Cerita Cap Go Meh dan Pulau Kemaro Palembang yang jadi Pusat Ritual Peribadatan, Pengunjung Bahkan Datang dari Luar Negeri

Cerita Cap Go Meh dan Pulau Kemaro Palembang yang jadi Pusat Ritual Peribadatan, Pengunjung Bahkan Datang dari Luar Negeri (dok)

PALEMBANG, WongKito.co - Cap Go Meh atau hari ke-15 tahun baru Imlek menjadi momentum yang dinantikan masyarakat keturunan Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Kota Palembang.

Perayaan Cap Go Meh di Palembang tidak bisa dilepaskan dari Pulau Kemaro, kareno pulau yang terletak di tengah Sungai Musi tersebut  menjadi pusat ritual peribadatan umat tridharma.

Bahkan pengunjung Pulau Kemaro tak hanya dari Indonesia tetapi juga dari luar negeri, seperti Singapura dan Taiwan.

Lalu bagaimana awalnya, hingga Cap Go Meh identik dengan ritual beribadat di Pulau Kemaro.

Di pulau yang luasnya sekitar 79 hektare tersebut, sudah sejak lama menjadi tempat peribadatan umat tridarma.

Baca Juga:

Terdapat Klenteng Hok Tjing Rio yang telah berusia ratusan tahun.

Di sebelah klenteng tersebut terdapat makam seorang perempuan lokal Palembang, Siti Fatimah.

Siti Fatimah, berdasarkan catatan yang terdapat dalam prasasti yang dibuat tidak jauh dari klenteng adalah kekasih anak saudagar kaya asal Tiongkok, Tan Bun An.

Sepasang kekasih dengan latar belakang berbeda tersebut meninggal setelah menceburkan diri ke dalam Sungai Musi.

Konon, Tan Bun An dan Siti Fatimah dan sejumlah pendamping baru saja pulang dari Tiongkok dan akan segera menikah di Palembang.

Namun, orang tua Tan Bun An hanya memberikan tujuh guci berisi emas kepada anaknya tersebut.

Namun, Tan Bun An sangat kecewa karena mendekati tiba di Palembang setelah mengecek isi guci hanya berisi sayuran sawi asin.

Pemuda tersebut membuang guci ke Sungai Musi, tetapi sebelum membuang guci terakhir ternyatanya gucinya pecah dan terlihat isi guci tersebut adalah emas.

Tan Bun An pun dibantu seorang pengawalnya, terjun ke sungai untuk mencari guci berisi emas, karena tak kunjung naik, Siti Fatimah pun menyusul terjun ke sungai.

Akhir cerita legenda tersebut, sepasang kekasih itu meninggal dunia, dan jasad Siti Fatimah di kubur di Pulau Kemaro, sedangkan Tan Bun An wujudnya berupa bagian dari pulau yang bisa dijangkau dengan transportasi air tersebut.

Destinasi wisata andalan

Pulau Kemaro kini menjadi salah satu destinasi wisata andalan Kota Palembang, setiap kali perayaan Cap Go Meh biasanya ribuan orang akan memadati objek wisata tersebut.

Baca Juga:

Puncak peringatan Cap Go Meh biasanya dilakukan pada tengah malam, tanggal 15 penanggalan tahun baru china.

Untuk memudahkan pengunjung atau  umat yang akan beribadat ke Pulau Kemaro panitia menyiapkan ponton dari kawasan Pasar 16 Ilir untuk mengangkut penumpang menuju Pulau Kemaro dan gratis.

Selain itu, panitia juga  memasang jembatan yang menyambungkan pulau dengan daratan yang biasa disebut kawasan intirub.

Pengunjung tak hanya mereka yang ingin beribadat tetapi juga para pelancong yang khusus datang menyaksikan kemeriahan perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro.

Selain itu, di Pulau Kemaro juga dapat  menyaksikan lalu lintas di Sungai Musi dari Pagoda dan terdapat sejumlah patung dan relief yang menarik.

Saat Cap Go Meh, biasanya sangat ramai dengan pedagang yang  menjual beragam barang dan kuliner khas Tionghoa(Nila Ertina)

Editor: Redaksi Wongkito

Related Stories