9 Tips Mengurangi Jejak Karbon Saat Traveling

Minggu, 24 Agustus 2025 13:37 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

1755681324849.webp
Ada banyak cara untuk mengurangi emisi dari perjalanan. (ist/freepik)

JAKARTA, WongKito.co – Perjalanan berkelanjutan adalah pedoman untuk melakukan pariwisata dengan cara yang mendukung bisnis lokal, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Perubahan iklim mengubah lanskap pariwisata, menghadirkan tantangan baru bagi para wisatawan, industri, dan komunitas lokal.

Dari mencairnya gletser dan memutihnya terumbu karang hingga pantai yang tergenang dan kebakaran hutan, perubahan iklim mengancam destinasi favorit kita sekaligus sumber daya yang menjadi penopang manusia, pariwisata, dan satwa liar.

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata semakin mendapat sorotan karena kontribusinya terhadap krisis iklim. Istilah seperti “flight shaming” mulai muncul ketika orang semakin menyadari dampak perjalanan udara mereka.

Memang, pariwisata berperan dalam krisis iklim, sebuah studi pada 2018 menunjukkan bahwa sektor ini menyumbang 8% emisi karbon global.

Namun, ini bukan berarti kita harus berhenti bepergian sama sekali. Justru ini menjadi kesempatan untuk meninjau kembali kebiasaan kita dan belajar cara bepergian dengan bertanggung jawab dan berdampak lebih rendah.

Ada banyak cara untuk mengurangi emisi dari perjalanan dan mendorong industri pariwisata menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Dilansir dari Onetree Planted dan Sustainable Travel International, berikut cara mengurangi jejak karbon saat traveling:

1. Pertimbangkan Opsi Penerbangan Anda

Saat merencanakan transportasi untuk perjalanan, pertimbangkan semua opsi yang tersedia. Apakah tujuan Anda cukup dekat sehingga bisa ditempuh dengan mobil, kereta api atau bus?

Seperti yang mungkin sudah Anda duga, menghindari perjalanan udara adalah kunci untuk perjalanan yang lebih berkelanjutan. Tentu saja, untuk banyak tujuan, penerbangan menjadi satu-satunya pilihan praktis. Dalam situasi seperti ini, pilihan penerbangan Anda dapat sangat memengaruhi jejak karbon Anda.

Salah satu keuntungan terbang di kelas ekonomi adalah jejak karbon Anda lebih rendah. Hal ini karena emisi per penumpang dipengaruhi oleh luas ruang yang mereka tempati di pesawat.

Rata-rata, kursi kelas bisnis dua kali lebih besar dibandingkan kursi ekonomi, sehingga jejak karbon penumpang bisnis biasanya dua kali lipat dibanding penumpang ekonomi.

Kursi kelas utama (first class) bahkan lebih luas dan menghasilkan jejak karbon lebih besar lagi. Dengan memesan kelas ekonomi, Anda tidak hanya menghemat biaya tiket, tetapi juga membantu menjaga lingkungan!

2. Pilih Akomodasi dengan Bijak

Dalam hal dampak lingkungan dari perjalanan, resor dan jaringan hotel memiliki peran yang cukup besar. Meskipun banyak hotel kini mulai berfokus pada keberlanjutan, masih ada banyak ruang untuk perbaikan.

Menurut Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO), sektor akomodasi menyumbang sekitar 21% dari emisi CO2 di sektor pariwisata.

Saat bepergian, usahakan untuk memilih hotel atau penginapan bersertifikasi ramah lingkungan. Jangan lupakan juga akomodasi yang dimiliki secara lokal, karena hal ini secara langsung mendukung komunitas setempat.

Industri ekowisata dan perjalanan berkelanjutan terus berkembang, dan banyak destinasi yang meningkatkan upaya perlindungan lingkungan. Dukung perubahan ini dengan melakukan riset dan memilih hotel atau resor “hijau” setiap kali memungkinkan.

3. Bawa Barang Secukupnya

Semakin berat bagasi Anda, semakin banyak bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengangkutnya, baik dengan pesawat, bus, mobil, atau kereta. Kemasi barang Anda seefisien mungkin untuk mengurangi penggunaan bahan bakar dan emisi karbon.

Mulailah dengan memilih koper yang ringan dan pikirkan dengan cermat apa saja yang akan dibawa. Bawa pakaian yang bisa dipakai beberapa kali dan mudah dicuci saat bepergian.

Tinggalkan barang besar seperti perlengkapan camping di rumah dan sewa di lokasi tujuan. Singkirkan kemasan yang tidak perlu dan pindahkan perlengkapan mandi ke wadah kecil yang bisa digunakan ulang.

Jika dihitung, mengurangi berat bagasi sebanyak 7 kg dapat menurunkan emisi sekitar 36 kg pada penerbangan sepuluh jam. Bayangkan jika ada 200 penumpang di penerbangan yang semuanya membawa barang ringan, ini bisa mengurangi 7.200 kg CO2!

4. Nikmati Perjalanan dengan Santai

Saat ini, kita sering sibuk dan terburu-buru dalam kehidupan sehari-hari. Perjalanan seharusnya menjadi kesempatan untuk menjauh dari kesibukan itu, namun sering kali liburan justru dibuat lebih padat daripada rutinitas harian kita.

Cobalah untuk melambat dengan menghabiskan lebih banyak waktu di satu destinasi daripada mencoba mengunjungi semua tempat wajib sekaligus. Pertimbangkan untuk mengambil satu liburan panjang setiap tahun dibandingkan beberapa perjalanan pendek.

Cara ini memungkinkan Anda menikmati destinasi dengan lebih mendalam dan membangun koneksi yang lebih kuat. Melambat juga mengurangi emisi yang dihasilkan dari perjalanan ke banyak tempat. Percayalah, Anda akan merasa segar kembali saat pulang, bukan malah merasa butuh liburan lagi.

5. Pilih Transportasi Efisien untuk Menjelajahi Destinasi

Sampai di tujuan hanyalah salah satu bagian dari perjalanan. Kecuali Anda membawa mobil sendiri, Anda tetap membutuhkan cara untuk berkeliling setelah tiba.

Alih-alih menyewa sopir atau mobil, cobalah menggunakan transportasi umum. Naik kereta bawah tanah, bus, atau trem. Perlu diingat efisiensi transportasi umum bisa berbeda di setiap destinasi. Beberapa kota menggunakan bahan bakar bersih atau teknologi ramah lingkungan, sementara yang lain masih menggunakan diesel atau gas alam.

Di beberapa tempat, pengunjung bahkan bisa naik tuk-tuk listrik untuk menghindari kemacetan. Lakukan riset tentang opsi transportasi di tempat tujuan agar bisa memilih dengan bijak.

Jika ingin pengalaman lebih aktif, jelajahi kota dengan berjalan kaki atau bersepeda. Bila tetap menyewa mobil, pilihlah mobil hybrid, listrik, atau kendaraan kecil daripada SUV, pickup, atau van.

6. Matikan AC, Pemanas, dan Perangkat Elektronik yang Tidak Digunakan

Di rumah, tagihan listrik yang tinggi sering membuat orang lebih hemat energi. Namun saat liburan, biaya listrik ditanggung hotel, sehingga banyak orang cenderung kurang memperhatikan penggunaan energi. Padahal, apapun yang terjadi, planet kita tetap menanggung dampaknya.

Prinsipnya sederhana, semakin banyak energi yang digunakan, semakin besar emisi karbon yang dihasilkan. Baik di rumah maupun saat bepergian, kurangi konsumsi energi sebisa mungkin.

Matikan lampu, TV, dan perangkat elektronik lain yang tidak digunakan. Jika mini fridge di kamar hotel tidak dipakai, cabut kabelnya atau matikan selama menginap.

Di tempat dengan iklim panas, tergoda untuk membiarkan AC menyala terus saat Anda keluar menjelajah. Namun pendinginan kamar berarti emisi yang dihasilkan akan “memanaskan” planet.

Saat meninggalkan kamar, matikan AC atau naikkan suhu beberapa derajat. Tutup tirai agar sinar matahari tidak masuk sepanjang hari. Di daerah dingin, turunkan pemanas saat kamar kosong dan tutup tirai di malam hari untuk menambah isolasi.

7. Makan di Tempat Lokal

Setiap destinasi memiliki hidangan khasnya sendiri, mulai dari seafood, kari, pasta, hingga sayuran. Saat makan di luar negeri, manfaatkan kesempatan untuk mencoba berbagai masakan lokal yang tidak bisa Anda dapatkan di rumah.

Pelajari kuliner tradisional, belanja di pasar lokal, dan makan di restoran yang menggunakan bahan dari petani atau nelayan setempat. Usahakan untuk menghindari makanan impor yang harus diangkut dari jauh dan memerlukan lebih banyak kemasan serta pendinginan.

Dengan memilih makanan lokal dibandingkan yang impor, Anda tidak hanya mengurangi jejak karbon dari makanan tersebut, tetapi juga mendukung perekonomian lokal. Selain itu, Anda bisa merasakan budaya kuliner setempat dan menikmati hidangan yang paling segar.

Restoran lokal menjadi pilihan terbaik karena uang Anda tetap berputar di komunitas tersebut. Menikmati masakan lokal juga memberi kesempatan untuk merasakan budaya asli melalui makanan, salah satu aspek penting dalam perjalanan berkelanjutan.

8. Kurangi Pemborosan Makanan

Dengan berbagai hidangan lezat dan eksotis, mudah sekali untuk makan berlebihan saat liburan. Namun, tahukah Anda bahwa produksi makanan menyumbang sekitar seperempat emisi global? Saat hutan ditebang untuk menggembalakan sapi atau menanam tanaman, karbon yang tersimpan dilepaskan ke udara.

Selain itu, makanan juga menghasilkan karbon saat diproses, dikemas, diangkut, dan didinginkan. Membuang makanan yang tidak dimakan pun menciptakan emisi metana berbahaya saat membusuk di tempat pembuangan sampah.

Saat mencoba masakan lokal, sesuaikan porsi dengan kemampuan makan Anda. Jika tidak yakin bisa menghabiskan satu hidangan, minta porsi lebih kecil atau bagikan dengan teman. Anda juga bisa membawa wadah yang bisa digunakan ulang untuk menyimpan sisa makanan dan membawanya kembali ke hotel. Banyak wadah lipat yang praktis untuk perjalanan.

Hati-hati dengan buffet all-you-can-eat, karena sering menjadi penyebab utama pemborosan makanan. Banyak pilihan tanpa biaya tambahan membuat orang mudah mengambil lebih dari yang bisa mereka makan, dan sisa makanan yang dibiarkan di tray akhirnya terbuang. Selain itu, buffet juga rentan menyebarkan virus dan bakteri, jadi sebaiknya hindari sepenuhnya.

9. Beli Oleh-Oleh yang Berguna dan Bermakna

Berapa kali Anda pulang dari liburan sambil bertanya-tanya mengapa membeli oleh-oleh tertentu? Banyak wisatawan tergoda membeli barang yang terlihat menyenangkan saat itu, atau pakaian yang sebenarnya tidak akan pernah dipakai di rumah.

Padahal, setiap barang yang diproduksi memiliki jejak karbonnya sendiri, baik itu kaos, cangkir, gantungan kunci, atau tas.

Sebelum membeli, pertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar akan Anda gunakan di rumah. Apakah Anda benar-benar akan memakai sombrero itu? Atau apakah snow globe itu hanya akan menumpuk debu di lemari?

Pilih barang yang praktis dan berguna. Utamakan oleh-oleh yang dibuat oleh pengrajin lokal daripada produk massal impor. Investasikan pada produk berkualitas tinggi daripada barang murah yang cepat rusak dan akhirnya dibuang.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Distika Safara Setianda pada 24 Agustus 2025.