Ragam
Wow! DeepSeek AI Meluncur, Saham Big Tech AS di Nasdaq Berguguran
JAKARTA - Startup artificial intelligent (AI) asal China, DeepSeek telah mengguncang pasar teknologi global. Dalam hitungan hari setelah meluncurkan asisten AI gratisnya, DeepSeek berhasil menggeser dominasi ChatGPT dalam jumlah unduhan di App Store Apple.
Tak hanya menjadi bukti keberhasilan China di bidang teknologi AI, tetapi juga memicu kekhawatiran di kalangan investor AS, yang ramai-ramai melepas saham big tech AS, terutama Nvidia.
Hal itu, dibuktikan dengan Indeks Nasdaq turun 3,1%, dengan Nvidia menjadi penyumbang terbesar penurunan tersebut. Saham Nvidia anjlok hampir 17%, menghapus US$593 miliar dari kapitalisasi pasarnya kerugian harian terbesar yang pernah dialami oleh sebuah perusahaan di Wall Street.
Tidak hanya Nvidia, saham-saham teknologi lain seperti Broadcom, Microsoft, dan Alphabet juga mengalami penurunan signifikan. Indeks semikonduktor Philadelphia bahkan mengalami penurunan terbesar sejak Maret 2020.
Baca Juga:
- Pengamat UGM: 100 Hari Pertama Prabowo, Sektor ESDM belum Jelas
- Mengupas 3 Pilar Strategi Chief YTI Menuju Beyond Community
- Waspada Marak Penipuan! Cek ini Akun TikTok Penyebar Hoaks Khusus Bantuan Resmi Pemerintah
Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa model AI berbiaya rendah dari DeepSeek akan mengganggu dominasi perusahaan-perusahaan AS dalam industri AI. Pasalnya, DeepSeek mengklaim bahwa model AI-nya menggunakan lebih sedikit data dan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan model sejenis dari OpenAI atau Google.
Perlombaan AI Baru
DeepSeek dianggap sebagai bukti bahwa China mulai mengejar ketertinggalan dalam perlombaan AI global. Sebelumnya, banyak pengamat meragukan kemampuan China untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan AS seperti OpenAI, Google, atau Microsoft. Namun, kemunculan DeepSeek telah mengubah persepsi tersebut.
Venture Capitalist dari Silicon Valley, Marc Andreessen bahkan menyebut DeepSe sebagai momen "Sputnik" dalam dunia AI. Istilah ini merujuk pada peluncuran satelit Sputnik oleh Uni Soviet pada 1957, yang memicu perlombaan antariksa antara AS dan Uni Soviet.
“DeepSeek-R1, model terbaru dari startup ini, adalah terobosan yang mengesankan dan bisa menjadi hadiah besar bagi dunia karena bersifat open source,” jelasnya dikutip TrenAsia dari Reuters pada Selasa, 28 Januari 2025.
Ia juga bilang keberhasilan DeepSeek tidak hanya mengancam dominasi perusahaan-perusahaan AS dalam industri AI, tetapi juga berpotensi mengubah struktur pasar global. “Jika model AI berbiaya rendah seperti DeepSeek dapat digunakan secara luas, permintaan untuk chip high-end seperti yang diproduksi Nvidia mungkin akan menurun.
Selain itu, kebutuhan untuk membangun pusat data skala besar dan infrastruktur pendukung AI juga bisa berkurang,” paparnya. Namun, beberapa analis menganggap reaksi pasar sebagai berlebihan. Daniel Morgan dari Synovus Trust Company menyatakan bahwa DeepSeek lebih bersaing di segmen pengguna akhir (seperti ponsel dan PC).
Baca Juga:
- BRI Salurkan KUR Rp184,98 Triliun, Dukungan Nyata untuk 4 Juta UMKM di 2024
- BRI Hadirkan Solusi Pembiayaan Subsidi untuk Program 3 Juta Rumah
- Sambut Imlek: Toko Pernak Pernik Dipadati Pembeli
Sementara pasar utama kecerdasan buataan kata dia tetap berada di pusat data. "Uang nyata dalam AI ada di penyediaan chip untuk pusat data, dan itu masih didominasi oleh Nvidia, AMD, dan Broadcom," ujarnya.
Kolaborasi atau Konflik?
Kemunculan DeepSeek juga memunculkan pertanyaan tentang masa depan kolaborasi dan persaingan dalam industri AI. Di satu sisi, model open source seperti DeepSeek-R1 dapat mendorong inovasi dan kolaborasi global. Di sisi lain, persaingan antara China dan AS dalam teknologi AI mungkin akan semakin sengit, terutama dalam hal keamanan dan etika penggunaan AI.
Presiden AS Donald Trump menyebut DeepSeek sebagai "panggilan bangun" bagi AS, sambil menekankan bahwa perkembangan ini bisa menjadi positif jika direspons dengan tepat. Sementara itu, investor global mulai mempertimbangkan kembali strategi mereka, dengan beberapa beralih ke aset safe-haven seperti obligasi pemerintah dan mata uang safe-haven.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 28 Jan 2025