Startup Ini Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar dan Pakan Maggot

Jumat, 20 Juni 2025 16:45 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

jangjo.png
Saat ini, Jangjo mencatat capaian pengelolaan sekitar 1.500 ton sampah per bulan. (ist/jangjo)

JAKARTA, WongKito.co - Permasalahan sampah yang tak kunjung selesai kini mendapat angin segar lewat inisiatif terbaru dari Jangjo, sebuah startup teknologi pengelolaan sampah yang berbasis di Jakarta. 

Mereka meluncurkan kampanye bertajuk Junk Revolution, sebuah gerakan sistemik yang bertujuan menciptakan perubahan nyata dalam tata kelola sampah di Indonesia, khususnya di kawasan perkotaan.

Kampanye ini bukan sekadar ajakan buang sampah pada tempatnya. Jangjo mengusung pendekatan menyeluruh dari hulu ke hilir. 

Dimulai dari edukasi publik soal pentingnya memilah sampah, pengadaan sistem pengangkutan sampah terpilah, pengolahan limbah dengan prinsip zero waste to landfill, hingga pelaporan dampak lingkungan yang transparan dan terukur. 

Semua proses tersebut terintegrasi dalam satu sistem berbasis teknologi milik mereka, yaitu JOWI System.

“Setelah kami kenalkan JOWI System ke publik, kini saatnya melangkah lebih jauh lewat gerakan Junk Revolution. Kami percaya pendekatan kolaboratif ini bisa mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA hingga 90%. Kami ingin menciptakan perubahan nyata dalam budaya pengelolaan sampah di Indonesia,” ujar Joe Hansen, Cofounder dan CEO Jangjo melalui keterangan pers, dikutip Jumat, 20 Juni 2025.

Sampah Tak Sekadar Dibuang, Tapi Diberdayakan

Setiap jenis sampah diproses dengan cara yang berbeda-beda. Untuk sampah bernilai ekonomis seperti plastik dan kertas, Jangjo mengarahkannya ke proses daur ulang. Sementara sampah non-bernilai yang masih memiliki potensi energi, terutama yang termasuk dalam kategori combustible, diolah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF).

RDF ini kemudian dimanfaatkan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement), salah satu produsen semen terbesar di Indonesia, sebagai pengganti batu bara dalam proses produksinya. Langkah ini tidak hanya membantu pengurangan limbah, tapi juga menekan emisi karbon dalam industri manufaktur.

“Salah satu bentuk nyata dukungan kami terhadap solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan adalah menjalin kemitraan dengan Jangjo. RDF dari Jangjo menjadi bagian dari strategi kami untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,” ujar Soegito Kurniawan, GM Procurement & AFAM Indocement.

Tak hanya itu, sisa makanan yang sering kali dianggap tidak berguna juga tak luput dari perhatian. Jangjo menggandeng Magalarva, perusahaan yang fokus pada pengolahan sampah organik, untuk mengolah sisa makanan menjadi pakan bagi maggot Black Soldier Fly. Larva ini nantinya akan diolah menjadi sumber protein alternatif untuk industri pakan ternak maupun pupuk organik.

Gandeng Mal Besar, Kampanye Masuk ke Pusat Kota

Gerakan Junk Revolution ini juga menggandeng sejumlah pusat perbelanjaan terkemuka di Jakarta. Mulai dari Plaza Indonesia, FX Sudirman, Gandaria City, Blok M Plaza, Kota Kasablanka, hingga SCBD Park, seluruhnya ikut berkomitmen dalam pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab.

Pengelolaan sampah tak hanya dilakukan di area pengunjung, tapi juga merambah ke dapur, food court, tenant, hingga area back of house. Sampah yang telah dipilah di lokasi akan diangkut dan diproses secara terintegrasi melalui sistem JOWI milik Jangjo.

Langkah ini juga menjadi bentuk nyata komitmen dari pihak manajemen mal untuk ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan melalui pemilahan sampah dari sumbernya.

“Kolaborasi ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar mulai membuka diri terhadap pendekatan baru dalam pengelolaan limbah. Dan bagi kami, keterlibatan pusat perbelanjaan adalah langkah besar dalam membangun ekosistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” lanjut Joe Hansen.

Pencapaian Nyata dan Dukungan terhadap Target Nasional

Saat ini, Jangjo mencatat capaian pengelolaan sekitar 1.500 ton sampah per bulan. Angka ini menjadikan mereka salah satu pelaku pengelolaan sampah dengan skala signifikan di ibu kota yang telah memiliki izin resmi dari pemerintah.

Keberhasilan ini turut berkontribusi pada target nasional yang ditetapkan dalam program Indonesia Bersih Sampah 2025, yaitu mengurangi sampah sebesar 30% dan menangani sampah hingga 70% dari total timbulan.

Jangjo juga terus membuka peluang kemitraan dengan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah, untuk memperluas jangkauan dan dampak dari program Junk Revolution.

Harapan dan Masa Depan Gerakan Junk Revolution

Kampanye ini lahir dari kesadaran bahwa permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu pendekatan. Perlu keterlibatan banyak pihak: dari masyarakat sebagai produsen sampah, pelaku industri sebagai pengguna sumber daya, hingga startup seperti Jangjo yang hadir membawa teknologi dan inovasi baru.

Dengan menggandeng pelaku industri besar seperti Indocement dan Magalarva, serta pusat-pusat perbelanjaan yang menjadi titik kumpul masyarakat urban, Jangjo membuktikan bahwa pengelolaan sampah bisa dilakukan secara modern, terukur, dan membawa manfaat ekonomi.

Gerakan ini juga menjadi ajakan terbuka bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk mulai peduli terhadap jejak ekologisnya. Bukan cuma soal membuang sampah pada tempatnya, tapi juga memahami ke mana sampah itu pergi, bagaimana dampaknya, dan bagaimana setiap individu bisa ikut andil dalam solusi.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 20 Juni 2025.