asam lambung
Jumat, 16 Desember 2022 08:26 WIB
Penulis:Nila Ertina
Oleh: Dwi Cahyani R.D, Novia Sri Anda Yani, Nurhayati, Septia Yunaningsih, Siti Nur Humairah
Gastroesophageal reflux disease atau GERD ialah suatu penyakit kronis pada sistem pencernaan lambung. Hal ini terjadi karena asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan) yang diakibatkan oleh melemahnya katup (sfingter) sehingga menyebabkan iritasi pada esofagus.
Data menunjukkan bahwa prevelensi tertinggi GERD di dunia ditemukan di Amerika Tengah (19,6%) dan terendah di Asia (10,0%). Data epidemiologi dari Amerika utara menunjukkan Prevelensi GERD berkisar antara 18%-27,8%.
Sedangkan di negara-negara barat menunjukkan rata-rata berkisar antara 10-20 %. Sedangkan di Asia berkisar antara 3-5% dengan pengecualian Jepang dan Taiwan yang berkisar 13-15% dan 15 %. Di Indonesia sendiri, belum ada data mengenal prevelensi GERD secara nasional.
Baca Juga:
Penyebab dan Gejala penyakit GERD
Faktor risiko berupa penerapan gaya hidup yang tidak sehat berupa:
1. Mengonsumsi makanan berlemak dan pedas
2. Kopi atau kafein
3. Mengonsumsi alkohol, merokok, dan minuman yang mengandung asam (jus jeruk, minuman cola (soda) dan bahan makanan, seperti cuka.
Faktor psikologis juga dapat memperburuk GERD seperti perasaan cemas dan stres. Stres bisa mengakibatkan sistem saraf pusat otak yang berkaitan dengan lambung mengalami suatu perubahan hormon sehingga merangsang sel-sel di dalam lambung untuk memproduksi asam secara berlebihan.
Faktor risiko di atas memunculkan gejala berupa rasa nyeri terbakar di belakang tulang dada (heartburn) yang menjalar ke leher, nyeri uluhati, merasakan kembung, mual, muntah lalu merasa makanan/ minuman balik ke mulut (regurgitasi) sehingga mulut terasa asam dan pahit serta suhu badan menjadi tinggi.
Gejala GERD dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :
• Gejala tipikal (typical syndrom), yaitu gejala umum yang dideritai oleh penderita GERD seperti heartburn, belching atau sendawa, dan regurgitasi.
• Gegala alarm (alarm syndrome), yaitu gejala yang menunjukkan GERD yang berkepanjangan dan kemungkinan sudah mengalami komplikasi.
• Gegala atipikal (atypical syndrome), adalah gejala yang terjadi di luar esophagus dan cenderung mirip dengan gejala penyakit lain.
Urgensi dan Refleksi
GERD umumya sering kali dianggap sebagai penyakit ringan, tetapi pada faktonya GERD sering kali disepelekan, ini bisa menyebabkan iritasi asam pada lambung tinggi dalam jangka waktu lama sehingga menimbulkan komplikasi yang membahayakan penderita.
• Esofagitis, radang esofagus yang berkembang menjadi prekanker lalu menyebabkan pendarahan dan tukak lambung.
• Penyempitan esofagus, intasi yang bersifat kronis
• Pneumonia dan masalah respirasi lain
• Kanker esofagus, perkembangan dari Barret's Esofagus
Karena komplikasi inilah yang menyebabkan GERD sebagai salah satu penyakit urgensi yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Terutama pada anak anak milenial sekarang yang menjaga pola makan dan gaya hidupnya, seperti diet tidak sehat, mukbang pedas, begadang.
Baca Juga:
Refleksi dari urgensi inilah kita dapat mulai dari sendiri seperti menjaga berat badan, tidak merokok, tidur teratur dan cukup, rutin berolahraga, menghindari makanan yang pedas, asam, kopi, alkohol, susu dan coklat. Semua makanan boleh dikonsumsi, asalkan tidak berlebihan.
Pencegahan dan Peranan Generasi Milenial dalam Mengatasi GERD
Gaya hidup sehat menjadi kunci utama agar terhindar dan GERD
seperti :
• Rajin olahraga
• Mengonsumsi makanan bergizi
• Stop merokok dan minum alkohol
• Mengurangi makanan berlemak
• Tidak mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak
• Menghindari stress.
Peranan kita salah satunya melakukan penyuluhan dan memberikan pendidikan atau pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai GERD, seperti bahaya GERD, gejala, dan juga cara pencegahannya.
Selain itu kesadaran dari diri sendiri adalah sebuah kunci utama bagi kita dalam mencegah GERD.
* Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya