6 Prinsip Sustainable Living Mudah Diterapkan Bagi Pemula

Beli produk lokal untuk mendukung sustainable living. (freepik.com)

JAKARTA, WongKito.co – Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, ketika isu lingkungan semakin mendesak dan dampak perubahan iklim makin terlihat, menerapkan sustainable living menjadi semakin penting.

Setiap hari kita membuat berbagai pilihan yang berdampak pada lingkungan, iklim, dan makhluk hidup lainnya. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk hidup secara berkelanjutan, menjaga lingkungan, dan memastikan keadilan antar generasi.

Tujuan utamanya adalah melestarikan sumber daya bumi, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan membuat pilihan yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

Dilansir dari Sonnen dan Biological Diversity, berikut prinsip sustainable living yang mudah untuk pemula:

1. Pikir Dua Kali Sebelum Berbelanja

Untuk menerapkan sustainable living, pikirkan dua kali sebelum berbelanja. (freepik.com/pressfoto)

Setiap barang yang kita beli meninggalkan jejak lingkungan, mulai dari bahan pembuatannya, polusi saat produksi, hingga kemasan yang berakhir di TPA atau insinerator. Meski suatu produk dapat didaur ulang atau dikomposkan di akhir masa pakainya, kerusakan yang terjadi sebelumnya tetap ada.

Jadi sebelum membeli, tanyakan pada diri sendiri apakah barang itu benar-benar diperlukan. Jika memang perlu, pertimbangkan untuk membeli barang bekas daripada baru, pilih produk yang terbuat dari bahan berdampak rendah dan memiliki kemasan serta pengiriman seminimal mungkin.

2. Tinggalkan Plastik dan Beralih ke Produk Pakai Ulang

Tinggalkan plastik untuk memulai sustainable living. (freepik.com)

Plastik tidak pernah benar-benar hilang. Setidaknya 14 juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahun, dan menyumbang sekitar 80% dari seluruh sampah laut. Ribuan burung laut, penyu, anjing laut, dan mamalia laut lainnya mati tiap tahun karena menelan plastik atau terjerat olehnya.

Kamu bisa mulai mengurangi penggunaan plastik dengan langkah-langkah sederhana, gunakan tas belanja yang dapat dipakai kembali, hindari botol, kantong, dan sedotan sekali pakai, serta pilih produk yang tidak terbuat dari atau dikemas dalam plastik bila memungkinkan (misalnya memilih buah dan sayur tanpa bungkus plastik di supermarket).

Beralihlah dari barang sekali pakai ke barang yang bisa dipakai berulang setiap ada kesempatan setiap plastik yang berhasil dihindari adalah kemenangan untuk bumi.

3. Perbanyak Konsumsi Makanan Nabati

Memulai sustainable living dengan memperbanyak konsumsi nabati. (freepik.com/jcomp)

Makanan nabati memiliki jejak karbon yang lebih kecil dibandingkan produk hewani. Dengan mengurangi konsumsi daging beberapa kali seminggu, kamu bisa membantu menekan emisi gas rumah kaca.

Pola makan yang lebih banyak mengandalkan bahan nabati juga memberikan manfaat kesehatan dan lebih ramah bagi lingkungan. Dengan begitu, makan sehat juga berjalan seiring dengan prinsip sustainable living yang kamu jalani setiap hari.

4. Belilah Produk Lokal

Beli produk lokal untuk mendukung sustainable living. (freepik.com)

Rantai transportasi yang lebih pendek berarti emisi CO₂ yang lebih rendah. Namun, memilih produk yang ditanam atau diproduksi secara lokal memberi dampak jauh lebih besar bagi perlindungan iklim.

Dengan membeli makanan dari produsen lokal, kamu ikut mendukung sektor pertanian setempat dan membangun kesadaran lebih besar tentang bagaimana serta di mana produk tersebut dihasilkan. Toko-toko lokal pun senang mendapatkan dukungan dan biasanya menawarkan pelayanan yang lebih baik dibandingkan penjual online.

Membeli produk lokal juga membuat kamu lebih banyak mengonsumsi makanan musiman, sehingga kebutuhan penyimpanan dingin atau pengiriman jarak jauh berkurang.

Kamu bisa menikmati pola makan yang lebih beragam dan segar, sambil memberikan apresiasi nyata kepada para produsen lokal. Lebih mandiri, lebih sedikit emisi gas rumah kaca, dan kualitas produk yang lebih baik, membeli produk lokal memberikan banyak manfaat bagi manusia maupun lingkungan.

5. Tinggalkan Fast Fashion dan Bahan Tekstil Berbasis Hewan

Meninggalkan fast fashion untuk memulai sustainable living. (freepik.com)

Industri fast fashion berkembang sangat cepat dan ukurannya kini luar biasa besar. Jumlah pakaian baru yang diproduksi setiap tahun hampir dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir, dan konsumsi fesyen global meningkat hingga 400%. Industri ini menjadi kontributor besar terhadap krisis iklim, menyumbang sekitar 10% emisi karbon dunia.

Bahan tekstil dari hewan, seperti wol, juga menimbulkan dampak lingkungan mulai dari pencemaran air, hilangnya habitat akibat deforestasi, hingga berbagai kerugian bagi satwa liar.

Untuk mengurangi dampaknya, perlambat cara kamu berfesyen seperti rawat pakaianmu agar lebih awet, perbaiki jika memungkinkan, dan ketika butuh yang baru, belilah barang preloved atau ikut kegiatan tukar pakaian.

Jika memang harus membeli pakaian baru, hindari sekadar terjebak klaim ramah lingkungan dan pilihlah bahan yang benar-benar berkelanjutan seperti kapas organik atau Tencel, dari merek yang memprioritaskan kualitas dan ketahanan.

6. Bijaklah dalam Menggunakan Air

Bijak menghemat air untuk memulai sustainable living. (freepik.com/artursafronovvvv)

Penghematan air sangat penting karena pertumbuhan populasi terus meningkatkan kebutuhan akan sumber air. Kamu bisa mulai menghemat air dengan mandi lebih singkat, memperbaiki kebocoran pada toilet, serta memilih peralatan rumah tangga yang hemat air.

Menggunakan deterjen ramah lingkungan dan menyesuaikan penggunaan air sesuai kebutuhan dapat membantu menekan polusi dan mengurangi limbah. Langkah-langkah kecil yang dilakukan di rumah, bila dijalankan secara rutin, dapat memberikan dampak positif yang besar.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com, jejaring media WongKito.co, pada 14 Desember 2025.

Editor: Redaksi Wongkito
Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories