Bak Langit dan Bumi, Kontras Ekonomi India dan Pakistan

Kamis, 08 Mei 2025 09:26 WIB

Penulis:Nila Ertina

Bak Langit dan Bumi, Kontras Ekonomi India dan Pakistan
Bak Langit dan Bumi, Kontras Ekonomi India dan Pakistan (ist)

JAKARTA - Di tengah konflik yang terus berulang, kedua negara menapaki jalan yang sangat berbeda dalam hal pertumbuhan ekonomi, ketahanan fiskal, dan kerja sama global perbandingannya bak langit dan bumi.

Seperti diketahui, ketegangan militer kembali mencuat pada April 2025, dipicu oleh serangan teroris di Pahalgam, Jammu & Kashmir yang menewaskan 26 orang, memicu respons keras dari India. 

Salah satunya adalah penangguhan Perjanjian Perairan Indus 1960 yang mengatur pasokan air ke Pakistan. Keputusan ini berpotensi mengganggu sektor pertanian Pakistan dan memperburuk ketahanan pangannya.

Baca Juga:

Alih-alih terguncang, ekonomi India justru menunjukkan ketangguhan. Investasi publik yang agresif dan konsumsi swasta yang solid menjadikan ekonomi Negeri Anak Benua ini tetap stabil secara makro, bahkan di tengah situasi geopolitik yang memanas. 

Meski pengeluaran pertahanan meningkat, dampaknya terhadap struktur fiskal masih dianggap minimal oleh para pengamat.

India kini duduk di peringkat ke-9 dunia dalam hal Produk Domestik Bruto (PDB) nominal dan ke-3 berdasarkan Paritas Daya Beli (PPP). Sebagai anggota G20 dan BRICS, India telah menunjukkan kapabilitasnya sebagai kekuatan ekonomi global.

Pondasi ketangguhan ini sudah terbentuk sejak lama. Dari masa kuno ketika saudagar seperti Visakha dan Anathapindika mendominasi perdagangan, hingga era reformasi ekonomi pasca1989 yang membuka kran liberalisasi dan inovasi. Kota-kota seperti Bengaluru kini bahkan menjadi pusat teknologi dunia, bersaing dengan Silicon Valley.

Pakistan: Tertinggal dalam Jurang Ketergantungan

Sebaliknya, Pakistan masih bergelut dengan tekanan ekonomi dari dalam dan luar negeri. Ketergantungan pada sektor pertambangan, terutama gas alam dan batu bara berkualitas rendah, belum mampu mendorong pertumbuhan yang inklusif.

Perekonomian Pakistan tercatat sempat menempati peringkat ke-26 dunia pada 2019 dengan pertumbuhan 3,29%. Namun, krisis fiskal dan tekanan eksternal membuat ekonomi negara ini terkontraksi -0,2% pada 2023, sebelum tumbuh kembali 2,5% di 2024. 

Meski secara historis pernah tumbuh hingga 10,22% pada tahun 1954, kini laju pertumbuhannya terlihat stagnan dan rapuh. Struktur ekonominya masih didominasi sektor jasa (53%), dengan administrasi publik dan pertahanan sebagai penyumbang terbesar.

Di sektor industri, manufaktur menyumbang 19%, sementara sektor primer seperti pertanian dan peternakan menyumbang 22% dari PDB. Namun, ketergantungan pada ekspor tekstil dan impor minyak membuat ekonomi Pakistan sangat rentan terhadap guncangan global.

Hubungan Ekonomi yang Terbatas

Meski bertetangga dan memiliki sejarah panjang bersama, hubungan ekonomi India dan Pakistan sangat terbatas. Data 2024 menunjukkan ekspor India ke Pakistan hanya di bawah 0,5% dari total ekspor nasional. 

Para pengamat menilai konflik-konflik seperti ini akan terus terjadi secara periodik, namun kecil kemungkinan berkembang menjadi perang terbuka.

Baca Juga:

Sejauh ini, India telah membangun koneksi perdagangan besar-besaran dengan ASEAN terutama Indonesia, sejak masa awal kemerdekaan. Nilai perdagangan India-ASEAN bahkan mencapai US$3,8 triliun, menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai mitra utama India.

Sementara Pakistan, dengan tantangan demografi, inflasi yang membandel, dan stagnasi reformasi, masih mencari pijakan untuk bisa lepas dari bayang-bayang krisis. 

Dengan ketegangan yang belum mereda dan akses pembiayaan yang terbatas, masa depan ekonomi Pakistan tampaknya masih penuh ketidakpastian.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 08 May 2025