OJK Nyatakan Perbankan Masih Kuat di Tengah Tekanan Ekonomi Global, Simak ini Alasannya

Ilustrasi perbankan. (Freepik)

JAKARTA - Sektor perbankan Indonesia kembali menunjukkan daya tahan yang solid di tengah tantangan global dan domestik.  Kondisi tersebut, diungkapkan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae yang menjelaskan bahwa kinerja perbankan berhasil menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus mendukung aktivitas ekonomi nasional. 

"Industri perbankan telah berkontribusi sebagai salah satu pilar utama dalam pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Dian melalui keterangan tertulis, dikutip Kamis (2/1/2025). 

Menurut dia tahun 2024 menjadi tahun yang penuh dinamika, baik dari sisi geopolitik maupun kebijakan ekonomi global. Dian menyebutkan bahwa tekanan di pasar keuangan global mulai mereda, terutama setelah kepastian terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS. 

"Pelonggaran kebijakan moneter di berbagai negara utama, seperti pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 100 basis poin sejak September 2024, turut membantu meredakan tekanan inflasi," jelas Dian.

Baca Juga:

Namun, risiko global masih membayangi, termasuk konflik geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina serta dampak dari “Trump Effect” yang berpotensi meningkatkan harga komoditas dan inflasi di masa depan.

Pertumbuhan Ekonomi Domestik yang Moderat

Di tengah dinamika global, perekonomian Indonesia tetap tumbuh moderat. Dian menyoroti bahwa ekspor dan pengeluaran pemerintah menjadi motor penggerak utama, meski investasi dan konsumsi domestik cenderung melambat. 

"Pertumbuhan konsumsi domestik yang melemah disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri," ungkapnya.

Sebagai respons, masyarakat lebih berhati-hati dalam konsumsi untuk mengantisipasi ketidakpastian dari sisi geopolitik, sosial, maupun ekonomi.

Kinerja Perbankan Nasional 2024

Berdasarkan data hingga Oktober 2024, intermediasi perbankan tetap kuat. Pertumbuhan kredit bank umum mencapai 10,92% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dian menjelaskan, “Peningkatan ini didorong oleh permintaan segmen korporasi yang kuat, sejalan dengan peningkatan penjualan dan kemampuan bayar.”

Penyaluran kredit untuk UMKM juga tumbuh 4,76% (yoy), didominasi oleh sektor perdagangan dan pertanian. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,74% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya (3,43%, yoy). 

Likuiditas perbankan juga memadai, dengan rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 113,64% dan 25,58%, jauh di atas ambang batas yang ditetapkan.

Tingkat permodalan tetap solid meskipun rasio kecukupan modal (CAR) sedikit menurun menjadi 27,02%. Penurunan ini sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar 9,44% (yoy). 

Rasio kredit bermasalah (NPL) juga menunjukkan perbaikan, dengan NPL gross turun menjadi 2,20% dan NPL net stabil di 0,77%.

Perbankan Syariah dan BPD Menunjukkan Pertumbuhan Positif

Perbankan syariah terus mencatat kinerja positif, dengan aset yang tumbuh 12,50% (yoy). Penyaluran pembiayaan meningkat 13,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. DPK juga tumbuh 10,43% (yoy), didukung oleh kondisi permodalan yang kuat dengan CAR sebesar 25,59%.

“Implementasi spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) dan konsolidasi perbankan syariah sesuai Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia (RP3SI) 2023-2027 menjadi kunci keberhasilan sektor ini,” kata Dian.

Bank Pembangunan Daerah (BPD) juga mencatatkan perkembangan baik, dengan pertumbuhan kredit sebesar 7,55% (yoy) dan DPK tumbuh 4,35% (yoy). Rasio permodalan BPD tetap tinggi di 24,86%.

Konsolidasi BPR dan BPRS

Jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) terus menurun akibat kebijakan konsolidasi. Pada Oktober 2024, jumlah BPR/S mencapai 1.544, menurun signifikan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Dian mencatat bahwa sejak 2023 hingga November 2024, 53 BPR/S telah melakukan konsolidasi menjadi 17 entitas.

“Konsolidasi ini sejalan dengan amanat UU P2SK dan strategi OJK yang tertuang dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri BPR dan BPRS (RP2B) 2024-2027,” ujar Dian.

Proyeksi dan Tantangan Industri Perbankan di Tahun 2025

Memasuki tahun 2025, OJK memproyeksikan kinerja perbankan tetap solid meski di tengah ketidakpastian global. Dian menekankan pentingnya mencermati risiko pasar dan likuiditas akibat potensi kenaikan suku bunga, perkembangan ekonomi Tiongkok, serta kebijakan tarif perdagangan yang tinggi.

“Kami optimistis ekonomi domestik akan tetap tumbuh solid, ditopang oleh keyakinan konsumen, inflasi yang terkendali, surplus neraca perdagangan, serta kebijakan pemerintah yang akomodatif,” jelasnya.

DPK diperkirakan meningkat, sementara penyaluran kredit akan terus ekspansif, terutama ke sektor-sektor dengan efek multiplier tinggi seperti perdagangan besar dan industri pengolahan.

Strategi dan Regulasi OJK

Untuk mendukung pertumbuhan perbankan, OJK telah mengeluarkan berbagai kebijakan, termasuk mendorong kemudahan akses kredit UMKM. Program seperti Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia (Gernas BBI-BBWI), Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR), dan Kredit Sektor Prioritas (KPSP) menjadi andalan.

OJK juga meminta bank untuk menyediakan produk kredit konsumtif seperti Buy Now Pay Later (BNPL) dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian.

Baca Juga:

Dalam hal penguatan regulasi, OJK menerbitkan aturan mengenai kecukupan likuiditas seperti POJK Nomor 19 dan 20 Tahun 2024 yang selaras dengan standar internasional Basel. Selain itu, OJK terus memperkuat tata kelola melalui POJK tentang strategi anti-fraud dan integritas pelaporan keuangan.

Penutupan Rekening Judi Online

Sebagai bagian dari upaya pemberantasan judi online, OJK bekerja sama dengan lembaga terkait dan telah memblokir sekitar 8.500 rekening terkait aktivitas ini. “Langkah ini merupakan bagian dari tanggung jawab OJK dalam menjaga integritas sistem keuangan,” tegas Dian.

Menutup paparan, Dian Ediana Rae meminta industri perbankan untuk terus menjaga prinsip kehati-hatian, profesionalisme, dan inovasi. "Kami berharap perbankan dapat terus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan di tahun 2025," tutupnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 02 Jan 2025 

Tags ojkperbankanBankBagikan

Related Stories