Ragam
Simak Alasan Aplikasi Binomo Bisa Menggiurkan Banyak Orang, Ini Penjelasan Ahli
JAKARTA – Banyak yang tergiur kemudian terjerat dalam perangkap binary option Binomo sebagai platform judi berkedok trading. Lantas, mengapa platform ini bisa begitu menggiurkan bagi banyak orang meskipun platformnya sendiri sudah diblokir berkali-kali oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Sebelumnya, Bappebti telah menjelaskan bahwa pihaknya telah berkali-kali memblokir akses ke platform Binomo, namun ujung-ujungnya aplikasi itu tetap muncul lagi dan bisa digunakan oleh masyarakat yang terjaring menjadi korban.
Meski Bappebti telah mengumumkan bahwa aplikasi Binomo adalah platform yang ilegal di Indonesia, namun tetap saja ada masyarakat yang menjadi korban karena tergiur oleh iming-iming keuntungan dalam jumlah yang fantastis.
Baca juga:
- Tahun 2021, Pejualan Ritel Trisula Textille (BELL) Naik Jadi Rp84,5 Miliar
- Layanan Gas Bumi PGN Gaskita Pintar, Siap Layani 154.000 Calon Pelanggan di DKI Jakarta
- Komoditas Pertanian Sumsel Diekspor ke 13 Negara Senilai Rp173 Miliar
Pakar dan akademisi bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali memberikan pendapat terkait aplikasi Binomo dan bagaimana platform itu bisa memakan begitu banyak korban.
Menurut Rhenald, keberhasilan Binomo dalam menjerat banyak korban salah satunya disebabkan oleh keberhasilan afiliator, seperti Indra Kesuma alias Indra Kenz yang bisa memahami algoritma dengan baik. Sehingga mereka tahu cara yang mumpuni untuk menyebarluaskan konten-konten flexing dalam memancing korban.
“Jadi, mereka bisa mempelajari algoritma. Mereka (afiliator binary option) tahu kapan harus bicara, sampai jam berapa mereka harus muncul. Bagaimana cara kerjanya (algoritma) itu mereka pelajari dan mereka kenali,” ujar Rhenald saat dihubungi TrenAsia.com, Rabu, 6 April 2022.
Para afiliator membangun harapan-harapan semu kepada masyarakat dan berhasil menanamkannya dengan sangat kuat kepada masyarakat. Akibatnya, banyak masyarakat yang menaruh harapan bahwa mereka bisa menjadi kaya secara instan seperti para afiliator yang kerap memamerkan kekayaan di media sosial.
Rhenald pun menekankan bahwa kultur masyarakat Indonesia yang menggilai kekayaan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya orang yang terperangkap dalam jebakan Binomo.
“Ada kultur dalam masyarakat kita yang sangat kuat, yaitu menggila-gilai kekayaan seperti itu tanpa mempersoalkan sumbernya,” papar Rhenald.
Peran media sosial dalam meracuni pikiran masyarakat pun menjadi salah satu hal yang disoroti oleh Rhanald. Media sosial dihiasi oleh orang-orang yang melakukan pamer atau flexing sehingga banyak orang yang berharap bisa menjadi kaya dengan cara yang instan.
Baca Juga:
- Resmi! Harga Pertamax di Sumsel Rp12.750 per Liter
- Berikut 5 Harga Saham Tertinggi BEI di Akhir Maret 2022
- Maret 2022, Sumsel Alami Inflasi Sebesar 0,69 Persen
Semakin banyak konten flexing yang diikuti oleh masyarakat, akhirnya algoritma pun mendorong platform-platform yang menawarkan keuntungan finansial untuk selalu muncul dalam penelusuran para pengguna.
Hal itu pun dimanfaatkan oleh platform investasi ilegal seperti binary option untuk memperluas jangkauannya kepada masyarakat luas dan wajar saja jika akhirnya banyak yang terjebak karena tergiur oleh keuntungan-keuntungan yang ditawarkan.
Menurut Rhenald, lembaga-lembaga pengawas seperti Bappebti, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan sebagainya seharusnya melakukan patroli digital untuk bisa mencegah kasus-kasus yang serupa dengan Binomo.
“Patroli digital itu harus dilakukan sehingga mereka bisa dapat mapping yang jelas soal kejadian-kejadian yang tidak kasat mata. Kalau selama ini keahlian mereka, baik di OJK, BI, maupun lembaga-lembaga lain, itu keahlian membaca penyimpangan yang kasat mata,” tegas Rhenald.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 07 Apr 2022