Minggu, 07 Juli 2024 17:39 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, Wongkito.co - Ratusan penonton sudah memenuhi kursi di bawah tenda di halaman Museum Sultan Mahmud Badarudin II, tampaknya sudah tak sabar untuk menyaksikan garapan seni pertunjukan kolaborasi antara seni musik, seni tari dan seni drama ini atau drama musikal Legenda Pulau Kemaro atau Pulau Cinta.
Sebelum pergelaran dimulai, Nurdin, penerima hibah Dana Indonesiana mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak, baik dari Disbudpar Sumsel, Disbud Kota Palembang, para seniman dan seluruh sanggar yang terlibat dalam pagelaran ini.
"Besar harapan saya agar semua seniman kota Palembang dapat bersaing merebut dana hibah dari program Dana Indonesiana Kemdikbud dan LPDP ini agar dapat terus menjadi barometer untuk seniman seniman lain di Sumsel serta dapat berkontribusi dalam menjaga ekosistem kebudayaan di kota palembang," katanya, Sabtu malam (6/7/2024).
Baca Juga:
Selanjutnya Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Palembang Septa Marus Eka Putra didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Aufa Syahrizal, yang secara resmi membuka pergelaran drama musikal Legenda Pulau Cinta tersebut.
“Kami dari pemerintah pasti selalu mendukung, apapun yang dapat kami bantu akan kami bantu sebatas kemampuan yang ada. Saya mengamati jejak rekam Nurdin sebagai seniman yang kreatif. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak didukung,” kata Aufa.
Pergelaran dimulai dengan adegan pembukaan diisi oleh sembilan penari disabilitas dan satu penari di belakangnya. Pelibatan kelompok disabilitas yang menarik perhatian penonton ini diinstrukturi pemandu isyarat.
Dilanjutkan dengan adegan kedatangan Tan Bun An dari Tiongkok yang disambut oleh pamannya di Palembang.
Ketika di Palembang Tan Bun An bertemu pandang dengan seorang gadis Palembang bernama Siti Fatimah diperankan oleh Shellyna Salsabila. Pandangan pertama itu membuat perasaan Tan Bun An diperankan oleh Erick Pirselly menjadi tak karuan, begitu pula dengan Siti Fatimah.
Melihat kelakuan Tan Bun An seringkali dia diolok-olok oleh pengawalnya, diperankan oleh Juanda. Paman Tan Bun An pun ikut heran dengan prilaku keponakannya ini.
“Hayya, sepertinya oe terkena penyakit cinta. Ini bahaya. Orang bisa bunuh diri gara-gara cinta,” kata Paman Tan Bun An yang diperankan oleh Yussudarson Sonov.
Singkat cerita, Paman Tan Bun An segera melamar Siti Fatimah, kehendak berjawab, lamaran diterima oleh Abah Siti Fatimah dengan mahar tujuh guci emas yang akan dikirim dari Tiongkok.
Ketika menunggu kiriman ditampilkan pula pertunjukan Barongsai dan Wushu. Puncaknya, Tan Bun An sangat kecewa dan emosi melihat asinan sawi di dalam guci emas.
Diapun membuang guci-guci emas tersebut. Namun pada guci ke tujuh, dia terpeleset, dan ternyata di bagian bawah guci adalah emas.
Baca Juga:
Tanpa pikir Panjang Tan Bun An segera terjun ke Sungai Musi. Dia bermaksud ingin mengambil emas yang telah dia buang bersamaan dengan enam guci emas tersebut. Namun, malangnya, dia tidak kembali lagi ke permukaan.
Melihat kejadian tersebut, Siti Fatimah pun menyusul Tan Bun An, dan juga tak kembali lagi.
Tinggalah Abah, diperankan oleh Imansyah dan Ebok, diperankan oleh Isnayanti Syafrida yang menangis histeris melihat anak dan calon menantunya yang menghilang ditelan Sungai Musi.
Drama musikal yang berdurasi lebih kurang 90 menit ini didukung oleh Vebri Al Lintani (Penulis Naskah), Amir Hamzah (sutradara), Syawal (artistik), Rio Saputra (penata musik), Yayasan dan Sanggar Dinda Bestari, dan Komunitas Seniman Tari Kota Palembang (Kasta) serta 50 orang seniman tari lainnya.(*)