Ragam
Wamen Menteri ESDM: 421 Cekungan Air Tanah di Indonesia Kritis dan Rusak
JAKARTA - Saat in sebanyak 421 kondisi cekungan air tanah (CAT) di Indonesia dalam kondisi yang rawan, kritis, bahkan ada yang sudah rusak.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan Kementerian ESDM mencatat, Indonesia memiliki total 421 CAT yang tersebar di seluruh Indonesia. Paling banyak ada di Sulawesi dengan 91 CAT, kemudian Jawa dan Madura 80 CAT, Maluku 68 CAT, Sumatera 65 CAT, dan Papua 40 CAT.
"Kalau kita lihat ini cadangan air tanah berdasarkan cekungan ini ada air tanah yang sifatnya, kondisinya adalah sangat rawan, ada cadangan air tanah yang kritis, dan juga cadangan air tanah yang kondisinya rusak," ungkapnya saat Peluncuran Perizinan Air Tanah di Kementerian ESDM pada Rabu, 8 Januari 2025.
Baca Juga:
- Hoaks: Video Bayi Ular Berserakan Terlindas di Sumatera Utara
- Pemkot Terbitkan Perwali Larangan Penggunaan Kantong Plastik, Simak Tanggapan Pedagang Kaki Lima
- Harga Cabai Rawit Merah Melambung jadi Rp 76 Ribu/Kg
Ia menjelaskan, ada 5 CAT yang rawan yaitu CAT Metro dan Kotabumi Provinsi Lampung, Karanganyar, dan Boyolali Jawa Tengah, serta Yogyakarta. Sementara 5 CAT yang kritis yakni Palangkaraya, Banjarmasin, Brantas, Denpasar, dan Tabanan.
Sementara 11 CAT sudah rusak yakni Jakarta, Karawang, Bekasi, Pekalongan, Pemalang, Semarang, Serang, Tangerang, Bogor, Bandung, dan Soreang. CAT yang rusak ini, kata Yuliot, bisa menyebabkan land subsidance alias penurunan permukaan tanah.
Yuliot menuturkan, luas cekungan air tanah di Indonesia mencapai 907.615 km2 dengan potensi air tanah di akuifer bebas 496,2 miliar m3 per tahun dan di sistem akuifer tertekan 20,9 miliar m3 per tahun.
Indonesia merupakan pengguna air tanah terbesar ke-9 di dunia. Negara dengan konsumsi air tanah terbesar di dunia adalah India, China, Amerika Serikat, Pakistan, Iran, Bangladesh, Meksiko, dan Arab Saudi. Sementara posisi ke-10 adalah Turki.
Moratorium Izin Pengambilan Air Tanah di DKI Jakarta
Yuliot Tanjung mengungkapkan pemerintah akan segera menyetop sementara penerbitan izin baru pemanfaatan air tanah di wilayah DKI Jakarta. Hal ini menyusul adanya penurunan permukaan tanah alias land subsidence terutama di wilayah Jakarta Utara.
"Kami juga dengan Pak Kepala Badan (Geologi) dalam rangka pengendalian itu, izin baru air tanah di Jakarta ini belum akan diterbitkan," ujar Yuliot kepada awak media saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Rabu, 8 Januari.
Meski melakukan moratorium izin baru, Yuliot memastikan masyarakat yang sudah mengempit izin pemanfaatan air tahan tetap bisa mengambil air tanah sesuai dengan ketentuan.
Yuliot memastikan kebijakan moratorium izin tersebut nanti pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Baca Juga:
- Waspada ini Konten Penipuan! Mengatasnamakan Undian Poin Gembira Festival Akhir Tahun 2024 Telkomsel
- Keamanan Data di Era Digital, Ini Langkah Konkret dari BRI
- Kampung Pempek 26 Ilir : Surga Kuliner di Kota Palembang yang Diburu Wisatawan
Sebelumnya Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi menyebut pengambilan air tanah dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan penurunan permukaan tanah sehingga memperparah banjir rob .
"Untuk rob yang sekarang lagi banyak sekali dibicarakan memang ada berbagai penyebab. Antara lain memang kondisi muka tanah yang selalu turun, itu menjadi salah satu penyebab," kata Teguh di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 17 Desember.
Pemprov DKI juga terus menyosialisasikan agar masyarakat tidak lagi menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari. Sehingga, dampak banjir rob akibat penurunan muka tanah bisa ditekan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 08 Jan 2025