Ragam
Peringatkan Jebakan Neoliberalisme dalam Manajemen Perguruan Tinggi, ini Kata Rektor UII
JOGJA – Menyambut Milad ke-79 dalam laporannya, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Fathul Wahid mengingatkan akan bahayanya jebakan neoliberal dalam praktik manajemen perguruan tinggi (PT).
"Jebakan ini akan membawa kepada dua perubahan. Pertama, PT akan mengejar menjadi universitas kelas dunia, terutama dalam konteks ukuran metrik yang yang digunakan oleh pemeringkatan universitas global dan produksi tenaga terampil untuk mengisi pasar tenaga kerja," katanya dalam laporan mengenai perkembangan kampus pada rapat terbuka Senat UII Yogyakarta di Milad ke-79 bertemakan 'Lincah dalam Strategi, Setia Pada Misi' yang digelar secara daring, Selasa (1/3/2022)..
Kedua, PT berlomba-lomba mentransformasikan manajemen internal untuk menghasilkan efisiensi dan meningkatkan efektivitas dengan pendekatan korporat. Secara ringkas, ini adalah upaya korporatisasi dan pengamalan manajerialisme (managerialism) yang berpotensi menjauhkan dari misi utama.
Baca Juga:
- 178 Koperasi Sumsel Berlabel Syariah
- Apresiasi Kemenangan Badminton Asia Team Championships 2022, BNI Beri Tabungan untuk Atlet, Pelatih dan Offcial
- Bankir Ungkap Dampak Sanksi Bank Sentral Rusia ke Indonesia, Ini Penjelasannya
Jebakan ini, tanpa disadari menurut Fathul akan mengubah pola pikir kampus yang akan berorientasi sebagai korporat yang hanya memberi layanan riset dan pengajaran. Bukan sebagai lembaga yang fokus pada ikhtiar ilmiah pendidikan tinggi.
Dalam konteks ini, staf administratif dan akademik dipandang sebagai pekerja dan bukan sebagai kolega atau intelektual maupun cendekiawan.
"Selain itu, mahasiswa dianggap sebagai klien atau konsumen yang harus dipuaskan dan bukan mahasiswa yang haus didikan. Rektor dan pejabat teras PT lain difungsikan sebagai manajer korporat dan bukan pemimpin intelektual," katanya.
Aspirasi menjadi kampus kelas dunia yang ditandai dengan beragam pemeringkatan juga tidak kalis dari jebakan neoliberalisme. Jika ingin menjaga idealismenya, UII Yogyakarta sudah seharusnya tidak menempatkan pemeringkatan kampus sebagai tujuan, tetapi hanya sebagai dampak samping karena kita mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. "UII Yogyakarta seharusnya berfokus pada pertumbuhan substantif yang sejalan dengan misinya, dan tidak justru disilaukan oleh pembangunan citra," paparnya.
Baca Juga:
- Jokowi Apresiasi Kolaborasi Electrum, Pertamina, Gogoro dan Gesits Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik
- Inilah Daftar Negara dengan Utang Vaksinasi Terbesar ke Bank Dunia, Indonesia Nomor 2
- Pertamina Bagikan Buku Rekening Sampah untuk Masyarakat, Hari Peduli Sampah Nasional
Selama pademi pada 2021, UII Yogyakarta telah memberikan potongan SPP sebesar Rp60,79 miliar. Nominal ini lebih besar dibandingkan 2020 sebesar Rp26,92 miliar. Pada 2022 ini pun, potongan yang sudah diberikan sebesar Rp14,29 miliar.
"Secara keseluruhan, UII Yogyakarta telah memberikan potongan SPP sebesar Rp102,01 miliar. Ini adalah ikhtiar kami sebagai bentuk empati kepada yang terdampak dan juga sekaligus untuk merawat cita-cita para mahasiswa agar tidak kandas karena pandemi," katanya.
Dalam paparannya sepanjang 57 halaman, Fathul menjelaskan rangkaian prestasi yang telah ditorehkan selama 2021 lewat tiga sub tema utama yang penguatan nilai keislaman dan kebangsaan, penjulangan cabang memajukan inovasi berkelanjutan dan pelebatan buah meningkatkan manfaat serta dampak.
Ketua Yayasan Badan Wakaf UII Yogyakarta Suwarsono Muhammad, berharap di usianya yang ke 79 tahun. UII harus terus dipertahankan agar berkelanjutan. Meskipun kedepan tantangan yang dihadapi tidaklah mudah.
Tulisan ini telah tayang di eduwara.com oleh Setyono pada 01 Mar 2022