Jumat, 25 Februari 2022 18:13 WIB
Penulis:Redaksi Wongkito
JAKARTA - PT Bank Mega Tbk (MEGA) meraup laba bersih sebesar Rp4,01 triliun pada 2021. Angka ini tumbuh 33,23% dibandingkan dengan capaian laba tahun 2020 sebesar Rp3,01 triliun. Sementara laba sebelum pajak tumbuh sebesar 33,31% menjadi Rp4,95 triliun dari posisi sebelumnya sebesar Rp3,72 triliun.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib menyatakan pertumbuhan laba tersebut diperoleh dari pendapatan bunga bersih (net interest income) yang naik sebesar 23,7% menjadi Rp4,84 triliun dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,91 triliun.
“Selain pendapatan bunga bersih, pendapatan laba Bank Mega juga disebabkan oleh kenaikan pendapatan selain bunga (fee based income) sebesar 7,55% menjadi Rp3,14 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,92 triliun," kata Kostaman di sela public expose, Jumat, 25 Februari 2022.
Baca Juga :
Kostaman menambahkan, total aset tercatat tumbuh sebesar 18,43% menjadi Rp132,88 triliun dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp112,20 triliun.
Pada 2021, Bank Mega mencatat pertumbuhan kredit sebesar 25,14% menjadi Rp60,68 triliun dari Rp48,59 triliun tahun 2020. Pertumbuhan kredit tersebut jauh di atas pertumbuhan industri perbankan yang tercatat hanya mengalami pertumbuhan 5,21%(yoy).
Kredit korporasi merupakan segmen kredit dengan pertumbuhan terbesar, yaitu meningkat 52,36% menjadi Rp39,93 triliun dari Rp26,21 triliun pada 2020. Pertumbuhan kredit ini juga diiringi dengan semakin membaiknya kualitas kredit Bank Mega.
NPL gross membaik menjadi 1,12% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,39%. Sedangkan NPLnett menjadi 0,81% dari tahun 2020 yang sebesar 1,07%.
“Rasio NPL gross ini dibawah rata-rata industri perbankan sebesar 3%.,” tambah Kostaman.
Pada penghimpunan Dana Pihak Ketiga, Bank Mega berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 24,90% menjadi Rp98,91 triliun dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp79,19 triliun. Pertumbuhan ini juga diiringi dengan membaiknya komposisi rasio dana murah dengan dana mahal menjadi 31,15% : 68,85% berbanding 28,12% : 71,88% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini berdampak terhadap penurunan biaya dana (cost of fund) menjadi 3,55% dari sebelumnya 5,15%. Giro meningkat sebesar 92,16% menjadi Rp16,36 triliun pada Desember 2021 dari posisi sebelumnya sebesar Rp8,51 triliun.
Menurut Kostaman, posisi tabungan meningkat sebesar 5,10% menjadi Rp14,45 triliun pada posisi Desember 2021 dari posisi sebelumnya sebesar Rp13,75 triliun. Sementara Deposito meningkat sebesar 19,63% menjadi sebesar Rp68,10 triliun pada posisi Desember 2021 dari posisi sebelumnya sebesar Rp56,92 triliun.
Rasio -Rasio keuangan pada tahun 2021 juga menunjukan perbaikan. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) secara konsisten terus meningkat seiring dengan Laba Bank Mega yang terus meningkat. ROA naik menjadi 4,22% dari posisi tahun sebelumnya sebesar 3,64%. Semakin tingginya ROA Bank Mega menunjukkan kemampuan Bank Mega untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi dalam mengelola asetnya.
Seiring dengan meningkatnya ROA, ROE atau Return on Equity Bank Mega juga secara konsisten meningkat. ROE Bank Mega meningkat menjadi 23,49 % di tahun 2021 dari 19,42 % di tahun 2020 . Semakin tingginya ROE Bank Mega menunjukkan kemampuan Bank Mega menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk pemegang saham.
LDR atau Loan to Deposit Ratio Bank Mega masih berada di kisaran 60% di tahun 2021. Hal ini menunjukkan besarnya cadangan likuiditas yang dimiliki oleh Bank Mega. Pertumbuhan profit Bank Mega yang tinggi akan menambah Modal Bank, namun karena pertumbuhan kredit yang cukup tinggi di tahun 2021 maka CAR Bank Mega sedikit turun dari 31,04 % di tahun 2020 menjadi 27,30 % di tahun 2021.
Walaupun mengalami sedikit penurunan, Rasio CAR Bank Mega masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan Rasio CAR Perbankan sebesar 25,67 %. Rasio BOPO atau Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional Bank Mega secara konsisten terus menurun. BOPO Bank Mega berhasil turun dari 65,94 % di tahun 2020 menjadi 56,06 % di tahun 2021.
Semakin rendahnya BOPO Bank Mega menunjukkan semakin efisiennya Bank Mega dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Keberhasilan inovasi digital dan otomasi yang telah dilakukan, baik di back office maupun front office salah faktor utama semakin membaiknya rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Bank Mega akan menjalankan beberapa strategi untuk memastikan pertumbuhan yang berkesinambungan pada Tahun 2022. Strategi tersebut diantaranya: pertama, sinergi dengan perusahaan-perusahaan dalam PT CT Corpora untuk meningkatkan volume usaha, menciptakan peluang usaha baru serta penambahan jumlah jaringan kantor secara terencana.
Kedua, memanfaatkan ekosistem yang tepat guna dalam menciptakan produk dan layanan baru yang memberikan keuntungan bagi nasabah dan Bank. Terakhir, transformasi teknologi informasi untuk mendukung perkembangan bisnis retail dan perbankan digital, mitigasi risiko operasional, serta efisiensi biaya operasional.
Berikut Target Kinerja Bank Mega pada Tahun 2022:
-Total asset diproyeksikan menjadi Rp140,53 triliun
- Kredit yang disalurkan diproyeksikan menjadi Rp67,73 triliun
- Dana pihak ketiga diproyeksikan menjadi Rp106,09 triliun
- Laba setelah pajak diproyeksikan menjadi Rp4,30 triliun.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Yosi Winosa pada 25 Feb 2022