Bebas Bermain tanpa Bullying : Suara Kecil Anak-Anak di Kawasan 5 Ulu Palembang

Kamis, 05 Desember 2024 16:13 WIB

Penulis:Nila Ertina

Bebas Bermain tanpa Bullying : Suara Kecil Anak-Anak di Kawasan 5 Ulu Palembang
Bebas Bermain tanpa Bullying : Suara Kecil Anak-Anak di Kawasan 5 Ulu Palembang (ist)

Oleh: Miranda, Muhammad Fahrizal, Nurul Alifah, Ulfatun Nikmah, Zaskia Amirarosa Firdaus*

MAHASISWA Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sriwijaya (Unsri) berkolaborasi dengan Sekolah Menengah Atas Negeri Sumatera Selatan (SMAN Sumsel) menyelenggarakn sebuah program untuk memberikan ilmu dan manfaat bagi masyarakat di Kawasan 5 Ulu, Kota Palembang.

Community Service nama program besutan Dosen FKM Unsri, Najmah, SKM., MPH., Ph.D yang dibantu para mahasiswa kesehatan masyarakat dan juga siswa SMAN Sumsel membawa dampak positif khususnya bagi anak-anak yang menjadi sasaran program.

Lokasi program di Masjid Istiqlal 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Program tersebut merupakan kegiatan sosialisasi dan edukasi yang sasarannya merupakan anak-anak yang tinggal di wilayah setempat.

Baca Juga:

Kegiatan dilaksanakan selama 4 minggu dengan setiap minggunya diberikan materi yang berbeda-beda. Pada Minggu pertama diberikan edukasi anti bullying atau perundungan, minggu kedua berlatih photovoice, minggu ketiga praktik gosok gigi dan cuci tangan pakai sabun, serta minggu keempat edukasi Aku adalah Bos Tubuhku.

Namun pada artikel kali ini penulis akan lebih membahas terkait pengetahuan dan sikap anak-anak pada bullying.

Tempat bermain yang bebas dari bullying adalah tempat di mana anak-anak dapat bermain, belajar, dan bersosialisasi dengan aman dan nyaman, tanpa harus takut akan perundungan atau tindakan kekerasan lainnya.

Di tempat seperti ini, setiap anak merasa dihargai, diterima, dan memiliki kesempatan yang sama untuk bersenang-senang. Sama halnya di lingkungan tempat anak-anak ini bermain, mereka sering bermain di halaman Masjid Istiqlal 5 Ulu karena tempatnya yang cukup luas.

Di masjid ini, tak jarang pula sering ditemukan aksi-aksi yang tak terduga yang mengarah pada perilaku bullying karena kurangnya pemahaman terhadap bullying itu sendiri.

Di sela-sela kegiatan tersebut, kami meminta adik-adik untuk memotret lingkungan tempat mereka bermain. Anak-anak dapat mengekspresikan pemahaman mereka mengenai kondisi lingkungan bermain mereka yaitu dengan cara mengambil foto dan kemudian mereka jelaskan apa yang mereka pikirkan tentang foto-foto yang diambil tersebut.

Photovoice: “Ini temanku awalnya bercanda sambil pukul-pukulan kecil kak, tapi lama kelamaan malah berkelahi beneran, jadi aku dan temanku yang baju merah bantu meleraikan mereka kak”- R, 13 tahun, salah satu anak yang bermain di lapangan Masjid Istiqlal 5 Ulu.

Tindakan R merupakan pencegahan bullying fisik karena dia dan temannya berusaha melerai salah satu temannya yang hampir berkelahi. Perlu diketahui bahwa bullying itu memiliki tiga bentuk, yaitu bullying fisik, verbal dan sosial. Bullying fisik merupakan tindakan yang mengarah ke fisik, seperti memukul, menendang, mencubit yang bahkan dapat meninggalkan tanda di sekitar tubuh korban. Bullying verbal sendiri merupakan tindakan menjelekkan orang lain, mencemooh, dan menggunjing dengan kalimat yang tidak sopan. Sedangkan bullying sosial yaitu bentuk menghindari seseorang, mengisolasi, dan mengecualikan seseorang dalam sebuah kelompok sosial.

Photovoice : “Di sini aku dan temanku lagi berbagi peran untuk permainan yang biasa kami mainkan. Tapi ada anak nakal kak jadi kami tidak mau mengajaknya” - B, 8 tahun salah satu anak yang bermain di lapangan Masjid Istiqlal 5 Ulu.

Lalu dalam gambar yang kedua, pernyataan yang dilontarkan oleh B mungkin sebuah pencegahan karena tidak ingin merusak suasana bermain jika mengajak temannya yang nakal. Namun hal ini juga dapat mengarah pada bullying sosial jika dilakukan berkali-kali karena mereka sudah mengisolasi/mengecualikan/mengucilkan dalam pertemanan. Dampak yang ditimbulkan yaitu dapat membuat korban terisolasi, rendah diri, dan kesepian. Selain itu pada pelaku dapat membentuk karakter kurang empati dan toleransi.

Photovoice : “Ini tadi ada temanku terjatuh pada saat latihan taekwondo kak, aku tidak ikut menolong temanku karena ada kakaknya. Disitu aku tertawa karena lucu kak lihat temanku terjatuh." - R, 7 tahun anak yang ditertawakan oleh temannya karena terjatuh.

Hal itu, menunjukkan bahwa tindakan teman-temannya yang menertawakan teman mereka, yaitu R yang terjatuh saat latihan taekwondo. Mereka tertawa karena merasa situasi tersebut lucu. Tindakan tersebut termasuk bentuk bullying verbal tidak langsung, di mana mereka mengejek situasi yang membuat korban merasa malu, sehingga menurunkan rasa percaya dirinya.

Selain itu, R dan teman-temannya juga gagal memberikan dukungan emosional, yang semakin memperburuk situasi korban.

Situasi ini menunjukkan bagaimana perilaku sederhana seperti tertawa dapat dianggap remeh oleh pelaku, tetapi berdampak besar bagi korban.

Di lingkungan siswa, bullying verbal sering terjadi melalui ejekan tentang penampilan, komentar negatif, atau pengucilan verbal, seperti tidak memberikan dukungan saat teman menghadapi situasi sulit.

Untuk mencegah bullying verbal, penting untuk mengajarkan empati kepada anak-anak. Mereka perlu memahami pentingnya mendukung teman dalam situasi sulit dan menghindari komentar yang merendahkan. Anak-anak juga perlu didorong untuk melaporkan tindakan bullying kepada guru atau orang dewasa yang dapat membantu.

Meskipun efek bullying verbal tidak selalu terlihat secara fisik, dampaknya dapat sangat mempengaruhi psikologis korban. Korban mungkin mengalami penurunan kepercayaan diri, merasa tidak nyaman di lingkungan sosial, dan kehilangan rasa aman di sekolah atau tempat bermain.

Oleh karena itu, edukasi tentang pentingnya saling menghormati sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua anak.

Kegiatan Community Service di Masjid Istiqlal 5 Ulu ini memberikan dampak positif terutama bagi anak-anak di area sana.

Baca Juga:

Kolaborasi antara Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, sekolah setempat, dan pihak terkait berhasil meningkatkan literasi serta pemahaman anak-anak terkait bentuk bullying dan dampaknya.

Tak hanya itu, anak-anak juga diberikan pembelajaran terkait PHBS dan kesehatan reproduksi dengan mengajarkan mereka anggota tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain yang dikemas media berupa wayangwayangan untuk memberikan contoh yang mudah dipahami oleh mereka.

Melalui sesi interaktif dan kegiatan-kegiatan tersebut, anak-anak tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga antusiasme untuk belajar.

*Mahasiswa FKM Unsri