Ekonomi dan UMKM
UMKM Peduli Lingkungan M’ecotik: Kreativitas Itu Mahal, Hasilkan Produk Eksklusif
PALEMBANG, WongKito.co - Maria Ecoprint dan Batik atau M’ecotik adalah jenama (brand) yang diusung Maria, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asal Kota Lubuk Linggau. Hasil produksinya diperkenalkan dalam pameran Sriwijaya Expo di Halaman Gedung DPRD Provinsi Sumatera Selatan, Palembang, selama 24 - 28 Mei 2024.
Maria menjelaskan, desain ecoprint yang dipadukan dengan batik ini bukan hanya tentang fashion, tetapi juga tentang kepedulian terhadap lingkungan. Karena itu, dengan memakai M’ecotik siapa saja bisa ikut berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam.
Bahan yang digunakan adalah pewarna alami yang ramah lingkungan, seperti ketapang dan pinang yang menghasilkan warna cokelat muda hingga cokelat tua. Motif unik dan artistik di setiap desainnya menjadikan produknya tidak ada dua yang sama, sehingga pemakainya bisa tampil beda dan lebih personal.
Baca Juga:
- Kalender Tradisional Penentu Musim di Indonesia
- Bank Syariah Berkembang di Inggris, Simak Penyebabnya
- Memahami Risiko, Bahaya dan Penanggulangan Penggunaan Styrofoam di 26 ilir Kota Palembang
Menurutnya, industri fast fashion meskipun menarik karena harganya terjangkau dan bisa mengikuti tren yang ada, mempunyai dampak negatif yang luas. Dampaknya bisa dirasakan di lingkungan sekitar, misalnya limbah cair dari pewarna kimia yang dibuang ke sungai. Pewarna kimia bisa mengandung bahan berbahaya yang dapat mencemari lingkungan dan kesehatan.
Dengan memahami masalah-masalah yang ditimbulkan oleh fast fashion tersebut, dia berusaha mencari solusi mengurangi dampak negatif industri ini dengan berkarya dengan ecoprint. Diakui Maria, awalnya dia belajar secara otodidak dari video saat masa pandemi lalu.
Karya ecoprint Maria juga menggunakan kain perca sebagai ornamen tambahan. Beberapa desainnya juga ditambahkan batok kelapa yang dibuat menjadi kancing. “Proses produksi dirancang untuk meminimalkan limbah, sehingga tidak ada bahan yang terbuang sia-sia. Saya menyebutnya sistem zero waste,” ujar dia dibincangi wongkito.co di stand pamerannya.
Hal unik lain dari desain Maria, batik tulis yang dibuat adalah karya sendiri dengan ragam pola. Maria mengaku, ada beberapa pola anime dalam desainnya karena dia sangat suka dengan anime. Perpaduan ecoprint, batik, dan perca membuat desain fashion yang tercipta terlihat modis, trendi, sekaligus ramah lingkungan.
Sebelumnya, Maria menggunakan jenama Ecoprint by Maria Craft untuk karya-karyanya. Namun saat pengajuan HAKI tahun 2021, nama itu ditolak karena sudah banyak yang pakai dan tidak boleh bawa nama pemilik. Sampai akhirnya, HAKI untuk M’ecotik akhirnya keluar di tahun 2023.
“Saya semakin percaya diri dengan nama baru ini, sebab desain yang saya pakai memang memadukan antara ecoprint dan batik tulis dalam satu bahan. Inilah yang membuat produksi saya berbeda dengan ecoprint lainnya,” ungkapnya.
Baca Juga:
- TandaTangani Kesepakatan, Dua Srikandi Holda dan Meli Mustika Maju Pilgub Sumsel
- Prakiraan Cuaca Palembang, Selasa Siap-Siap Tengah Hari Hujan Petir
- Meniti Asa untuk Wujudkan Three Zero HIV/AIDS, di Tengah Tingginya Temuan Kasus Penyintas Anak
Dalam berkarya, Maria juga mengandalkan komunitas di lingkungannya seperti komunitas disabilitas, komunitas seni rupa, komunitas UMKM, dan lainnya. Rata-rata pekerjanya adalah perempuan yang sangat bisa diandalkan. Disinggung persaingan, Maria mengatakan, semakin banyak yang berkarya dengan ecoprint yang ramah lingkungan maka semakin bagus, semua bisa menjaga alam bersama.
Kini produk-produk M’ecotik sudah banyak dipamerkan di berbagai event. Maria bahkan sudah meraih berbagai penghargaan, diantaranya Anurgerah Inovator Terbaik kategori pengelola UMKM dari Lubuk Linggau tahun 2022 dan IKM Sumsel Award 2021.
Dia juga terus mengembangkan karya dengan pemilihan desain, bahan, dan media aplikasi ecoprint, seperti bahan polos sintetis untuk pasar menengah, dan bahan linen untuk pasar kelas atas. Produknya pun bukan hanya outer dan blazer, ada juga jilbab, mukena, tas, dan lainnya. “Tentu ini semua hasil kreativitas, dan kreativitas itu mahal,” ucapnya. (yulia savitri)