Sabtu, 20 Juni 2020 21:09 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co - Merevitalisasi Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPBB) menjadi bagian dari usaha BUMDes, diharapkan dapat terlaksana guna mendongkrak kesejahteraan petani karet di tengah keterpurukan yang berkepanjangan.
Tenaga Ahli Madya Pengembamgan Ekonomi Lokal Sumatera Selatan Eka Subakti, mengatakan pemulihan ekonomi di fase tatanan normal baru tentu momentum tepat bagi pengambil kebijakan untuk lebih peduli kepada petani.
"Petani karet selama ini termasuk yang merasakan langsung dampak krisis ekonomi bahkan sebelum pandemi COVID-19," katanya, di Palembang, Sabtu (20/6).
Dia menjelaskan, petani karet di Sumsel merupakan ujung tombak bagi perekonomian di daerah tersebut. Mengapa demikian, karena sampai kini ekspor non migas yang menyasar sejumlah negara pengimpor, seperti Tiongkok dan Amerika Serika masih didominasi komiditi tersebut.
Bahkan, sampai bulan ketiga pandemi atau tepatnya Mei ekspor karet masih berada di posisi pertama dengan nilai transaksi 58,60 juta dolar AS,ujar dia.
Bertahannya, komiditi unggulan di pasaran dunia itu, tambah Eka berbanding terbalik dengan kondisi kesejahteraan petani karet.
Perkebunan karet di Sumsel baik yang dikelola perusahaan maupun milik rakyat telah menyerap sebanyak 576.139 Kepala Keluarga (KK), tambah dia.
Idealnya, dia menjelaskan perekomian petani karet tidak akan tergoncang di tengah kondisi krisis apapun, tetapi faktanya banyak petani yang dalam kondisi miskin.
"Belum berpihaknya regulasi yang diterbitkan pemerintah tentu menjadi sebab masih belum sejahteraannya petani," ujar dia.
Eka mengatakan kebijakan menjadikan UPBB menjadi bagian dari unit usaha BUMDes tentu akan membangkitkan perekonomian petani.
Apalagi di Sumsel dari 17 kabupaten/kota sebanyak tujuh kabupaten merupakan sentra produksi getah karet. Selayaknya, memang tidak adalagi petani karet miskin, tentunya dengan aturan yang berpihak pada kepentingan petani, ungkap dia.