Dorong Akses Kesehatan Inklusif, FKM Unsri Ajak Komunitas Transgender Melek Layanan Digital

Rabu, 22 Oktober 2025 06:03 WIB

Penulis:Nila Ertina

WhatsApp Image 2025-10-21 at 18.21.08.jpeg
FKM Unsri dan Warna D (null)

PALEMBANG, WongKito.co -  Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema Digital Health, yang berfokus pada peningkatan kesadaran dan kemampuan komunitas transgender dalam mengakses layanan kesehatan digital.

Dosen FKM Unsri, Dr. dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS, menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari keprihatinan terhadap sulitnya komunitas   transgender, khususnya waria, mendapatkan layanan kesehatan yang layak akibat stigma sosial yang masih kuat.

“Sering kali teman-teman waria kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Jangankan untuk memperoleh layanan yang baik, adil, dan inklusif, untuk mulai datang ke fasilitas kesehatan saja mereka sudah merasa takut duluan,” ungkap Rizma, Selasa (21/10/2025).

Baca Juga:

Menurutnya, layanan digital dapat menjadi solusi barrier-free service, atau pelayanan tanpa hambatan, yang memungkinkan kelompok rentan mengakses layanan kesehatan tanpa rasa takut akan diskriminasi.

“Melalui kesehatan digital, mereka bisa mendapatkan layanan dengan lebih mudah dan tanpa stigma dari orang lain,” ujarnya.

Kegiatan ini tidak hanya memberikan materi literasi kesehatan digital, tetapi juga praktik langsung menggunakan berbagai platform layanan kesehatan seperti JKN Mobile, aplikasi BPJS Kesehatan, hingga Halodoc. Peserta diajak untuk mengunduh, mencoba, dan memahami cara menggunakan aplikasi tersebut.

“Kalau pun ada yang belum bisa, dari situ kita bisa tahu apa saja kendala yang mereka hadapi,” jelas Rizma.

Dalam kegiatan ini, satu tim terdiri dari enam mahasiswa FKM Unsri dan dua mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Kolaborasi lintas disiplin ini diharapkan dapat memperluas pendekatan edukatif sekaligus memperkuat empati terhadap kelompok minoritas.

Kurangnya Keterlibatan Pemerintah

Rizma menyoroti bahwa keterpaparan informasi kesehatan di kalangan komunitas transgender masih sangat rendah, padahal kelompok ini termasuk populasi yang lebih terbuka open-minded.

“Ketika kita mengobati orang, seharusnya tidak melihat siapa dia. Saat seseorang sakit, tugas kita adalah mengobati,” tegasnya.

Meski begitu, ia juga menyayangkan masih minimnya keterlibatan pemerintah dalam menjangkau populasi rentan.

“Yang seharusnya hadir untuk seluruh populasi Indonesia adalah negara. Ini bentuk gotong royong, tapi sering kali kita berjuang sendiri," ujarnya.

Baca Juga:

"Dan posisi seorang Akademisi perlu datang ke komunitas seperti ini, karena posisi mereka memang butuh dukungan,” tambahnya.

Selain akses kesehatan, Rizma menilai kelompok transgender juga membutuhkan pemberdayaan dan kesempatan belajar yang lebih luas.

“Mereka bukan hanya butuh layanan kesehatan, tapi juga butuh pemberdayaan, pembelajaran, dan dukungan untuk diakui keberadaannya sebagai manusia yang setara,” tutupnya.

Sementara Ketua Warna Sriwijaya (WS), Heryanto mengungkapkan harus diakui hingga  kini stigma bagi komunitas masih terjadi, padahal waria tentunya memiliki hak yang sama dalam berbagai layanan publik.

“Kami  bersyukur kolaborasi  dengan FKM Unsri ini, karena kerja sama ini langkah strategis dalam mendukung terealisasinya inklusivitas,” kata dia.(Marshanda)