Naik 13,6 Persen, Biaya Kesehatan RI Tahun 2025 Tertinggi di Asia Tenggara

Jumat, 11 Juli 2025 11:02 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

1704464500404.webp
Laporan Global Medical Trend Rates Report 2025 dari Aon menunjukkan biaya kesehatan di Indonesia melonjak drastis. (ist/bhaskar)

JAKARTA, WongKito.co – Warga Indonesia di 2025 bukan hanya dituntut untuk tidak jatuh miskin, tapi juga sebisa mungkin tidak jatuh sakit. Sebab yang pertama kali “drop” bukan cuma badan, tapi isi dompet.

Laporan Global Medical Trend Rates Report 2025 dari Aon menunjukkan biaya kesehatan di Indonesia melonjak drastis dari 9% pada 2022, menjadi 13,6% tahun ini. Kenaikan itu bukan main-main menjadikan Indonesia negara dengan lonjakan biaya kesehatan tertinggi di Asia Tenggara.

Untuk membandingkan, Malaysia memang juga mencatat kenaikan biaya kesehatan, tetapi di angka 12,5% tahun ini turun tipis dari 11,9% tahun lalu. Singapura pun naik ke 11,5%, setelah sebelumnya melonjak 10% pasca-pandemi. Sementara Australia relatif lebih stabil, dengan tren kenaikan biaya medis hanya 2,1%.

"Tingkat tren medis rata-rata global untuk tahun 2025 diperkirakan mencapai 10%, sedikit di bawah proyeksi peningkatan untuk tahun 2024 sebesar 10,1%, yang merupakan peningkatan tertinggi yang diperkirakan dalam 10 tahun," tulis laporan tersebut dilansir pada Rabu, 9 Juli 2025

Banyak Faktor Penyebab

Salah satunya harga obat yang masih banyak diimpor membuat biaya pengobatan rentan naik saat kurs melemah atau inflasi global melonjak.

Tenaga medis yang belum memadai di banyak daerah memicu tarif yang tinggi untuk layanan dokter spesialis. Rumah sakit swasta yang makin dominan juga kerap menekan pasien dengan biaya layanan premium.

Di sisi lain, sistem perlindungan kesehatan publik dinilai belum cukup kuat. BPJS Kesehatan menanggung banyak layanan, tapi antrian panjang dan keterbatasan fasilitas membuat sebagian pasien akhirnya beralih ke layanan swasta yang jauh lebih mahal.

Bukan Cuma Tagihan Rumah Sakit

Kenaikan biaya kesehatan juga dirasakan pada berbagai lini lain yang lebih dekat ke masyarakat. Premi asuransi kesehatan swasta ikut naik seiring proyeksi biaya rawat inap yang membengkak.

Harga obat generik yang dulunya jadi solusi murah meriah juga kian tak terjangkau untuk beberapa jenis. Biaya konsultasi dokter pun naik, membuat banyak orang berpikir dua kali sebelum memeriksakan penyakit sejak dini. Akibatnya bukan cuma menambah beban finansial, tapi juga meningkatkan risiko penyakit yang terlambat diobati.

Lonjakan biaya kesehatan ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Sistem layanan publik yang lebih merata dan terjangkau, pengendalian harga obat, hingga kebijakan impor alat kesehatan menjadi poin krusial untuk menekan laju kenaikan biaya.

Karena pada akhirnya, kesehatan adalah kebutuhan dasar. Dan ketika biaya berobat makin tak terjangkau, masyarakat kelas menengah bawah adalah yang paling duluan menjerit.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Debrinata Rizky pada 9 Juli 2025.