Senin, 01 Juli 2024 18:24 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA – Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), perusahaan yang fokus pada tambang nikel, mencatatkan laba bersih sebesar US$6,19 juta atau sekitar Rp98,31 miliar dengan kurs jisdor Rp15.873.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Senin, 1 Juli 2024, laba bersih INCO susut 96% secara tahunan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$168,71 juta. Pertanyaanya, apa penyebab anjloknya laba bersih emiten nikel itu?
Selama kuartal I-2024, pendapatan INCO hanya mencapai US$229,93 juta atau sekitar Rp3,64 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 36,68% dibandingkan dengan pendapatan kuartal pertama tahun 2023 yang mencatatkan US$363,18 juta.
Baca juga:
Nah penurunan pendapatan INCO juga disebabkan oleh hasil penjualan nikel kepada Vale Canada Limited (VCL) pada kuartal I-2024 turun ke level US$183,74 juta, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$290,38 juta.
Senada, hasil penjualan nikel emiten bersandikan INCO kepada Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) juga susut menjadi US$46,19 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$72,79 juta.
Dengan pendapatan yang mengalami penurunan, beban pokok juga berkurang menjadi US$209,84 juta atau sekitar Rp3,33 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 8,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan beban sebesar US$228,24 juta.
Hingga Maret 2024, total liabilitas INCO mencapai US$325,44 juta, turun dibandingkan dengan akhir Desember 2023 yang mencatatkan US$361,46 juta. Rinciannya, liabilitas jangka pendek sebesar US$181,06 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$144,37 juta.
Sementara itu, ekuitas per Maret 2024 tercatat sebesar US$2,56 miliar. Total aset INCO pada akhir Maret 2024 mencapai US$2,89 miliar, menurun dari posisi akhir 2023 yang sebesar US$2,92 miliar.
Pada perdagangan berjalan Senin, 1 Juli 2024, pukul 11:41 WIB, saham INCO direspon pasar dengan penurunan 0,47% ke level Rp4.200 per saham. Sementara itu, secara year-to-date, saham nikel ini juga terpantau melemah 3,61%.
Sebelumnya, INCO telah menetapkan harga pelaksanaan penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue saham sebesar Rp3.050 per saham. Dengan ini, perseroan mengumpulkan total dana sebesar Rp1,84 triliun. PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) mengalokasikan dana sebesar Rp1,46 triliun untuk menebus HMETD tersebut.
Perseroan menerbitkan sebanyak 603,44 juta saham INCO, setara dengan 5,73% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga pelaksanaan Rp3.050 per saham. Saat ini, HMETD INCO masih diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan prospektus, sebanyak 478,92 juta HMETD akan dieksekusi oleh PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) dengan total Rp 1,46 triliun. HMETD tersebut terdiri dari porsi MIND ID sebanyak 120,68 juta unit dan pengalihan dari tiga pemegang saham lainnya: Vale Canada Limited sebanyak 264,26 juta HMETD, Sumitomo Metal Mining Co Ltd sebesar 90,68 juta HMETD, dan Vale Japan Ltd sebanyak 3,28 juta HMETD.
Setelah pelaksanaan rights issue saham ini, struktur pemegang saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akan berubah. Kepemilikan saham Vale Canada Ltd akan turun dari 43,79% menjadi 35,94%, dan Sumitomo Metal Mining akan turun dari 15,03% menjadi 12,18%. Sebaliknya, kepemilikan MIND ID akan meningkat dari 20% menjadi 31,24% saham INCO.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 01 Jul 2024