KabarKito
Dari Sisa Makanan Jadi Berkah: Inovasi Bank Sampah Palembang
PALEMBANG, WongKito.co - Di Jalan Sukarela Km 7 Kota Palembang, berdiri sebuah tempat yang mengajarkan cara memilah sampah dan melihat nilai dari setiap sisa kehidupan. Di sanalah Hanardono selaku Direktur Bank Sampah, membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari hal sederhana seperti sisa makanan yang sering dianggap tak berguna.
Bank sampah yang ia pimpin ini kini mengolah limbah makanan menjadi pakan ternak. Di area belakang bangunan, sisa makanan dari berbagai jenis dikumpulkan, digiling, lalu disaring. Minyak hasil olahan dimanfaatkan kembali, sedangkan ampasnya dimasak hingga matang, lalu dijadikan pakan ternak.
Menariknya, di lokasi itu tidak hanya ada mesin penggiling dan juga tumpukan sampah, tetapi juga kehidupan ayam, bebek, angsa dan ikan yang tumbuh sehat dari hasil olahan limbah makanan. Semuanya saling terhubung dalam satu ekosistem yang efisien dan nyaris tanpa adanya limbah yang terbuang.
“Setiap sisa makanan harus dimasak dulu agar aman dan tidak berbau. Dari situ, kami bisa ubah limbah tersebut menjadi sesuatu yang berguna," ujar Hanardono dibincangi belum lama ini.
- Puluhan Pegiat Lingkungan Ikuti Pelatihan Mitigasi Perubahan Iklim
- IHSG Hari Ini Ditutup di 8.241,91, Terkoreksi 33,18 Poin
- Riset: 20 PLTU di Indonesia Berisiko Sebabkan 156 Ribu Kematian
Hanardono juga menjelaskan tentang keberhasilan sebuah bisnis lingkungan seperti bank sampah tidak lepas dari lima faktor utama, yakni finansial, sosial, intelektual, kemitraan, dan data. Menurutnya, kelima aspek itu harus seimbang agar bank sampah tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Dalam perjalanannya, Hanardono juga tak melupakan peran bank-bank sampah terdahulu yang telah membuka jalan. Ia menyebut Bank Sampah Sakura dan Bank Sampah Pelangi sebagai contoh nyata bahwa gerakan lingkungan di palembang sudah lama tumbuh.
Selain mengelola limbah bank sampah ini juga rutin mengadakan kegiatan edukasi bagi masyarakat sekitar mulai dari pelatihan memilah sampah rumah tangga, workshop daur ulang hingga program magang bagi mahasiswa. “Anak muda harus terlibat, karena mereka yang akan melanjutkan perjuangan menjaga bumi,” kata Hanardono.
Ia percaya bahwa keberhasilan program ini bukan hanya diukur dari beberapa ton sampah yang berhasil diolah, tapi seberapa besar perubahan pola pikir masyarakat terhadap sampah itu sendiri. Hanardono berharap ada perubahan cara pandang masyarakat terhadap sampah hariannya.
- Dukung Energi Hijau, Minyak Jelantah kini Cuan, Diolah Menjadi Bahan Bakar Pesawat
- Hoaks Isu Penculikan di Palembang! Perempuan Harus Cakap Gunakan Medsos dan Aplikasi Percakapan Online
- IHSG Ditutup di 8.166,22 Poin, Menguat 0,91 Persen
“Kami ingin masyarakat mulai memandang sampah sebagai peluang, bukan masalah. Dari sisa makanan saja, kalau diolah dengan benar bisa jadi rezeki, bisa bantu bumi dan bantu sesama. Semua tergantung dari cara kita melihatnya.”
Kini, setiap hari dari tempat kecil di sudut Palembang itu, aroma sampah yang dianggap mengganggu jutru menjadi simbol kehidupan baru. Dari limbah lahir manfaat dari sisa tumbuh kehidupan dan kepedulian muncul perubahan. (Mg/Luthfiah Revalina)

