Jumat, 27 Mei 2022 19:19 WIB
Penulis:Nila Ertina
JOGJA – Wafatnya, Buya Syafii menjadi duka yang mendalam bagi penggiat toleransi dan mereka yang terus ingin hidupnya terus berdampingan secara rukun dan tentram di Nusantara ini. Pun begitu dengan Presiden Joko Widodo yang menyatakan bangsa Indonesia kehilangan ‘Guru Bangsa’ yang selalu menyuarakan toleransi dan keberagaman. Almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif adalah kader terbaik Muhammadiyah yang hidup dalam kesederhanaan.
“Pertama-tama atas nama pribadi, atas nama bangsa, atas nama negara. Saya mengucapkan ucapan duka cita mendalam atas berpulangnya beliau Bapak Syafii Maarif hari Jumat tanggal 27 Mei tadi pagi pukul 10.15 WIB. Beliau adalah guru bangsa,” lanjut Jokowi saat memberi sambutan usai shalat jenazah.
Presiden Jokowi sendiri datang langsung dari Jakarta untuk melayat ke Masjid Gede Kauman Kota Yogyakarta tempat jenazah Buya Syafii disemayamkan.
Baca Juga:
Tiba pukul 15.00 WIB, Jokowi ditemani Gubernur Sultan Hamengku Buwono X. Usai melaksanakan melaksanakan shalat Ashar berjamaah, Jokowi melanjutkan dengan shalat jenazah.
“Selama hidupnya, almarhum Buya Syafii hidup dalam kesederhanaan. Sebagai kader terbaik Muhammadiyah, Buya Syafii selalu menyuarakan tentang keberagaman dan selalu menyuarakan tentang toleransi antar umat beragama,” terang Jokowi.
Jokowi menyatakan selalu mendapatkan pesan dari almarhum yang selalu menyampaikan pentingnya Pancasila bagi perekat bangsa.
“Kita semua adalah milik Allah dan hanya kepadanya lah kita akan kembali Mari kita berdoa bersama Semoga almarhum buya syafii diberikan yang terbaik disisinya segala dosa-dosanya. Amin ya rabbal alamin terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” kata Jokowi.
Baca Juga:
Saat pemberangkatan jenazah ke pemakaman Khusnul Khotimah, Dukuh Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo pukul 15.32 WIB. Jokowi menjadi orang pertama yang berada di belakang iring-iringan jenazah.
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir mewakili keluarga almarhum Buya dan keluarga besar perserikatan Muhammadiyah menyatakan Buya sebagai insan biasa tentu ada kelemahan kekurangan dan kekhilafan maka dia memohonkan permintaan maaf sebesar-besarnya agar dilapangkan.
“Tadi saya masih bersama beliu setengah jam sebelum dipanggil. Saya menjadi saksi bagaimana almarhum Buya dengan kesiapanya yang luar biasa siap memenuhi panggilan dari Allah,” katanya.
Bahkan pada 24 Februari lalu, melalui telepon Buya memesan makam di Kulonprogo. Demikian juga dengan kunjungan Presiden Jokowi pada 26 Maret.
“Bagaimana tadi kesaksian Bapak Presiden. Beliau tokoh dan sosok yang bersedia menerima kritik apapun, selalu menjaga keutuhan bangsa, keutuhan Muhammadiyah dan keutuhan umat, dan selalu diulang-ulang,” kata Haedar.
Tulisan ini telah tayang di eduwara.com oleh Setyono pada 27 May 2022