KabarKito
4 Fakta di Balik Kemeriahan Festival Perahu Bidar Palembang
PALEMBANG, WongKito.co - Festival Perahu Bidar Tradisional sangat identik dengan momen perayaan Hari Kemerdekaan RI di Kota Palembang. Pada tanggal 17 Agustus masyarakat akan mendatangi kawasan wisata Benteng Kuto Besak (BKB) untuk menyaksikan lomba perahu bidar maupun perahu hias.
Tahun ini, Festival Perahu Bidar diupayakan oleh Pemerintah Kota Palembang untuk lebih baik dan tertib, terutama pada penataan jalur perahu dan zona pengamanan yang rapi.
Wali Kota Palembang Ratu Dewa mengingatkan, Festival Perahu Bidar sebagai salah satu bentuk kebudayaan lokal, karena itu sudah sepatutnya warga Palembang turut memeriahkan dan berpartisipasi pada kegiatannya.
Dari pantauan, kemeriahan acara sudah dimulai sejak tanggal 15 Agustus 2025 dengan adanya hiburan rakyat, pameran, tawaran aneka kuliner khas, hingga spot foto.
Berikut lima fakta yang ada di kemeriahan Festival Perahu Bidar Palembang yang menjadi catatan:
1. Tingginya Antusias Warga Menonton Bidar vs Ketertiban

Tingginya antusias warga untuk menyaksikan lomba mendayung dengan perahu panjang tradisional terlihat dari ramainya pengunjung Festival Perahu Bidar. Jalan menuju pusat acara di BKB, seperti Jalan Merdeka dan Jalan Sekanak padat kendaraan, begitu juga dengan area parkir.
Di kawasan BKB, warga memadati pagar beton BKB, tangga ke arah sungai, serta pelataran tugu ikan Belido. Di atas Jembatan Ampera juga ramai warga yang menonton. Sementara warga yang tinggal di tepian Sungai Musi cukup duduk di pinggiran rumah mereka, seperti terpantau di pemukiman 32 Ilir.
Ada juga yang menaiki perahu ketek yang tertambat di pinggiran BKB maupun perahu speedboat yang berjalan. Wali Kota Palembang Ratu Dewa mengakui, masyarakat banyak mengkritisi tentang jalur lomba bidar yang ramai oleh penonton. Hal ini tentu menjadi pro dan kontra baik di kalangan masyarakat maupun kalangan pemilik perahu ketek.
“Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengamankan jalur lomba selama perlombaan berlangsung. Pastinya Festival Perahu Bidar terus memperbaiki kualitas dari tahun ke tahun," ujarnya.
- Salurkan 141 Tumbler untuk Anak-anak Panti Asuhan dan Ponpes, Semarak Kemerdekaan
- Cocok untuk Wisatawan, Berikut Rekomendasi Lokasi Liburan di Hong Kong
- Pakar Minta Pemerintah Wujudkan Komitmen Konservasi Air
Kasi Keselamatan Berlayar KSOP Palembang, Bintarto mengatakan memberikan toleransi untuk warga bantaran sungai yang menonton dengan perahu. Hanya saja, pada saat lomba berlangsung, pihaknya memastikan tidak ada perahu yang berjalan dan menghalangi perahu peserta lomba bidar. “Sudah ada skema penertiban di sungai dari boat patroli AL, KSOP, dan Polairud.”
2. Jadi Arena Edukasi dan Hiburan Rakyat

Festival Perahu Bidar Palembang menjadi ajang hiburan rakyat di HUT RI. Pemkot Palembang bahkan memanjakan pengunjung dengan banyak hiburan, antara lain panggung musik dengan aksi musisi papan atas Indonesia, Andika Mahesa atau lebih dikenal dengan Andika Kangen Band serta band indie Palembang Kopral Jono.
Bagi warga yang tertarik dengan sejarah budaya dari perahu bidar tradisional, di festival ini juga digelar pemutaran film dokumenter tentang Perahu Bidar Tradisional, FGD bertema pelestarian perahu bidar tradisional bersama sejarawan, serta podcast budaya. Di lokasi juga dipamerkan replika perahu bidar tradisional dengan panjang 31 meter.
Ncik Muhammad Alaudin Sakagarhan atau Jaka selaku Koordinator Komunitas Bidar Tradisional Palembang menekankan, replika perahu bidar tradisional yang dipamerkan berbeda dengan perahu aslinya. Perbedaan utamanya dari bahan baku.
3. Bantu Perputaran Ekonomi Serta UMKM

Staf Ahli Menteri Bidang Pengembangan Usaha Kemenparekraf/Baparekraf RI, Dadang Rizky Rahman menilai, Palembang bisa berdaya dan sejahtera melalui event ini. Apalagi Festival Perahu Bidar sudah masuk dalam daftar 110 Karisma Event Nusantara Kemenpar.
Dia menjelaskan, salah satu kriteria suksesnya event pariwisata yakni adanya manfaat ekonomi. Di festival ini menurutnya manfaat ekonomi itu sudah ada yakni dari adanya transaksi UMKM dan meningkatnya kunjungan wisata.“Penyelenggaraannya tetap perlu dievaluasi, terutama dengan pendekatan ekonomi."
- Sedot Anggaran Rp6,7 M, Film Merah Putih Bisa Biayai Kursus Animasi Ribuan Anak Muda
- Pengurus Forum Jurnalis Perempuan Indonesia Sumatera Selatan Dilantik, Cabang ke-18
- Replika Perahu Bidar Tradisional Bakal Dipamerkan dalam Festival Perahu Bidar 2025
Wali Kota Palembang Ratu Dewa memastikan, festival ini membantu pergerakan dan perputaran ekonomi daerah, terutama bagi pelaku UMKM serta industri perhotelan, restotran, dan tempat oleh-oleh.
Di sisi lain, salah satu pedagang pempek, Yuliana menuturkan, dia berinisiatif untuk berjualan di area BKB. Namun, posisi dagangannya di luar pagar steril arena festival. Dia mendengar informasi bahwa untuk membuka stand di dalam arena festival harus bayar mahal. “Di sini saja saya diminta retribusi keamanan Rp10ribu, apalagi di dalam, mungkin bisa Rp1jutaan," ujarnya.
4. Pendayung Tradisional Menanti Pembinaan Berkelanjutan

Festival Perahu Bidar menjadi ajang pembinaan pendayung tradisional. Mereka adalah masyarakat daerah yang cinta dengan tradisi budaya ini. Butuh pembahasan khusus pembinaan pendayung ke depan.
Pendayung Bidar Tradisional dari Tatang Group, Jaka meminta organisasi atlet seperti KONI, PODSI untuk melirik pendayung tradisional ini untuk dibina. Kegiatan lomba bidar juga diharapkannya lebih banyak lagi digelar di daerah. Sebagai pemenang dalam lomba bidar tradisional, menurutnya hadiah senilai Rp25 juta masih kurang untuk disebut penghargaan. Sebab, uang hadiah akan dibagi dengan puluhan pendayung dan sisanya untuk perbaikan perahu.
Wali Kota Palembang Ratu Dewa memastikan, festival ini bukan sekedar lomba saja tapi juga upaya menjaring bibit-bibit atlet dayung melalui pantauan Dispora Palembang. Pemkot Palembang akan mengakomodir ke cabang induk olahraga dayungnya.
“Sudah ada rencana kita untuk mengoptimalkan forum CSR seperti BI, Pertamina, Pusri agar mereka dapat menjadi bapak angkat untuk membina pendayung tradisional, terutama di Gandus dan Kertapati,” ungkapnya. (yulia savitri)