Ekonomi dan UMKM
Outlook Tren Investasi Crypto 2022, Terus Berlanjut ini Penjelasan Analis
JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat, investor lokal crypto telah menyentuh angka 9,5 juta investor per Oktober 2021. Tren ini diperkirakan masih akan berlanjut tahun 2022.
Terkini jumlah marketplace crypto sudah mencapai 13 perusahaan pedagang aset kripto yang terdaftar di Bappebti. Namun, sebelum turut masuk berinvestasi aset kripto, sebaikanya Anda memperhatikan sejumlah hal yang dirangkum TrenAsia.com, jejaring WongKito.co berikut ini.
1. Penyebab kenaikan crypto
Ibrahim Assuaibi, analis crypto mengungkapkan, pada awal 2022 kenaikan investor crypto berpotensi naik hingga 10 Juta investor pada kuartal I-2022.
"Saat ini tren investasi di crypto sedang melejit. Investor lebih mengarahkan investasi di crypto karena lebih jelas dari segi keuntungannya," ungkapnya kepada TrenAsia.com, Senin, 3 Januari 2022.
Baca Juga:
- Suga Kembali Beraktivitas setelah 10 Hari Terpapar COVID-19
- Prancis Terapkan Aturan Ramah Lingkungan Terbaru, Kurangi Polusi
- Pemerintah Diskon Pajak PPN Properti Diperpanjang Lagi
Lonjakan jumlah investor Crypto juga didasari oleh peningkatan harga crypto yang dipengaruhi oleh peluncuran baterai kendaraan listrik.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pemerintah menargetkan produksi mobil listrik dan bus listrik pada 2030 mencapai 600.000 unit.
Sementara itu dari segi komoditas, litium merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap pergerakan harga aset kripto. Produksi litium sebagai bahan baku baterai di Indonesia berpotensi cukup baik. Terbukti dari adanya pembukaan pabrik Shenzhen Chengxin Lithium Group Co Ltd dan Tsingshan Holding Group, milik China di Sulawesi.
Pada sisi lain, fundamental crypto terkait dengan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) juga mendorong pasar untuk melakukan pembelian aset kripto.
Bagi penyedia market crypto, Oscar Darmawan, Founder Indodax.com, menjelaskan, potensi crypto akan semakin cerah pada tahun 2022 dengan munculnya aset digital yang dapat diperjualbelikan.
"Saya memprediksi akan ada suatu ekosistem baru setelah tahun 2020 ada DeFi dan di tahun 2021 ada hype NFT dan juga Metaverse," ujarnya pada kesempatan terpisah.
Baca Juga:
- Kurs Dolar Hari ini: Rupiah Diprediksi Melemah, Kasus COVID-19 Dunia Meningkat
- Yuk Simak, Tips Beli Mobil Baru 2022 Secara Kredit Dengan Angsuran Ringan
- Indonesia Sudah Investasi Rp734,3 Triliun di Industri Smelter Logam, Fokus Hilirisasi
Seperti yang diketahui NFT (non fungible token) adalah aset digital yang diperjualbelikan mengguanakan mata uang crypto. Sedangkan Metaverse secara garis besar artinya ruang virtual yang dapat melakukan transaksi ekonomi menggunakan uang crypto.
Adapun kenaikan jumlah investor crypto, juga berpengaruh terhadap kenaikan harga aset kripto saat ini.
2. Potensi Crypto Turun
Menurut Ibrahim, meskipun crypto terkoreksi, hal ini tidak akan berlangsung lama. Kondisi itu terjadi lantaran adanya kekuatan yang cukup besar dalam minat beli masyarakat.
"Meskipun mengalami penurunan, misalnya karena suku bunga AS, saat terjadi koreksi cukup dalam, di situlah investor akan kembali ke pasar crypto," imbuhnya.
Kenaikan suku bunga Bank Sentral AS The Fed memiliki dampak besar terhadap kenaikan suku bunga di negara lainnya.
Sementara itu, sebagai penyedia market crypto, Indodax memberikan pelayanan kepada investor, seperti dengan memberikan edukasi gratis sebagai upaya mempertahankan tren crypto ini.
3. Milenial
Seperti yang diungkapkan Ibrahim, crypto merupakan invetasi bebasis digital. Hal ini menjadikan generasi milenial memiliki ketertarikan yang lebih tinggi terhadap aset digital ini.
"Crypto ini memang kebanyakan kaum milenial. Mereka mencari alternatif yang menggiurkan, dengan hampir 70 persennya merupakan kaum milenial," ungkapnya.
Baca Juga:
- Antisipasi Dampak Bencana Hidrometeorologi, Walikota Ajak Warga Siaga
- CATAHU LBH Palembang: Tangani 62 Kasus, 12 Pelanggaran HAM
- Direktur Logistik & Infrastruktur Pertamina Tinjau Langsung Satgas Natal 2021 dan Tahun Baru 2022
Dari data survei Populix, yang dilakukan terhadap lebih dari 700 responden, sebanyak 86% masyarakat berumur 18-35 tahun tertarik dengan investasi crypto.
Salah satu investor yang berkecimpumg dalam crypto adalah Sigit Tanoko, yang memilih berinvestasi di crypto.
"Saya sudah mencoba berbagai macam instrument investasi. Setelah saya bandingkan ROI investasinya dan kesetaraan informasi jauh lebih tinggi di cryptocurrency, dari ratusan persen hingga puluhan ribu," kata dia.
4. Waktu Tepat
Tahun 2022 merupakan waktu yang baik digunakan untuk berinvestasi crypto. Hal itu terjadi karena potensi ciamik tren yang masih akan berlanjut dari tahun 2021, seperti yang diungkapkan Ibrahim dan Oscar.
Sementara, dari sudut pandang investor yang telah berinvestasi sejak 2016 hingga saat ini, tahun 2022, merupakan waktu yang baik untuk berinvestasi.
"Waktu terbaik untuk membeli bitcoin di tahun 2010, waktu kedua terbaik sekarang. Menurut saya, bitcoin masih murah jika melihat potensi dan kegunaannya," kata Sigit.
- Atasi Banjir di Konawe-Kendari, Bendungan Amarero Ditargetkan Rampung 2023
- Arus Balik Normal, Penumpang KAI Tiba di Jakarta Dipastikan Memenuhi Persyaratan dan Sehat
- Grup Djarum: E-Commerce Blibli Rampung Tender Wajib Saham Ranch Market Rp780,2 Miliar
Dia juga menambahkan, saat ini investor masih belum berada di fase transaksi besar-besaran investasi crypto. "Kita masih di fase akhir dari early adopter belum mass adoption," imbuhnya.
Adapun dari data Indodax.com, nilai tertinggi crypto dimiliki oleh bitcoin dengan harga Rp668.901 per bitcoin.
Sedangkan, harga terendah aurora Rp18 per aurora.
5. Waspada
Risiko rugi karena pemilihan marketplace crypto yang tidak tepat, masih menjadi momok menakutkan bagi para calon investor. Maka dari itu, cryptocurrency atau investasi aset kripto sudah memiliki peraturan dan legalitasnya di Bapeppti. Peraturan tersebut terdapat pada Peraturan Bapeppti Nomor 2 hingga Nomor 5 Tahun 2019.
Peraturan ini berfungsi untuk memberikan kepastian hukum, memberikan perlindungan bagi aset crypto, dan memfasilitasi inovasi, pertumbuhan dan kegiatan fisik aset crypto dalam negeri.
Menurut Ibrahim, masyarakat harus lebih pandai memilih marketplace yang akan dipilih sebagai sarana investasi crypto.
"Sebentar lagi bursa fisik aset crypto akan diresmikan. Nasabah yang ingin investasi, carilah entitas yang terdaftar di Bapeppti," tegasnya.
Selain itu, tidak adanya bentuk aset nyata juga menjadi risiko yang harus diperhatikan oleh para investor dan calon investor crypto.
Maka dari itu sebagai investor, Sigit yang memengang niali fundamental, perlu memiliki pengetahuan mendalam terkait blockchain dan kegunaan dari koin secara mendalam.
Ia juga menyarankan bagi pemula yang ingin memulai investasi. “Untuk pemula, saran saya hanya bitcoin. Setelah memiliki wawasan yang cukup, baru boleh investasi di altcoin dan jumlahnya harus lebih kecil dibanding bitcoin,” kata Sigit.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Merina pada 04 Jan 2022