Tampil Memukau, Teater Potlot: Merawat Sungai dari Dapur, Refleksi Kekinian Lingkungan Sumsel

Tampil Memukau Teater Potlot: Merawat Sungai dari Dapur, Refleksi Kekinian Lingkungan Sumsel (WongKito.co/Sigit Prasetya)

PALEMBANG, WongKito.co - Pertunjukan karya ke-45, Teater Potlot, Palembang memukau penikmat seni teater yang memadati Gedung Taman Budaya Sriwijaya. Bertajuk Merawat Sungai dari Dapur naskah karya Conie Sema dan Taufik Wijaya merefleksi kondisi kekinian sungai dan lingkungan di Sumatera Selatan.

Sumatera Selatan yang memiliki bentang alam, sembilan aliran Sungai Musi yang menjadi simbol kehidupan. Namun, kini kondisi sungai sudah sangat memprihatinkan.

Taufik Wijaya menyebut karya tulis yang berjudul Dapur Ibu dan Anak-Anaknya ini mengibaratkan ibu dan sungai sama-sama melahirkan. Salah satu yang juga disimbolkan sebagai makanan khas dari Provinsi Sumatera Selatan, pindang.

“Bicara tentang ibu dan anak-anaknya, maka sama saja kita berbicara tentang kehidupan. Jika dapur mengalami krisis, dampaknya sangat jelas terhadap kondisi anak-anak. Jadi pindang kan dibuat di dapur, bagaimana kondisi dapur hari ini?” kata Taufik Wijaya, saat pementasan karyanya bersama almarhum legenda teater Sumsel, Conie Sema, Senin (7/11/2022).

Baca Juga:

Ia menyebutkan ketika marwah dapur dan sungai telah hilang dikehidupan sehari-hari masyarakat. Pentas karya ke-45 ini dibuat lakon dengan mempertunjukan jika dapur acak-acakan.

“Dalam pertunjukan, kita ingin memberikan pesan bahwa ibu bukanlah gender, tetapi nilai-nilai. Ibulah yang menjaga dapur, jika ibu tidak ada makan semuanya akan hancur. Begitu juga dengan bentang alam yang rusak, maka dapur rusak dan anak-anak juga akan ikut hancur,” ujarnya.

Sebelumnya, Minggu (6/11/2022) Teater Potlot menyelenggarakan Seminar Pindang, "Merawat Sungai dari Dapur Ibu".

Pindang dan Sungai

DR Amilda, Antropolog dari UIN Raden Fatah mengungkapkan betapa pentingnya masakan pindang bagi masyarakat Sumatera Selatan.

Pindang tidak hanya berbicara bagaimana ikan segar yang jadi bahan utama masakan, kata dia.

Baca Juga:

Namun, pindang memiliki arti lebih luas lagi bagaimana kearifan lokal ada dalam semangkok pindang.

Ikan segar yang diambil secukupnya dari sungai di kawasan permukiman penduduk.

Lalu, rempah tanah dan bumbu dapur lainnya yang tumbuh di pekarangan rumah penduduk juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pindang tersebut, tambah dia.

Kunyit dan cabai menjadi kunci dari masakan pindang, tambah Amilda tetapi ada juga lengkuas dan serai serta bumbu lainnya yang melengkapi kuliner tersebut.

"Kampung saya, Musi Banyuasin biasa juga disebut dengan Pindang Musi, ikan yang dimasak adalah ikan seluang," kata dia.

Ikan seluang memang menjadi salah satu jenis ikan  yang banyak di perairan Sungai Musi.

Meskipun bentuknya kecil-kecil tetapi rasanya tentu istimewa, tambah dia.

DR Yenrizal, ahli komunikasi lingkungan UIN Raden Fatah mengungkapkan bagaimana pindang yang nama-namanya berdasarkan marga atau aliran sungai menjadi bukti beragamnya masakan khas tersebut.

Pindang Palembang, Pindang Besemah, Pindang Musi, Pindang Meranjat merupakan contoh di antara nama pindang di Sumatera Selatan.

"Pindang tak hanya sebatas kuliner, tetapi makna luasnya bagaimana masih tersedia ikan-ikan segar untuk dipindang menjadi bukti kelestarian sungai," kata dia lagi.

Kekinian, dia mengatakan sulit mendapatkan ikan-ikan segar dari sungai.

Ikan baung hidup saja kini sulit didapatkan, apalagi ikan belida yang memang sudah dilindungi, tambah dia.

Merawat sungai, menjaga lingkungan menjadi pesan yang disebarluaskan Teater Potlot untuk menjaga dapur ibu terus menghasilkan pindang ikan segar.(sigit/ert)

Editor: Nila Ertina

Related Stories