Tradisi Menganyam Tikar Purun Mulai Terkikis, Perajin Ceritakan Proses Membuatnya

Tradisi Menganyam Tikar Purun Mulai Terkikis, Perajin Ceritakan Proses Membuatnya (WongKito.co/Magang Riksa)

PEDAMARAN, WongKito.co -  Wilayah Pedamaran, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan purun, terutama berupa antaman tikar atau alas duduk yang sudah ada sejak lama.

Tradisi menganyam tikar purun diketahui telah terjaga turun temurun, bahkan hampir setiap perempuan di Pedamaran bisa menganyam dahulunya.

Namun, kekinian budaya menganyam tikar purun mulai terkikis, tinggal orang tua saja yang secara rutin menganyam kerajinan khas tersebut.

"Dulu, tanaman purun sangat melimpah di kampung kami, kini mulai berkurang nian," kata Rusmi perajin tikar purun, dibincangi, Senin (5/6/2023).

Tanaman purun dulu berkembang biak di wilayah rawa gambut, tetapi kini tidak semudah dulu untuk mendapatkan bahan baku anyaman tersebut.

Baca Juga:

Karena itu, tradisi menganyam tikar mulai terkikis, anak muda pun mulai enggan belajar menganyam tetapi memilih merantau bekerja di kota.

Menurut Rusmi dulu ketika tanaman purun masih melimpah 80 persen penduduk Pedamaran mengeluti usaha membuat anyaman tikar berbahan purun.

Tak heran, kalau Pedamaran disebut sentra tikar purun, tambah dia.

Proses

Proses membuat tikar purun dilakukan dengan sangat sederhana, diawali dengan menjemur purun sampai kering hingga berwarna kecoklatan.

Rusmi menjelaskan batang purun yang sebelumnya hijau telah berubah menjadi kecoklatan lalu diproses lanjut dengan menumbuk kayu menggunakan antan kayu.

Antan kayu ini berfungsi menjadikan purun lebih tipis sehingga bisa diproses lanjut.

Lalu, dilakukan pewarnaan dengan merebus purun kering tadi di dalam air mendidih menggunakan pewarna atau biasa disebut kesumbo, ujar dia.

Selanjutnya dikeringkan, dan setelah benar-benar kering maka bisa dilanjutkan dengan proses menganyam helai demi helai purun menjadi tikar.

Ia bercerita, dulu menganyam tikar purun hampir dilakukan oleh semua masyarakat pedamaran karena sudah menjadi tradisi. Selain menjadi ibu rumah tangga, ibu-ibu dipedamaran juga menganyam tikar dan mengajarkan anak-anaknya menganyam tikar.

"Dulu bisa dibilang setiap rumah di Pedamaran orangnya menganyam semua, selain menjadi ibu rumah tangga mereka menyempatkan waktu luang dengan menganyam tikar," katanya.

Baca Juga:

Adapun, jenis atau corak tikar yang biasa dianyam warga Pedamaran adalah tikar berjalur, tikar sisik salak dan tikar putih.

Modifikasi

Kerajinan berbahan purun memang telah menjadi ciri khas dari Pedamaran, tapi kini tidak hanya tikar tetapi telah dimodifikasi dengan membuat beragam kerajinana lainnya.

Salah seorang perajin purun, Bambang mengungkapkan kalau anyamannya berupa tas, topi, kopiah dan beragam jenis lainnya peminatnya tinggi.

"Saya menjual beragam produk berbahan purun secara online maupun offline," kata dia.

Ia mengungkapkan bahkan dirinya juga pernah mendapatkan pesanan kerajinan berbahan purun dari Eropa.

"Mudah-mudahan purun tetap terjaga dan inovasi perajin pun makin banyak," kata dia lagi.(MG-Sa/Ert)


Related Stories