KatoKito
Cegah Depresi, Sayangi Diri! Simak, Inilah 7 Jenis Depresi
Oleh: Ghina Firdaus, Nurul Alifah, Mayang Morly Herlian, Putri Dwi Ramadhani, Chalisa Salsabila Faizal, Savyra Putri (*)
SEHAT bukan hanya mencakup kesehatan fisik tetapi juga termasuk sehat pada mental. Ganguan mental masih menjadi permasalan kesehatan di dunia termasuk di Indonesia.
Gangguan mental bisa diartikan dengan gangguan berbagai kondisi yang mempengaruhi suasana hati, berpikir dan berprilaku. Pada masa sekarang sudah banyak film, komunitas, kampanye, obrolan di media sosial yang membahas isu kesehatan mental yang menandakan kesadaran akan kesehatan mental mulai meningkat.
Dibanding dengan generasi sebelumnya, generasi muda saat ini lebih “melek” atau lebih ”open minded” dengan berbagai isu termasuk tentang kesehatan mental.
Namun, masih ada beberapa orang yang menganggap sepele tentang kesehatan mental. Salah satunya, gangguan mental yang dialami pada seseorang tak jarang dianggap terlalu lebai, dan terlalu dramatis.
Topik kali ini akan mengangkat isu gangguan pada mental yaitu depresi.
Depresi adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasa dilakukan.
Baca Juga:
- Menteri BUMN Bakal Pangkas 45 Permen Menjadi 3, Sinyal Bentuk Omnibus Law
- Kementerian PUPR Siapkan 8 Tol Fungsional, Dukung Arus Lalu Lintas saat Nataru
- Libur Nataru, Pelni Sasar Keuntungan Meningkat 99 Persen
Rata-rata depresi berlangsung selama beberapa bulan, bisa kurang atau lebih dari itu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, hampir satu miliar orang di seluruh dunia mengalami beberapa bentuk gangguan kesehatan mental.
Di tahun 2020, diperkirakan gangguan kecemasan meningkat secara signifikan menjadi 26 persen, dan depresi sebanyak 28 persen akibat pandemi COVID-19.
Sementara di tahun 2019, sebanyak 970 juta orang di seluruh dunia dilaporkan hidup dengan gangguan mental, paling umum yang dialami adalah gangguan kecemasan dan depresi.
Jenis-jenis depresi :
1. Gangguan Depresi Mayor
Gangguan ini dibagi menjadi dua yaitu depresi atipikal dan depresi melankolis.
Depresi atipikal memiiki kecenderungan banyak tidur dan makan. Pada depresi atipikal mereka menjadi mudah emosi dan sering dirundung akan rasa cemas yang berlebihan.
Sedangkan pada depresi melankolis mengalami kesulitan untuk tidur dan lebih sering menyerang pada orang dewasa.
Gejala yang dialami gangguan depresi mayor diantaranya seperti : perasaan sedih, putus asa, tak berharga, kehilangan energi, nafsu makan yang menurun, tidak minat akan aktivitas yang menyenangkan dan ada keinginan bunuh diri.
2. Depresi Subsindromal
Depresi Subsindromal adalah kondisi dimana seseorang menunjukkan beberapa gejala pada depresi yang biasanya bertahan hingga dua minggu.
3. Gangguan Depresi Persisten
Orang yang mengalami gangguan depresi persisten (PDD) yang sering disebut dengan distima, memiliki suasana hati yang kalut disepanjang hari. Mereka sering merenung, bersedih hingga menangis hampir setiap hari.
Beberapa gejala yang dialami penderita PDD ini diantaranya seperti: sulit membuat keputusan, sering merasa putus asa, nafsu makan yang buruk atau berlebihan, kurang percaya diri, kelelahan, mengalami masalah tidur bisa terlalu sering ataupun jarang.
4. Gangguan Disforia Pramenstruasi
Gangguan ini hanya terjadi pada perempuan saja. Sebanyak 10% perempuan diusia produktif mengalami gangguan disforia pramenstruasi. PMS yang parah dapat memicunya depresi, kesedihan, kecemasan, dan mudah marah.
Salah satu penyebab dari gangguan disforia pramenstruasi adalah sensitivitas terhadap perubahan hormon selama siklus menstruasi.
5. Bipolar
Bipolar juga disebut dengan gangguan manik depresi. Tanda-tanda bipolar sendiri adalah seperti perubahan pada suasana hati dan energi yang ekstrim, misalnya dari gembira ke putus asa.
6. Depresi psikotik
Orang dengan depresi ini mengalami depresi yang berat yang ditandai dengan halusinasi (melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata) atau delusi (keyakinan akan hal-hal yang tidak benar-benar ada).
7. Disruptive Mood Dysregulation Disorder
Kondisi ini ditandai dengan kebiasaan berteriak, menjerit, dan mengamuk. Gangguan ini sering terlihat pada anak-anak yang kesulitan mengatur emosi mereka. Mudah tersinggung, marah setiap hari, sulit bergaul di sekolah, lingkungan, dan teman sebaya juga merupakan gejala Disruptive Mood Dysregulation Disorder.
Baca Juga:
- Sosial Media, Penggugah Selera Insomnia
- Hoax: Beredar Foto Penculik di Media Sosial
- Kabar dari Grafik Kanker Payudara yang Makin Naik
Faktor Risiko Depresi
Depresi tidak memandang bulu, usia tua maupun muda bisa mengalami depresi. Tetapi pada umumya depresi terjadi pada rentang usia 20 hingga 30-an tahun dan lebih banyak terjadi pada kaum perempuan dari pada laki-laki.
Depresi bisa saja dialami pada kondisi di usia yang lebih tua dan dapat terjadi bersamaan dengan penyakit medis lainnya, seperti jantung, diabetes, dan kanker. Kondisi tersebut akan lebih buruk ketika depresi juga turut hadir.
Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya depresi yaitu :
1. Memiliki riwayat gangguan kesehatan mental pada keluarga
2. Menyalahgunakan alkohol atau obat terlarang
3. Memiliki ciri kepribadian tertentu, seperti rendah diri, terlalu keras dalam menilai diri sendiri, pesimis, atau terlalu bergantung kepada orang lain
4. Mengidap penyakit kronis atau serius, seperti gangguan hormon tiroid, cedera kepala,HIV/AIDS, diabetes, kanker, stroke, nyeri kronis, atau penyakit jantung
5. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti beberapa obat tekanan darah tinggi atau obat tidur
6. Mengalami kejadian traumatik, seperti kekerasan seksual, kematian, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keuangan
Penyebab Depresi
Beberapa penyebab depresi diantanya :
1. Masalah biologis
Seseorang yang mengidap depresi kemungkinan mengalami perubahan fisik pada otaknya. Tingkat signifikan dari perubahan ini belum diketahui secara pasti, meski akhirnya dapat membantu untuk menentukan sesuatu yang menyebabkannya.
2. Gangguan Kimia Pada Otak
Bahan kimia pada otak yang berperan dalam depresi yaitu Neurotransmitter. Sebuah penelitian menyebutkan perubahan dalam fungsi dan efek neurotransmitter ini dapat memengaruhi stabilitas suasana hati sehingga memengaruhi tingkat depresi pada seseorang.
3. Gangguan Hormon
Hal ini kerap terjadi selama kehamilan dan beberapa minggu atau bulan setelahnya (pascapartum).
Selain itu, seseorang yang mengalami masalah tiroid, menopause, serta beberapa kondisi lainnya juga memiliki risiko tinggi pada depresi.
4. Penyakit Keturunan
Orang yang memiliki keluarga inti yang pernah mengidap depresi bisa menjadi penyebab sesorang mengalami hal yang sama seperti kelurganya tersebut. Karena gen dapat memengaruhi risiko dari penyebab depresi.
5. Peristiwa Kehidupan
Orang yang mengalami depresi bisa saja ada penyebab peristiwa dalam hidupnya yang menyedihkan yang dia alami seperti kehilangan seseorang yang dicintai, stress, peristiwa yang mengecewakan (trauma), isolasi dan kurangnya dukungan dapat menyebabkan depresi.
6. Kondisi Medis
Rasa sakit dan penyakit fisik yang berkelanjutan dapat menyebabkan depresi. Pengidap penyakit kronis seperti diabetes, kanker, dan penyakit Parkinson lebih rentan mengalami depresi.
7. Obat
Beberapa obat memiliki efek samping depresi.
8. Kepribadian
Orang yang mudah kewalahan atau mengalami kesulitan mengatasi situasi tertentu lebih rentan terhadap depresi.
Gejala Depresi
Gejalanya juga mungkin saja menjadi akut atau hilang dan tumbuh. Seseorang dikatakan depresi apabila mengalami gejala di bawah ini hampir sepanjang hari setidaknya selama dua minggu.
Berikut ini beberapa gejala yang dapat timbul saat mengidap depresi:
1. Selalu merasa bersalah
2. Merasa putus asa, rendah diri, dan tidak berharga
3. Selalu merasa cemas dan khawatir yang berlebihan
4. Suasana hati buruk atau sedih berkelanjutan
5. Mudah marah atau sensitif
6. Mudah menangis
7. Sulit berkonsentrasi, berpikir, dan mengambil keputusan
8. Tidak tertarik dan tidak memiliki motivasi terhadap segala hal
9. Timbul pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
10. Selalu merasa kelelahan dan hilang tenaga
11. Perubahan siklus menstruasi pada wanita
12. Konstipasi
13. Gerakan tubuh dan bicara yang lebih lambat dari biasanya
14. Hilang gairah seksual
15. Gangguan tidur
16. Perubahan berat badan dan selera makan
Pencegahan Depresi
Menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah terjadinya depresi, atau mencegah perburukan gejala pada orang yang telah didiagnosis menderita depresi.
Beberapa upaya preventif yang dapat dilakukan adalah:
1. Lakukan relaksasi untuk mengatasi stres, misalnya yoga atau pilates.
2. Cukupi kebutuhan tidur, minimal selama 8 jam per hari.
3. Hindari konsumsi minuman beralkohol.
4. Lakukan olahraga secara teratur.
5. Pastikan untuk berkumpul dengan teman atau keluarga pada waktu luang.
6. Batasi penggunaan sosial media jika dirasa mengganggu.
7. Jauhi orang yang membawa pengaruh buruk.
8. Lakukan pengobatan dan kontrol rutin terhadap penyakit kronis yang berisiko menyebabkan depresi.
9. Konsultasikan dengan dokter jika merasakan sedih yang berkepanjangan, terutama setelah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
Peran pemuda Atasi Depresi
1. Memanfaatkan teknologi dengan melakukan sosialisasi mengenai gangguan mental lewat jejaring sosial, seperti tik tok, instagram, menulis blog dan hal kreatif lainnya.
2. Memulainya dari diri sendiri dengan peduli akan kesehatan mental pada diri dan mengubah mindset bahwa kesehatan mental adalah hal yang penting dan bukan hal yang tabu
3. Dapat memberi pengertian kepada orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman mengenai pentingnya kesehatan mental
4. Membuat berbagai komunitas peduli akan kesehatan mental. Dengan komunitas yang dibangun dapat memulai gerakan pencegahan, penanganan, pengenalan gejala-gejala dan informasi lainnya mengenai gangguan mental
5. Memberi pemahaman kepada masyarakat agar tidak supaya jangan sampai masyarakat asal mendiagnosa gangguan mental yang dialami hanya dengan membaca ciri-ciri gangguan tertentu di media sosial yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sumbernya.
Gangguan mental bukan hal sepele yang boleh untuk diacuhkan. Mulailah untuk berpikir terbuka atau open minded mengenai berbagai isu dan hal lain disaat ini, dan bukan berarti untuk tidak memilah baik buruknya.
Sehat mental termasuk syarat dari sehat yang sempurna. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental harus terus ditinggkatkan, dengan terbangunnya kesadaran akan kesehatan mental, akan mengantarkan dunia termasuk Indonesia menjadi lebih baik dimasa depan dengan kesejahteraan masyarakat yang baik.
* Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya