GayaKito
WHO Ungkap Banyak Bukti Varian Omicron Bergejala Ringan
JENEWA - Lembaga yang fokus untuk kesehatan di PBB atau WHO mengungkap bukti lebih banyak menunjukkan bahwa virus corona varian Omicron memengaruhi saluran pernapasan bagian atas, sehingga menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada varian sebelumnya.
"Kami menemukan lebih banyak studi yang memperlihatkan bahwa Omicron menginfeksi bagian atas tubuh. Berbeda dari yang lain, yang dapat menyebabkan pneumonia parah," kata Manajer Insiden WHO Abdi Mahamud di hadapan wartawan di Jenewa Selasa 4 Januari 2021. Menurut dia, fakta itu bisa menjadi kabar baik.
Namun, dia menambahkan penularan Omicron yang tinggi menandakan varian tersebut bisa menjadi dominan dalam beberapa pekan di banyak tempat. Hal itu dapat menjadi ancaman bagi negara-negara yang mayoritas penduduknya tetap tidak bersedia divaksin.
Pernyataannya tentang penurunan risiko penyakit parah mendukung data lain yang mencakup sebuah studi di Afrika Selatan, yang merupakan salah satu negara pertama yang melaporkan kemunculan Omicron.
Baca Juga:
- Siap-Siap, Berikut ini Jadwal Penerimaan Mahasiswa Baru 2022
- Sebagai Channel Pembayaran, Ultra Voucher (UVCR) Gandeng GoPay dan GoPaylater
- Sumsel Alami Inflasi 0,42 Persen
Akan tetapi, Mahamud juga memberikan satu peringatan, seraya menyebut Afrika Selatan "situasi yang berbeda" lantaran mempunyai populasi muda di antara faktor lainnya.
Disinggung soal apakah perlu vaksin khusus Omicron, Mahamud mengatakan terlalu dini untuk mengatakannya, tetapi menekankan bahwa keputusan tersebut membutuhkan koordinasi global dan jangan dilimpahkan ke sektor komersial untuk memutuskannya sendiri.
Dari Inggris dilaporkan para pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit di negara tersbeut secara umum menunjukkan gejala yang lebih ringan daripada sebelumnya.
"Saat ini, jika Anda melihat orang-orang yang dirawat di rumah sakit, mereka masuk dengan kondisi yang tidak terlalu parah dari sebelumnya," kata Menteri Vaksin dan Kesehatan Masyarakat Maggie Throup kepada Sky News Selasa 4 Januari 2022.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menolak memberlakukan tindakan lockdown yang ketat di Inggris menjelang Tahun Baru ketika varian Omicron memicu lonjakan kasus ke rekor tertinggi.
Sementara tingkat rawat inap meningkat, Inggris belum melacak lintasan kasus harian, yang mungkin mencerminkan dampak vaksin dan suntikan booster, kemungkinan tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah, dan jeda waktu pada orang yang masuk rumah sakit.
Baca Juga:
- Suga Kembali Beraktivitas setelah 10 Hari Terpapar COVID-19
- Outlook Tren Investasi Crypto 2022, Terus Berlanjut ini Penjelasan Analis
- Gambo jadi Seragam Resmi Pemkab Muba
"Jumlah orang yang ada di ranjang rumah sakit sekitar setengah dari jumlah tahun lalu dan itu menunjukkan kekuatan vaksin," kata Throup.
Thailand meningkat tajam
Sementara itu Kementerian Kesehatan Thailand mendesak warganya agar disuntik vaksin booster COVID-19 setelah kasus varian Omicron yang sangat menular naik lebih dari dua kali lipat selama masa liburan.
Hingga kini negara Asia Tenggara itu mencatat 2.062 kasus Omicron, kata pejabat kesehatan Supakit Sirilak saat konferensi pers. Angka itu naik dari 740 kasus sebelum liburan. Otoritas kesehatan memperingatkan risiko lonjakan kasus pascaliburan ketika masyarakat bepergian dan berkumpul di restoran.
Sebanyak 1.105 kasus Omicron berasal dari warga negara asing (WNA) dan sisanya dari kontak mereka. Thailand telah memberikan dua dosis vaksin kepada 64,1 persen dari sekitar 72 juta populasi, menurut data pemerintah. Sementara, para pejabat mengatakan baru 9,8 persen populasi yang mendapatkan vaksin booster. Hingga kini tercatat 2,2 juta kasus dan 21.750 kematian COVID-19 di negara tersebut.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 04 Jan 2022