Celios: Perubahan Iklim Berpotensi Perburuk Kesehatan Fisik hingga Mental Masyarakat

Cerobong asap PLTU Keban Agung Lahat tampak menjulang di seberang jembatan gantung. (wongkito.co/Mg/Joka Munir))

JAKARTA, WongKito.co - Kajian terbaru CELIOS berjudul “Potensi Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Populasi di Indonesia” menunjukkan bahwa perubahan iklim akan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat secara menyeluruh. 

Peneliti CELIOS, Lay Monica menyampaikan, peningkatan suhu, gangguan ekosistem, dan frekuensi bencana alam diproyeksikan memperburuk kondisi fisik, mental, dan sosial masyarakat Indonesia dalam beberapa dekade mendatang. Perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan beban penyakit menular maupun tidak menular. 

“Dampak yang paling mengkhawatirkan meliputi penyakit akibat panas ekstrem, gangguan pernapasan, penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti nyamuk pembawa malaria dan demam berdarah, penyakit enterik seperti diare, gangguan gizi, penyakit kardiovaskular, serta gangguan kesehatan mental,” ungkap Lay dalam keterangannya.

Selain itu perubahan iklim juga menimbulkan tantangan baru terhadap kesehatan populasi di dunia karena dapat menggeser bahkan memperluas wilayah penyebaran penyakit dari satu daerah ke daerah lainnya. Terdapat potensi pergeseran atau perluasan daerah endemis malaria dan demam berdarah akibat semakin menghangatnya daerah dataran tinggi dan pegunungan, serta meningkatnya suhu di kawasan lintang tinggi beriklim subtropis, bahkan sedang. 

Perubahan temperatur tersebut dapat membuat daerah dingin yang dahulu tidak cocok untuk perkembangbiakan nyamuk atau vektor lain menjadi daerah yang hangat dan nyaman untuk perkembangbiakan vektor dan bibit penyakit yang menyertainya. 

Kajian ini dilakukan oleh CELIOS pada periode 20 Agustus hingga 22 September 2025 menggunakan metode tinjauan sistematis dengan mengacu pada pedoman PRISMA. Penelusuran literatur dilakukan melalui basis data PubMed, laporan IPCC, dan publikasi The Lancet Countdown. Dari 428 artikel ilmiah yang ditelusuri, delapan literatur memenuhi kriteria untuk dianalisis lebih lanjut. 

Hasil kajian menunjukkan masih terbatasnya bukti ilmiah yang secara khusus meneliti dampak perubahan iklim terhadap kesehatan di Indonesia, sehingga dibutuhkan penelitian tambahan yang lebih kontekstual untuk mendukung perumusan kebijakan adaptasi yang efektif. 

Temuan CELIOS menyoroti bahwa gangguan kesehatan akibat kenaikan suhu, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan dapat meningkatkan risiko penyakit, meningkatkan angka kecelakaan kerja, menurunkan produktivitas masyarakat, memperburuk kualitas udara dan ketahanan pangan, serta mengancam kesehatan mental masyarakat. 

“Dampak-dampak ini berpotensi menghambat kemajuan yang telah dicapai dalam peningkatan kesehatan publik dan pengentasan kemiskinan di Indonesia,” ulasnya. 

Serukan Langkah Kebijakan Adaptasi 

CELIOS menilai bahwa kebijakan adaptasi berbasis bukti menjadi langkah mendesak untuk meminimalkan dampak kesehatan akibat perubahan iklim. Pemerintah perlu memperkuat sistem pemantauan penyakit, meningkatkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan, serta berinvestasi dalam riset kesehatan berbasis iklim. 

Selain itu, integrasi antara kebijakan kesehatan, sosial, dan lingkungan harus menjadi bagian dari strategi adaptasi nasional yang komprehensif.  “Kajian ini menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman multidimensi terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia," jelas dia.

Tanpa langkah adaptasi yang cepat, konsisten, dan berbasis data, beban penyakit maupun kerugian ekonomi dan sosial akibat perubahan iklim akan terus meningkat dalam dekade mendatang. CELIOS menyerukan agar kesehatan publik ditempatkan sebagai prioritas utama dalam strategi pembangunan berkelanjutan dan kebijakan adaptasi perubahan iklim di Indonesia. (*)

Editor: Redaksi Wongkito
Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories