USAID Tutup, Penanganan HIV/AIDS Terancam

Jumat, 07 Februari 2025 16:46 WIB

Penulis:Nila Ertina

USAID Tutup, Penanganan HIV/AIDS Terancam
USAID Tutup, Penanganan HIV/AIDS Terancam (ist)

JAKARTA - Kebijakan pemerintahan baru Amerika Serikat menutup Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat  (USAID)  mulai menimbulkan kekhawatiran di Indonesia. Penutupan USAID diumumkan oleh Kepala Direktur Operasional Grup Eksekutif (DOGE) AS, Elon Musk, setelah berdiskusi dengan Presiden AS, Donald Trump. 

Alasan penutupan USAID merupakan penghematan anggaran dan kampanye "Make America Great Again" (MAGA), yang diprediksi akan berdampak signifikan terhadap berbagai program bantuan kemanusiaan dan pembangunan di Indonesia.

Seperti diketahui USAID, yang telah beroperasi sejak 1961, resmi diambil alih oleh Kementerian Luar Negeri AS di bawah kepemimpinan sementara Marco Rubio.

Keputusan ini menuai protes dari berbagai pihak karena USAID sebelumnya merupakan lembaga independen yang fokus pada bantuan kemanusiaan dan pembangunan di negara berkembang. Penggabungan ini dianggap dapat mengurangi efektivitas dan netralitas program bantuan AS.

Baca Juga:

Selama lebih dari 20 tahun, USAID telah memberikan bantuan senilai US$5 miliar atau sekitar Rp81 triliun (kurs Rp16.000) kepada Indonesia, mencakup berbagai sektor seperti kesehatan, pendidikan, perubahan iklim, dan pemerintahan demokratis. 

Pada tahun 2023 saja, USAID mengalokasikan dana sebesar US$153 juta atau sekitar Rp2,4 triliun untuk program-program di Indonesia. 

Beberapa program utama yang dijalankan USAID antara lain USAID MPHD, yang berfokus pada peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi, USAID PASTI, yang bertujuan menekan angka stunting pada anak, serta USAID PREVENT TB, yang menangani pencegahan dan pengobatan tuberkulosis (TBC).

Selain itu, selama pandemi COVID-19, USAID memberikan bantuan senilai US$65 juta dan membantu pengiriman 100 juta dosis vaksin ke Indonesia.

Salah satu dampak paling mengkhawatirkan dari penutupan USAID adalah terganggunya program penanganan HIV/AIDS di Indonesia. USAID merupakan penyandang dana utama bagi Global Fund, yang menyediakan sepertiga dari total dana untuk program HIV/AIDS melalui PEPFAR-USAID.

Bantuan ini digunakan untuk pendampingan penyintas HIV dan gaji petugas lapangan. Tanpa dukungan USAID, program ini berpotensi terhambat, bahkan terhenti.

Penutupan USAID juga akan memengaruhi program vaksinasi polio, penanganan stunting, serta akses sanitasi dan air minum di Indonesia. Sejak 2023, USAID telah menggelontorkan US$3,2 juta atau sekitar Rp48,4 miliar untuk distribusi 31 juta dosis vaksin polio bekerja sama dengan WHO. 

Di Papua, program PASTI-Papua dengan dana US$4 juta atau sekitar Rp65,3 milyar untuk tiga kabupaten juga terancam. Padahal, prevalensi stunting di Papua Tengah mencapai 39,4% dan di Papua Selatan 25%.

Di sektor lingkungan, USAID mendukung program IUWASH Tangguh dan uji coba Zona Air Minum Prima (ZAMP) di Pematangsiantar. Program ini bertujuan meningkatkan akses air minum aman hingga 45% pada 2030.

Sejak tanggal 24 Januari 2025, USAID Indonesia telah membatalkan tiga permohonan bantuan, termasuk untuk spesialis penyakit menular dan ketahanan perkotaan. 

"Nah kekurangan ini yang nanti akan, pasti akan ada dampaknya," terang Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 7 Februari 2024.

Meski demikian, Budi menyatakan bahwa Indonesia masih mendapat dukungan dari negara lain, seperti Australia, yang memberikan bantuan senilai 130 juta Dolar Australia atau sekitar Rp1,3 triliun (kurs Rp10.300).

"Tapi kita juga masih ada negara donor-donor lain. Kemarin kan saya ke Australia, kita juga dapat komitmen men-secure 130 juta dolar. Walaupun dolar Australia sama dolar USA beda ya. Tapi setidaknya kan komitmen itu sudah kita dapatkan," ujar Budi.

Baca Juga:

Penutupan USAID menimbulkan tantangan besar bagi Indonesia, terutama dalam menjaga keberlanjutan program-program yang telah berjalan.

Pemerintah Indonesia perlu mencari alternatif pendanaan dan kerja sama dengan lembaga internasional lainnya untuk memastikan bahwa program kesehatan, pendidikan, dan lingkungan tetap berjalan.

Dampak penutupan USAID ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, tetapi juga oleh banyak negara berkembang lainnya yang selama ini bergantung pada bantuan kemanusiaan AS. Keputusan ini mengingatkan kembali pentingnya kemandirian dan keberlanjutan dalam pembangunan nasional.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 07 Feb 2025