BucuKito
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II, Pusat Ibadah, Saksi Sejarah Palembang
Oleh: Tia Apriyani, Azzahri Fahlepi Putra, Nabil Putrawardana*
MASJID Agung Sultan Mahmud Badaruddin II berdiri megah di pusat Kota Palembang, tepat di kawasan titik nol kota yang dibelah Sungai Musi. Masjid kebanggaan Sumsel ini, tidak hanya menjadi pusat ibadah umat Islam, tetapi juga saksi sejarah panjang perkembangan Islam dan Kesultanan Palembang Darussalam.
Pembangunan Masjid Agung dimulai pada 1738 atas prakarsa Sultan Mahmud Badaruddin I dan diselesaikan sekitar 1748. Sejak awal berdirinya, masjid ini berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan sekaligus simbol kekuasaan kesultanan Melayu Islam di Palembang.

Dalam catatan sejarah, masjid menjadi ruang penting bagi aktivitas keagamaan, sosial, dan politik masyarakat Palembang pada masa itu.
Baca Juga:
- Bergerak Bersama Peduli Bencana: JNE Distribusikan 500 Ton Lebih Bantuan untuk Korban Bencana Sumatera
- Hoaks: Banner Peresmian ASN PPPK Paruh Waktu pada 30 Desember 2025, Cek Faktanya Yuk!
- Panel Surya UMS Bantu Pengendalian TBC dan Adaptasi Perubahan Iklim
Sejarawan menilai keberadaan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II tidak dapat dilepaskan dari identitas Palembang sebagai kota Islam.
Dalam berbagai literatur sejarah lokal Sumatera Selatan, masjid ini disebut sebagai penanda kuat integrasi antara agama, budaya Melayu, dan kekuasaan kesultanan. Letaknya yang strategis di tepi Sungai Musi menunjukkan peran masjid sebagai pusat kehidupan masyarakat kota sejak abad ke-18.
Dari sisi arsitektur, Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II menampilkan akulturasi budaya yang khas. Atap limas bertingkat mencerminkan arsitektur tradisional Palembang, sementara unsur Tiongkok dan Eropa tampak pada detail bangunan dan struktur ruang. Perpaduan ini memperlihatkan Palembang sebagai kota dagang yang terbuka terhadap pengaruh luar sejak masa lampau.
Seiring perkembangan zaman, masjid ini mengalami sejumlah renovasi dan perluasan untuk menyesuaikan kebutuhan jamaah. Meski demikian, unsur bangunan lama tetap dipertahankan.
Namun Berdasarkan keterangan pengelola masjid, renovasi dilakukan dengan prinsip menjaga nilai sejarah dan keaslian bangunan utama, sekaligus meningkatkan kenyamanan jamaah.
Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II juga menjadi pusat kegiatan sosial dan keagamaan.
Berbagai aktivitas, seperti salat berjamaah, pengajian, kajian keislaman, hingga peringatan hari besar Islam rutin dilaksanakan. Masjid ini menjadi ruang pertemuan masyarakat dari berbagai latar belakang, memperkuat perannya sebagai pusat kehidupan umat.
Masjid Agung juga memiliki keterkaitan erat dengan sejarah perlawanan terhadap kolonialisme. Nama Sultan Mahmud Badaruddin II dikenal sebagai tokoh yang memimpin perlawanan terhadap Belanda pada awal abad ke-19.

Kawasan sekitar masjid menjadi bagian dari dinamika sejarah tersebut, menjadikan masjid ini bukan hanya simbol keagamaan, tetapi juga simbol perjuangan dan kedaulatan lokal.
Di era modern, Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II berkembang menjadi ikon religi dan wisata sejarah Palembang.
Baca Juga:
- Bantuan Kearifan Lokal Stimulus Berkesenian Sanggar Seni Qudwah
- Suara dari Si Anak Bumi, Deforestasi dan Krisis Lingkungan Sebabkan Bencana Sumatera
- Tidak Ditetapkan Status Bencana Nasional: Warga Sumatera Barat Gugat Negara atas Kelalaian dalam Bencana Ekologis
Setiap hari, masjid ini dikunjungi jamaah dan wisatawan dari berbagai daerah. Meski terbuka bagi pengunjung, pengelola menegaskan bahwa fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah tetap menjadi prioritas utama.
Hingga kini, Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II terus berdiri sebagai penanda sejarah, iman, dan identitas masyarakat Palembang.
Di tengah modernisasi kota, masjid ini tetap menjadi ruang spiritual yang hidup, menghubungkan masa lalu Kesultanan Palembang dengan kehidupan masyarakat masa kini.
*Mahasiswa Jurnalistik UIN Raden Fatah Palembang, Angkatan 2023

