Kamis, 24 Februari 2022 21:12 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Seiring pendapatan operasional PT Bank BTPN Tbk (BTPN) yang naik 6% dari Rp12,3 triliun pada 2020 menjadi Rp13,1 triliun pada 2021, sehingga berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasian sebesar Rp3,1 triliun sepanjang 2021 atau melesat 55% dari Rp2 triliun pada Desember 2020.
Sementara biaya kredit Bank BTPN susut dari Rp2,8 triliun pada 2020 menjadi Rp2,1 triliun tahun 2021. Adapun beban operasional naik 1% dari Rp6,8 triliun pada 2020 menjadi Rp6,9 triliun tahun 2021.
Direktur Keuangan Bank BTPN Hanna Tantani menyatakan, jika diirinci, pendapatan bunga bersih atau NIM naik 5% dari Rp10,6 triliun pada 2020 menjadi Rp11,1 triliun tahun 2021. Pendapatan operasional lainnya naik 16% dari Rp1,6 triliun tahun 2020 menjadi Rp 1,9 triliun pada 2021.
Baca Juga:
Penyaluran kredit BTPN turun 1% dari Rp126,68 triliun pada 2020 menjadi Rp125,15 triliun tahun 2021. Kredit khusus di segmen ESG atau LST mencapai Rp12,5 triliun atau 10% dari total penyaluran kredit.
BTPN pun tercatat mampu menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang terjaga di level 1,63% (gross) dan 0,39% (net) per 31 Desember 2021, dari tahun 2020 di level 1,21% (gross) dan 0,5% (net).
“NPL gross kami lebih baik dari rata-rata industri,” kata Hanna di sela bincang-bincang dengan Media, Kamis, 24 Februari 2022.
Hanna menambahkan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami kenaikan sebesar 9% dari Rp100,78 triliun tahun 2020 menjadi Rp109,38 triliun pada 2021. Kenaikan itu berasal dari dana murah atau current account saving account (CASA) yang tumbuh 37% dari Rp27,69 triliun menjadi Rp37,87 triliun.
Dari sisi aset, BTPN mencatatkan total aset naik 5% menjadi Rp191,91 triliun 2021, dibanding Rp183,16 triliun pada 2020.
Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana menambahkan, perusahaan akan terus mengembangkan Jenius, layanan digital banking perusahaan agar memiliki lebih banyak fitur dan nasabah bisa lebih aktif bertransaksi di ekosistem mereka.
Baca Juga:
Diakui, jumlah nasabah maupun transaksi lewat Jenius tumbuh signifikan tahun 2021. Sudah lebih dari 3 juta pengguna terdaftar di Jenius meskipun ada keterbatasan mobilitas sosial. Dalam jangka menengah, ditargetkan pengguna Jenius mencapai 5 juta nasabah.
Dengan keseriusannya menggarap digital banking, tak tanggung-tanggung, bank milik grup Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) ini mengalokasikan belanja di sektor teknologi informasi (IT) sekitar Rp300 miliar hingga Rp400 miliar setiap tahunnya. Ini dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur untuk mendukung digitalisasi di sebanyak mungkin proses perbankan perusahaan.
Dari awal membangun Jenius, perusahaan sudah punya strategi mapan. Perusahaan menyasar segmen menengah atas dan digital savvy atau milenial berdasarkan kekuatan dan kemampuan perusahaan. BTPN dalam 4 tahun atau 5 tahun terakhir fokus membangun aspek keamanan, keandalan, dan kepercayaan (trust) nasabah.
"Kami terus berinovasi melengkapi produk yang dibutuhkan nasabah sesuai dengan masukan mereka seperti QRIS, history of finance transaction, kolaborasi dengan Visa untuk debit card, wealth management untuk nasabah prioritas,. Termasuk juga digital banking untuk segmen korporasi akan kami implementasikan di Indonesia, karena ini juga salah satu expertise-nya SMBC,” kata Ongki.
Ke depan, perusahaan tidak berencana menjadi bank digital murni, mengingat masih ada nasabah senior yang saat ini masih menginginkan mendatangai kantor cabang. Perusahaan memilih model bisnis hybrid, yakni tetap ada kantor cabang dan regional manager namun memperbanyak penggunaan teknologi digital untuk semua proses perbankan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Yosi Winosa pada 24 Feb 2022