana Pelatihan Paramedia, Reza Yuliana menjelaskan pelatihan diikuti 16 peserta dari sejumlah desa yang terdampak penambangan batu bara dan PLTU di Lahat.

Selain itu, juga diikuti jaringan Yayasan Anak Padi dari Kota Pagar Alam yang selama ini konsen bergerak menjaga kebersihan Gunung Dempo dan megalitikum, kata dia.

Pelatihan Paramedia dengan tema "Paramedia sebagai Ujung Tombak Kampanye Media Sosial" berlangsung di Kota Pagar Alam, pada 26-27 Juli 2023.

Hadir sebagai narasumber yaitu Pemimpin Redaksi WongKito.co yang juga trainer Cek Fakta Google News Initiative (GNI), Nila Ertina FM dan jurnalis Sriwijaya Pos-Tribunsumsel, Wawan Septiawan.

Produktif Bermedia Sosial

Dalam kesempatan pelatihan selama dua hari, di Kota Pagar Alam berhawa sejuk dan udara bersih yang tentunya bertolak belakang dengan udara panas dan berdebu di kawasan Merapi, Lahat membuat peserta bisa mengikuti materi yang disampaikan serius tetapi tetap riang gembira.

Wawan mengatakan penting sekali pemuda dan pemudi untuk tetap kritis dan berjuang mendapatkan bekal tentang jurnalisme dan teknik menulis.

Baca Juga:

Begitu juga dengan kemampuan memotret dan mengambil video juga telah menjadi kebutuhan kekinian yang sebenarnya harus dimiliki generasi muda, apalagi bagi kawan-kawan yang memilih untuk kritis atas segala bentuk ketidakadilan yang dialami.

"Pelatihan ini menjadi langkah dan komitmen awal bagi peserta untuk tetap mengedepankan obyektivitas atau fakta dalam menyampaikan kritik," kata dia.

Senada dengan Wawan, Nila mengajak agar peserta mulai menjadikan media sosial sebagai bagian dari kerja-kerja produktif.

"Ayo jadikan media sosial sebagai sarana untuk mendorong produktivitas kita dalam kerja-kerja, termasuk kampanye atas kerusakan lingkungan," kata dia.(Nila Ertina FM)

Editor: Nila Ertina

Related Stories